Part 3

20.4K 1.9K 71
                                    

"Sial! Banyak amat darahnya," gerutu Shayna ketika melihat bayangannya dari pantulan cermin. Tangannya menampung sedikit air dari kran wastafel dan membasuh bibirnya.

Shayna benci rasa darah di dalam mulut namun ia selalu merasakannya karena kebiasaan menggigit bibir bagian bawahnya.

Seketika ia termenung. Alvin tidak menolaknya. Alvin menerima semua ini. Semua tinggal keinginannya. Tapi Shayna dari awal memang tidak berniat membuat keributan dengan ayah ibunya apalagi dengan kerabat lainnya.

Ia menarik nafasnya pelan lalu berjalan keluar dari kamar mandi itu, kembali pada tempatnya sebelum pergi.

"Gapapa?" tanya Alvin saat Shayna baru saja kembali duduk. Obrolan pertama mereka yang Shayna tau. Shanya menoleh dan mendapati Alvin yang menatapnya khawatir.

"Gue gapapa kak," cicit Shayna sambil mengangguk kecil. Kenapa gue jadi ngecicit gini?! Hadeh Shayna, aneh-aneh aja lo. Dumel Shayna sendiri pada dirinya.

Sesaat Shayna mengedarkan pandangannya dan semua orang menatapnya berbalik. "Jadi?" tanya ayah Shayna pada dirinya. "Hah? Jadi?" tanya Shayna balik dengan nada bingung.

Ayah Shayna menggeleng pasrah melihat anaknya. "Kamu nerima semua ini?" tanya ayahnya memperjelas pertanyaannya tadi.

"Aku terima kok pa," jawab Shayna. Memangnya ia bisa mengatakan tidak terima lalu semua bisa berakhir dengan damai? Oh pasti tidak. Karena keluarga besar ini tidaklah selalu rukun.

"Asik-asik joss!"

"Calon manten! Calon manten!"

"Kapal berlayar kapten!"

Berbagai cuitan rusuh terdengar dari arah bangku belakang Alvin dan Shayna. Tentu saja semua itu pekerjaan semua sepupunya.

"Masak aer!" 

Seluruh keluarganya langsung menoleh ke arah suara yang terdengar menarik perhatian. Tak terkecuali Alvin dan Shayna. Reinhard berdiri di bangkunya, menghadap para sepupu yang duduk di deretan belakang.

"Biar mateng!" balas para sepupu mereka dengan kompak.

Dia pake acara pantun segala! Pekik Shayna gemas melihat tingkah Reinhard.

Pria itu tak tampak seperti berumur 28 tahun sekarang. "Makan sagu pake micin!" Reinhard memulai pantunnya tanpa rasa berdosa sama sekali.

"Cakep!" pekik semua muda-mudi di kursi belakang. "Cie Alvin mau kawin!!"

Tawa geli serentak memenuhi rumah itu. Tak hanya dari pada muda-mudi bahkan sampai ke orang tua. Alvin memijit pelipisnya pelan. Memang Reinhard seharusnya ia beri obat tidur saja pagi ini.

"Kurang dong kak! Pantun buat Shayna mana?" Saskia memanas-manasi keadaan. "Oh ada. Lagi ya lagi balesin gue," pinta Reinhard.

"Masak aer!" "Biar mateng!"

Seluruh orang menunggu pantun yang akan dikeluarkan Reinhard untuk Shayna. "Anak itik pergi main."

"Cakep!"

Reinhard menoleh sejenak ke arah Alvin dan Shayna yang menatapnya dengan tatapan horor. Pria itu mengeluarkan senyuman maut yang biasanya membuat Reinhard terkenal di seantero kantor.

"Shayna cantik bininya Alvin!"

Riuh tawa kembali pecah di ruangan itu. Wajah Shayna memerah seketika. Berbanding terbalik dengan Alvin yang hanya bisa menggeleng pasrah.

"Kak Reinhard, aku mau bales pantun kakak." Tiba-tiba Shayna bersuara. Membuat Alvin yang duduk di sampingnya membulatkan matanya kaget.

Shayna melirik Alvin sejenak. "Kita habisin dia," bisik Shayna pada Alvin. Shayna berdiri dari sofa yang ia duduki dan menghadap Reinhard. "Sautin gue ya lo semua," pinta Shayna dengan enteng pada para sepupunya.

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang