Part 26

13.1K 1.3K 11
                                    

Lagi dan lagi, Shayna dipaksa tersenyum lebar hari itu. Ia melihat wajah kedua orang tuanya dan tentu saja ibu Alvin yang sangat bahagia. Bahkan sampai ikut menangis.

Juga semua saudara sepupu mereka yang tersenyum lebar hari itu. Ya, semua orang berbahagia. Kecuali Shayna sang mempelai.

Kini ia berada di dalam mobil pengantin, bersiap untuk pergi menuju sebuah gedung pesta tempat acara adat mereka dilaksanakan.

Mobil itu terasa hening. Hanya supir pribadi keluarga Shayna yang menyetir serta Alvin dan Shayna yang duduk di bangku belakang.

Ini waktu kalian berdua. Lo bisa ngajak ngomong dia, Alvin. Alvin memutar otaknya keras karena keadaan yang sangat tak nyaman.

"Na, maaf." Dari milyaran kata yang ada, hanya kata maaf yang bisa terucap dari bibir Alvin.

Shayna melirik kaca depan mobil. Ada supir pribadinya di sini. Ia tak bisa mengeluarkan semua kebenaran yang ada atau nanti orang tuanya bisa tau.

"Ya, gue gapapa kak." Dan Shayna membuang tatapannya pada jalanan. Tidak ingin berlama-lama melihat Alvin.

Namun Shayna salah. Alvin sepertinya paham dengan keadaan dan ia mencoba memanfaatkannya dengan baik.

Shayna bisa merasakan tangan kirinya yang digenggam oleh Alvin. "Kita perlu bicara," ajak Alvin.

Mau tak mau Shayna kembali menoleh, menatap Alvin yang duduk disebelahnya. Sudahlah ia memakai kain kebaya yang menyebalkan, lalu songket dan kemben yang mengikat badannya dengan erat, dan sekarang Alvin mencoba bermain dengan emosinya.

"Jangan sekarang," tolak Shayna.

"Apa yang harus gue lakuin Na? Buat nebus semuanya?" tanya Alvin frustasi.

Ia tak mau berakhir dengan kekacauan yang lebih lagi. "Setelah lo bisa klaim peninggalan paman, gue bisa cabut kok kak. Lo ga usah pusingin itu."

Alvin menggeleng pelan. "Ga gitu Shayna. I don't want any breakups or divorces." Suara Alvin memelan seakan mengerti kekhawatiran Shayna akan supir keluarganya itu. 

"Kita omongin lagi nanti," ujar Shayna mengganti topik ketika mereka sampai di gedung pesta adat. 

Shayna harus kembali memakai topeng bahagianya. "Ayo pelan-pelan," ujar Alvin ketika Shayna turun dari mobilnya. 

Kakinya mulai terasa perih karena sejak pagi menggunakan heels yang tinggi. Jam baru saja menunjukkan pukul 1 siang dan Shayna sudah lelah. 

Acara itu lebih banyak dipenuhi sanak saudara dari keluarga Alvin dan juga Shayna. Keluarga merekapun sudah berganti pakaian mengikuti dresscode masing-masing. 

Keluarga Shayna menggunakan dresscode beige sedangkan Alvin memilih warna abu-abu muda. Di pelaminan terdapat satu sofa panjang yang menjadi tempat untuk Shayna dan Alvin. Serta beberapa sofa di sampingnya untuk ayah dan ibu Shayna serta ibu Alvin. 

Shayna mencoba tersenyum pada seluruh tamu yang menyambut mereka di sepanjang karpet merah. Ada saudara jauh dan dekat dari mereka berdua. 

Begitu sampai di tempat mereka, seluruh undangan dipersilahkan duduk. Begitu pula kedua mempelai. Alvin menatap Shayna dalam diam. Acara adat ini akan banyak membuat mereka berdiri untuk menyalam anggota keluarga. 

"Kita lepas aja ya sepatunya? Nanti malam masih ada acara lagi," tawar Alvin pada Shayna. 

"Gue baik-baik aja kak," tolak Shayna. Tch, bohong. gumam Alvin dalam hatinya. 

Tanpa memperdulikan penolakan Shayna, Alvin menunduk untuk melepaskan sepatu Shayna. Ia bisa melihat lecet dan tanda kemerahan di kaki Shayna. 

Pertama-tama acara itu dimulai dengan makan siang bersama. Shayna menatap makanan yang ada di mejanya. Ada beberapa makanan kesukaannya seperti daging panggang. Tapi selera makannya menguap entah kemana. 

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang