Part 7

15K 1.5K 22
                                    

Sabtu ini akan menjadi hari yang sama hecticnya untuk Shayna dengan hari kerja lainnya. Ia akan mulai mengurusi semua untuk acara pernikahan mereka. Tentu saja Alvin juga. Kedua ibu mereka juga ikut untuk membantu.

"Shayna! Ayok turun! Alvin sama Tante Inggit udah dateng nak." Suara ibu Shayna terdengar memanggil putrinya.

"Sabar ma. Kacamata Shayna ga keliatan," balas Shayna.

"Eugghh?" Kezia yang tidur di atas kasur Shayna mengerang kecil. "Apaan Na?" tanya Kezia yang terbangun karena Shayna.

"Kacamata gue mana ya Kez? Ga keliatan nih," ucap Shayna bingung. 

Minus mata Shayna memang cukup tinggi. 4,5 hingga membuat matanya tak bisa melihat jelas tanpa bantuan kacamata.

Kezia bangkit dari posisinya dan mengusap matanya pelan. Ia tau Shayna akan pergi mengurusi untuk pernikahannya sekarang. "Sabar gue bantuin cari."

Gadis itu turun dari kasur dan mulai mencari. Entah dimana Shayna meletakkan benda pentingnya itu. "Astaga Shayna cantik!" Kezia memekik ketika mendapatkan kacamata Shayna.

Benda itu tergeletak di antara buku-buku Shayna. "Ayo sana gih turun. Udah ditungguin sama bebeb Alvin dan mama mertua." Kezia mendorong temannya itu turun.

Bahkan ia sampai mengantarkan Shayna ke depan rumahnya. "Beli kain yang bagus ya buat pengantinnya. Cie mau jalan-jalan sama calon suami sama mama mertua," ejek Kezia dengan entengnya di depan semua orang.

Shayna melotot pada Kezia. Temannya ini benar-benar! "Hahaha bisa aja sih Kezia. Oh iya Kezia kalau mau sarapan atau apapun ambil di kulkas terus minta aja sama bibi atau mbak buat masakin ya," ujar ibu Shayna.

"Siap tante! Kezia jagain rumah sama Brian hari ini," balas Kezia sambil memberikan hormat pada ibu sahabatnya itu.

Ia sampai berjingkrak melambaikan tangan saat mobil Alvin menjauh dari pekarangan. Membawa sahabatnya untuk melakukan persiapan mereka.

"Yang tadi tuh sahabatnya Shayna. Udah biasa gitu tinggal di rumah," ucap ibu Shayna pada calon besannya yang duduk di sebelahnya. "Oh ya? Pantes deket banget."

Kedua ibu-ibu itu sibuk bercerita banyak hal sedangkan Shayna hanya diam di bangku depan. Begitu juga Alvin yang fokus menyetir.

Mereka akhirnya sampai di sebuah gedung bertingkat empat. Ibu mereka bahkan sudah meninggalkan mereka dan berjalan duluan. Tampaknya mereka sangat bersemangat sekarang. Mengalahkan Alvin dan Shayna yang akan menikah.

Begitu melihat jejeran dinding dan tumpukan kain-kain yang tergulung, Shayna mengerti sekarang. Mereka tengah membeli kain untuk pakaian dan seragam.

Shayna dan Alvin di bawa menuju lantai tiga. Lantai itu dikhususkan untuk kain-kain yang akan digunakan pada pernikahan. Seperti untuk jas ataupun gaun pernikahan.

Seketika perkataan Alvin yang ia dengar dari celah pintu kembali terngiang oleh Shayna.


Tapi setidaknya Alvin harus memberi kontribusi. Ini untuk Shayna. Semua perlengkapan acara pernikahan kami, cincin, apapun yang Shayna pakai selama pernikahan itu jadi tanggungan Alvin.


Berarti kain apapun yang ia pilih nanti untuk acara mereka, biaya perancang busana, cincin mereka, bahkan sampai sepatu Shayna adalah tanggungan Alvin.

Ibu mereka sudah berkeliling melihat berbagai jenis kain untuk gaun dan pakaian pernikahan mereka. Seorang pegawai toko datang dengan membawakan beberapa jenis gulungan kain.

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang