Part 38

13.7K 1.4K 18
                                    

Udara dingin terasa sangat menusuk kulit Shayna. Baru saja Shayna menutup mata di pukul 11 malam. Lalu pada pukul 1 malam, Alvin membangunkannya. Memintanya untuk berberes.

Kini ia berada di dalam mobil. Udara di luar sangat dingin. Bahkan mobil ini tertutup dengan keadaan mesin mati namun Shayna tetap kedinginan.

Jam menunjukkan pukul 3 pagi. Hampir ke jam 4 dan mereka berada di entahlah. Shayna tidak tau.

Ia hanya tidur sepanjang perjalanan. Meninggalkan Alvin yang menyetir sendirian. Karena matanya sangat berat dan tidak bisa berkompromi.

"Kita di mana?" tanya Shayna pada Alvin. "Kita mau nunggu matahari," jelas Alvin.

Shayna mengusap matanya. Mencoba melihat lebih jelas sekelilingnya. Tapi yang ia lihat hanyalah beberapa mobil yang terparkir dan banyak orang yang berlalu lalang.

"Kenapa dingin banget?" tanya Shayna lagi. "Lo kedinginan?" Alvin berbalik bertanya pada Shayna.

Ia menggenggam kedua tangan Shayna. Lalu melihat lebih jelas kuku tangannya. Terlihat sedikit membiru. Alvin menggenggam kedua tangan Shayna dan membawanya hingga menempel di tengkuknya. Akhirnya Shayna merasakan hangat dan hangat itu berasa dari tubuh Alvin.

"Kan gue bilang sebelum pergi buat bawa jaket tebel," gerutu Alvin.

Shayna tidak mendengarnya dengan baik. Sekarang Shayna hanya menggunakan satu hoodie dengan kaus di dalam tubuhnya. Hanya itu.

"Kan gue bingung. Lo bilang bawa baju renang, tujuan pantai. Tapi bawa jaket tebel juga. Ya mana mungkin bawa jaket tebel ke pantai," protes Shayna tak terima karena disalahkan.

"Iya, iya. Tapi lain kali denger. Gue juga ngasih tau bukan buat ngusilin lo." Tentu saja tidak untuk mengusili Shayna.

Lihat sekarang, yang menderita adalah Alvin. Karena tengkuknya terasa dingin terkena tangan Shayna. Apa boleh buat? Shayna butuh bantuannya.

"Mau gue beliin minuman hangat dulu? Atau cemilan?" tanya Alvin. "Boleh. Gue mau teh atau susu panas kak," pinta Shayna.

Selepas kepergian Alvin, Shayna sendirian di dalam mobil. Ia kembali mengingat apa yang terjadi. Setelah semalam ia menemukan kebenaran baru, Alvin bertanya kenapa namun Shayna tidak menjawabnya.

Ia hanya tersenyum menatap Alvin. Prianya jujur dan tulus. Ia tidak berniat melakukan apapun yang menyebabkan sakit pada hati Shayna.


Ayo kita tidur. Udah malem. Besok katanya mau bangun cepet.


Hanya itu ucapan Shayna dan ia lebih memilih bergelung di dalam selimutnya. Tersenyum seperti gadis kecil yang baru menemukan cinta pertamanya.

"Ah! Dingin banget!" ujar Alvin yang datang sambil membawa dua gelas minuman hangat.

Shayna tau bagaimana dinginnya. Saat Alvin membuka pintu saja, hawa dingin itu langsung menyeruak masuk membuat Shayna sedikit menggigil. Bahkan kepulan asap minuman yang dibawa Alvin juga terlihat sangat jelas.

Begitu masuk ke dalam mobil dan meletakkan dua cangkir minuman itu di cup holder, Alvin langsung memegang kedua pipinya sendiri. Mencoba menghangatkan wajahnya dan tangannya yang kebas.

Tangan Shayna menyentuh cup minuman yang dibawa Alvin. Sangat panas. Pasti ini yang membuat Alvin tahan berada di luar dari tadi.

Jemarinya terus menyentuh cup minumannya, mencoba mencari kehangatan yang ada. Satu teguk susu segar panas melewati kerongkongan Shayna.

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang