Part 2

23.7K 2.1K 26
                                    

"Iya, ada apa? Aku udah di depan rumah, Mama!" Alvin terkesiap mendengar suara dari dalam ponselnya. Matanya mengerjap sesekali. 

Beberapa orang tua termasuk ibunya dan Paman Billy serta Tante Shannon menatapnya penasaran. 

"Oh..." Hanya suara itu yang bisa Alvin berikan sebagai balasan. 

Ia tak tau harus membalas erangan kesal tiba-tiba itu bagaimana dan memberikan respon terbaik yang akan menyenangkan seluruh orang tua di dekatnya.

"Eh.. Halo, ini si—" Alvin buru-buru mematikan telfonnya ketika mendengar suara Shayna di ujung telfon. Sepertinya ia baru tersadar jika yang menelfon bukanlah ibunya. 

"Gimana? Apa kata Shayna?" tanya Tante Shannon padanya. "Shayna udah di depan kok tan," jawab Alvin sebelum berlalu dari ruang keluarga. 

Hembusan nafas kecil Alvin terdengar. Tangannya bergerak menggaruk belakang kepalanya pelan. Hidupnya menyebalkan sekali. Sangat menyebalkan. 

"Apa katanya?" Alvin menoleh, mendapati salah satu sepupunya duduk dengan tenang di ruang makan. "Kata siapa?" tanya Alvin menoleh. "Ya kata calon istri lo lah!" Reinhard menyikut tubuh Alvin tanda menggodanya. 

"Udah diem aja. Kalo ga gue laporin masalah lo kemarin," ancam Alvin pada sepupunya itu. Pria bernama Reinhard itu memasang wajah asamnya dan menggerutu kecil. 

Tapi ia tau Alvin tidak akan melaporkannya pada kedua orang tuanya. Reinhard terus mengekori Alvin yang berakhir dengan sebuah piring dan garpu. "Lo tau kan dia yang mana?" tanya Reinhard pada Alvin. 

Semenjak diberitau jika akan menikah dengan seseorang, Alvin tidak banyak berkomentar. Bahkan sepertinya Alvin juga tidak menanyakan lebih tentang wanita yang akan menjadi pasangannya. 

Satu-satunya pertanyaan Alvin hanya "Siapa?" Lalu ibunya menjawab "Shayna Adelaide." Nama Shayna tidak asing. Alvin sering mendengarnya. 

Tapi Alvin tidak ingat sama sekali rupanya. Bahkan rasanya Alvin tak pernah bertemu dengan Shayna. Keluarga Paman Billy cukup sering ikut berkumpul. Alvin yang anak tertua juga mengenal hampir keseluruhan dari saudara-saudaranya. 

Ia tak asing dengan Shonya, anak pertama Paman Billy ataupun dengan Brian si bungsu. Mereka sering ikut dalam acara kumpul keluarga. Tapi kenapa Alvin tak tau rupa Shayna? Shayna memang jarang ikut dalam acara keluarga. 

Ralat. Sepertinya Shayna tidak pernah ikut sama sekali karena sekeras apapun Alvin mengingatnya, tetap saja tidak ada rupa Shayna di dalam benaknya. 

"Gue tau kok." Alvin menjawab asal. Tak mau jika menjawab tidak tau dan akhirnya Reinhard kembali mengejeknya. 

"Udahlah gue mau nyemil dulu." Ia meninggalkan Reinhard yang tersenyum padanya. Entah untuk apa pria menyebalkan itu tersenyum. 

Tatapan Alvin jatuh pada banyaknya makanan yang tersaji. Sepertinya sesuatu yang manis akan lebih baik. Alvin mengambil sendok besar pada piring yang terdapat puding cokelat di dalamnya. 

Potongan terakhir. Untungnya. Alvin sedikit tersenyum melihat sedikit keberuntungannya mendapatkan puding cokelat terakhir di piring. Puding buatan Tante Shannon memang selalu yang terbaik. 

Tak lupa, Alvin menuangkan saus fla untuk puding cokelatnya. Secepat mungkin ia memasukkan satu sendok potongan puding ke dalam mulutnya. Merasakan manisnya puding cokelat dengan sedikit sentuhan lembut dari saus fla. 

Selama satu hari ini, bagi Alvin puding cokelat adalah hal terbaik yang ia dapatkan. Alvin tidak begitu menggemari makanan manis tapi setiap mereka melakukan acara kumpul keluarga, Alvin juga tidak bisa melewatkan puding buatan Ibu Shayna begitu saja. 

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang