Part 12

12.3K 1.4K 33
                                    

Hari pertunangan mereka tiba. Seisi rumah Shayna serasa disulap menjadi tempat yang berbeda. Berbagai hiasan bertemakan warna Gray Blue menghiasi sudut rumah Shayna.

"Selesai," ujar penata rias yang ada di dalam kamar Shayna. Riasan wajahnya tidak berlebihan karena ini baru saja pertunangan.

Rambut Shayna terkepang dari dua sisi membentuk lower bun di belakang. "Kalo makan gimana Na?" goda Shonya yang melihat adiknya telah siap.

Shayna membuka mulutnya lebar-lebar. "Jangan kena sendok di bibir," balas Shayna.

Tawa Shonya dan perias wajah di kamar Shayna meledak. Shayna dan tingkah konyolnya yang tidak akan pernah habis.

"Ayo gue bantu pakein bajunya."

Shonya membawa satu set kebaya berwarna biru keabu-abuan. Sesuai dengan tema yang dipilih Shayna dan Alvin. "Oh Tuhan! Dada gue sesek," ringis Shayna saat kemben kebaya itu terasa mengikat tubuhnya erat.

"Tahan ya. Cuma beberapa jam aja," pinta Shonya.

Sudah memakai kain songket yang membuatnya susah berjalan, lalu kini harus memakai kemben yang membuat dadanya sesak dan lebih parahnya, kemben ini memperlihatkan belahan dada Shayna tanpa malu-malu.

"Pakaian haram ini!" pekik Shayna melihat tampilan dirinya di depan kaca hanya berbalut kain songket dan kemben.

"Ga sampe tiga bulan lagi, Alvin bisa liat semuanya Na. Sampe yang paling dalem sekalipun."

Wajah Shayna memerah padam mendengar balasan menyeleneh dari kakaknya.

Shonya memakaikan kebaya itu. Memastikan Shayna tampil dengan baik. "Kakak gatel.." keluh Shayna saat merasakan kebaya yang menempel di kulit tubuhnya.

"Tahan Na. Tahan. Bentar aja. Okay?" Shonya memohon pada adiknya.

Ia berputar mengelilingi Shayna. Melihat ada atau tidaknya kekurangan pada Shayna. Adiknya tampak sangat cantik dan ayu. Berbeda dengan Shayna yang biasa hanya menggunakan kemeja kotak-kotak kebanggaannya.

Kebaya itu membuat tubuh Shayna terlihat sangat indah. Lalu punggung mulusnya terlihat dari kain yang tembus di belakang. Juga kaki Shayna terlihat sangat jenjang dengan belahan samping pada kain songketnya.

Apalagi dengan riasan wajahnya. Tidak ada kacamata yang bertengger di wajah Shayna. Membuat mata bulat Shayna tidak terhalang apapun. Lalu efek menggunakan lensa kontak juga mempercantik dirinya.

"Ayo turun. Alvin udah sampe dari tadi. Semua tinggal nunggu lo." Shonya menggenggam jemari adikya, mengajak Shayna turun untuk menemui semua orang.

Tatapan semua orang tertuju pada tangga melingkar tempat Shayna turun. Jangan liatin gue! Gue panik nanti! Erang Shayna dalam diam.

Sebisa mungkin Shayna menahan wajahnya agar tidak menimbulkan kekonyolan yang lain. Shayna bisa menemukan beberapa saudara juga sepupu serta teman-teman dekatnya. Mereka menatap Shayna seakan yang sedang menuruni tangga itu bukanlah Shayna yang mereka kenal.

Beberapa bahkan mengabadikan kejadian ini dalam ponsel mereka. Sesekali tamu yang ada berbisik sambil tersenyum kagum melihat Shayna.

Ketika Shayna memasuki ruang tamu tempat pusat acara berlangsung, ia bisa melihat Alvin beserta keluarganya sudah menunggu. Pria itu menggunakan kemeja yang terbuat dari kain yang sama dengan songket milik Shayna.

Shonya membawa Shayna untuk berdiri di tengah kedua orangtuanya. Berhadapan langsung dengan Alvin dan keluarga Alvin.

Wajah Shayna bersemu merah ketika Alvin menatapnya lekat. Pria itu sudah menatapnya seakan ingin menelan bulat-bulat Shayna sejak Shayna memasuki ruang tamu.

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang