Part 25

13.8K 1.3K 19
                                    

Shayna membuka pintu kamarnya. Terlihat Kezia sudah duduk di sofanya, menunggu dengan wajah khawatir.

"Shayna? Ada apa?" tanya Kezia langsung berdiri menghampiri Shayna.

Baru saja Kezia menyentuh pundak Shayna, gadis itu terjatuh sambil menangis sesunggukan. "Kez, gue gamau. Gue gamau begini. Semua kacau Kezia." Tangis Shayna pecah lagi.

Padahal ia sudah bersusah payah menahan semuanya. Tapi tidak bisa. Rasanya sangat sakit bagi Shayna.

Melihat temannya yang tampak sangat rapuh, Kezia hanya bisa memeluk erat Shayna juga mengusap kepalanya. Berharap temannya sedikit tenang.

"Udah tenang? Gimana kalau cerita dulu ke gue? Mana tau gue bisa kasih masukan," ujar Kezia.

Ia menghapus air mata Shayna yang jatuh di pipinya. Besok adalah hari bahagia temannya. Tidak seharusnya Shayna sedih seperti ini.

Setelah merasa cukup tenang, Shayna mulai bercerita tentang semuanya. Semua yang baru ia lewati dan pemandangan apa yang ia dapati di tempat Alvin.

Kezia sendiri tidak begitu terkejut karena saat pertunangan Shayna pun ia sudah tau permasalahan Alvin dengan Dinda ini. Tapi Kezia tak habis fikir jika mereka akan melakukannya satu hari sebelum pernikahan Alvin dan Shayna.

"Cowok brengsek," desis Kezia geram mengingat Alvin.

Ia juga kesal pada Dinda. Bagaimana bisa Dinda melakukan ini? Berpura-pura baik di depan sampai ikut bridal shower semalam, lalu izin pulang dan ternyata menikam dari belakang. Rasanya Kezia ingin menjambak rambut Dinda hingga kulit kepalanya terlepas.

"Terus lo ngomong apa aja sama Alvin?" tanya Kezia.

"Gue bilang, gue pertahanin ini semua cuma buat bantu klaim peninggalan bokapnya. Setelah itu gue bakal pisah. Gue ga perduli kata orang-orang atau bokap nyokap gue. Dia juga bisa lanjutin hidup sama Dinda sialan itu," jawab Shayna.

Mendengar keputusan Shayna, Kezia hanya bisa meringis. Bahkan belum menikah saja, Shayna sudah diterpa masalah seperti ini.

Kezia sangat paham bagaimana sakit dan rumitnya permasalahan seperti ini. Bahkan dahulu ibunya sampai tertekan berat dan harus pergi berkonsultasi dengan psikiater karena perceraiannya.

"Shayna sayang, liat gue."

Kedua tangan Kezia menangkup wajah Shayna. Kedua mata sahabatnya itu terlihat terluka. Tidak berbeda jauh ketika ia saat disakiti oleh mantan pacarnya.

"Apa lo punya perasaan itu buat Alvin? Jujur sama gue, Shayna," tanya Kezia.

Shayna menghela nafasnya. Apa dia memiliki perasaan itu? Dia nyaman dengan Alvin dan Shayna tidak cukup bodoh untuk mengenali perasaan ini.

Dia menyayangi Alvin. Ia senang melakukan semua bersama Alvin. Atau bagaimana Alvin menasihatinya. Alvin dapat membimbing dirinya yang masih kanak-kanak. Ya, dia menyayangi Alvin sampai-sampai belakangan ini menikahi Alvin tidak terasa terlalu memberatkan Shayna.

"Gue nyaman sama dia," jawab Shayna lirih. 

Dia merasa nyaman pada pria yang sudah menyakitinya.

"Apa dia pernah bilang dia sayang sama lo?" tanya Kezia lagi.

Ya, Alvin mengatakan itu. Tadi pagi. Shayna mengingat jelas pria itu mengatakannya. Tapi karena keadaan sudah pahit baginya, kata sayang itu terasa kecut didengar.

"Ssshhh, Shayna kuat. Shayna yang gue kenal kuat. Dia udah ngelakuin semua yang terbaik. Apapun keputusan lo, gue ngedukung lo." Kezia kembali menghapus air mata Shayna.

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang