Part 24

12.7K 1.4K 8
                                    

Shayna menghirup nafasnya dalam. Kakinya terasa lemas begitu mencapai mobilnya. Ia bahkan sudah tidak memiliki kekuatan untuk berdiri dan masuk ke dalam mobil.

Tangisnya pecah saat itu juga. Rasanya Shayna ingin menghilang. Ia benci semuanya. Ia benci.

Tangannya bergetar mencoba mengambil kunci mobil dan ponsel dari dalam tasnya.

Kezia, Kezia, Kezia. Gumam Shayna terus mencari kontak Kezia, sahabatnya.

"Halo?" Suara dari dalam telfonnya terdengar. "Kez, boleh tolong hari ini ke rumah gue?" tanya Shayna dengan nada bergetar.

"Na? Lo baik-baik aja? Kenapa Na?" tanya Kezia khawatir pada Shayna saat ia menyadari sesuatu terjadi pada temannya.

"Tolong. Tunggu gue di rumah gue. Bantu gue, Kez," pinta Shayna dengan suara lirihnya.

"Okay, okay. Gue dateng. Cepet pulang ya. Nanti gue bantu."

Telfon itu terputus. Shayna menghirup nafasnya lagi. Mencoba mengusir rasa sesaknya. Tapi tak bisa. Seperti sesak itu sudah menempel dan membuat sekujur tubuhnya merasa lemah dan sakit.

Ia mengusap wajahnya asal. "Oh Tuhan! Gimana ini?" tanya Shayna penuh kebimbangan.

Apa ia akan datang kepada orang tuanya lalu meminta semua dibatalkan? Besok adalah hari pernikahannya. Apa bisa ia membatalkan seperti itu?

Semua bisa malu. Apalagi keluarganya. Belum lagi keluarga Alvin dan klaim peninggalan Marli. Shayna paham jika Alvin dan keluarganya sangat membutuhkan peninggalan itu.

"Na, maaf."

Suara Alvin terdengar. Bahkan pria itu sudah memeluk tubuh Shayna yang meringkuk di samping pintu mobilnya.

"Pergi jauh dari gue! Jangan sentuh gue pake badan kotor lo!" geram Shayna.

Mendengar perkataan Shayna, Alvin menjauh dari tubuh Shayna. Shayna mengusap air matanya asal.

Ia mengumpulkan sedikit tenaganya untuk berdiri. Shayna tak mau terlihat lemah di depan Alvin karena ia benci Alvin. Sangat membencinya sekarang.

"Shayna, tolong percaya sama gue. Gue beneran ga ada perasaan apapun sama Dinda." Alvin kembali mencoba menjelaskan pada Shayna.

"Lo ga ada apa-apa tapi nyatanya? Lo tidur sama dia satu hari sebelum pernikahan kita!" ujar Shayna penuh amarah.

Tidak, Shayna tidak bisa sekuat itu. Ia menangis di hadapan Alvin. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tidak ingin Alvin melihatnya menangis.

Bodoh! Lo masih nangis buat cowok sialan gini?! Erang Shayna kesal.

"Shayna, gue cuma sayang lo. Tolong denger gue. Gue beneran cuma mau lo, Shayna."

"Cukup Alvin. Cukup. Gue gamau denger apapun lagi. Tenang aja, gue ga akan batalin pernikahan kita. Gue udah bilang niat gue baik, sampai klaim peninggalan Om Marli kalian dapet, gue masih bakal bantu lo. Gue juga ga sampai hati buat keluarga gue malu besok."

Lalu Shayna masuk ke dalam mobilnya. Walaupun Alvin mengetuk kacanya berkali-kali, Shayna tak perduli. Ia melajukan mobilnya dan meninggalkan Alvin yang kini terlihat sangat kacau.

Di tempat lain, Reinhard menarik tangan Dinda ke dalam kamarnya. Ia perlu mengurus sesuatu dengan wanita yang bahkan Reinhard tak bisa sebut sebagai sepupu lagi.

"Akh! Sakit kak!" erang Dinda ketika Reinhard mencampakkannya di sisi kasur milik Reinhard.

"Itu ga seberapa sakit di banding apa yang baru lo kasih sama Shayna," tegas Reinhard lagi.

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang