Part 16

13.1K 1.4K 26
                                    

Keesokan harinya Alvin bersiap pergi menuju rumah Shayna. Ia tau gadis itu tidak memiliki jadwal magang hari ini.

Beberapa hari yang lalu Shayna bilang jika kantornya mengadakan employee gathering. Sebenarnya ia diajak namun Shayna malas ikut.

Alvin menggunakan kesempatan ini untuk menemui Shayna. Ia rela memakai cuti kerjanya hanya untuk menjelaskan semuanya pada Shayna.

Pesannya masih terus diabaikan oleh Shayna. Telfonnya apalagi. Boro-boro menelfon balik, pesannya saja Alvin yakin tak dibaca oleh Shayna.

"Haduh dasar anak-anak," desah Alvin pasrah.

Hubungan ini, Alvin yakin jika ingin berjalan maka ia sebagai yang jauh lebih tua seharusnya lebih dewasa menghadapi Shayna. Apalagi Shayna sedang dalam masa-masa berbeban berat.

Tidak hanya dari sisi pernikahan dadakan mereka namun juga dari sisi pendidikannya.

Pukul 10 pagi dan Alvin sudah berada di depan rumah Shayna. Satpam rumah Shayna membukakan pagar ketika melihat yang datang adalah pria yang sebentar lagi akan menjadi menantu tuan rumahnya.

"Lho Alvin datang?" Ibu Shayna menyapa Alvin saat Alvin baru saja turun dari mobilnya.

Shannon terlihat masih sibuk mengurusi bunga-bunga anggreknya di taman depan rumah. "Iya tante, aku mau ketemu sama Shayna," jawab Alvin.

"Oh Shayna masih di kamar Vin. Coba datengin aja kamarnya. Dari tangga cari pintu balkon utama terus di samping balkon utama itu kamar dia. Kayaknya sih masih tidur. Dia bergadang semalaman."

Alvin mengangguk mengerti. Ia berjalan sesuai arahan ibu Shayna. Alvin baru sadar, sudah sebentar lagi menikah tapi ini kali pertama Alvin menginjakkan kaki di lantai dua kediaman Shayna.

Kamar di samping balkon utama ya.

Begitu menemukan pintu balkon utama, Alvin juga menemukan pintu terdekat dari balkon utama. Tertulis kata Do Not Step In If You Are Unworthy.

Perlahan Alvin membuka handle pintu itu. Tidak ingin membangunkan Shayna yang katanya masih tertidur pulas.

Saat masuk, Alvin menemukan Shayna yang masih bergelung di dalam selimutnya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar kamar Shayna.

Kamar itu cukup besar. Berbanding terbalik dengan kamar Alvin di kediamannya. Jelas saja kamar Shayna besar, ia saja tinggal di rumah yang seperti istana. Ada satu dinding yang dikhususkan untuk berbagai foto dan pajangan milik Shayna.

Juga sebuah sofa di ujung sisi kasurnya. Sofa itu penuh dengan berbagai tas dan jaket milik Shayna. Alvin menatap jejeran foto pada dinding Shayna. Kebanyakan foto dengan wajah konyol yang bisa membuat Alvin menggelengkan kepala.

Di atas kasurnya juga tertata beberapa boneka besar berbentuk hewan-hewan. Ada juga sebuah peta timbul di dinding dengan berbagai pin yang menandakan negara yang pernah Shayna kunjungi.

Langkah Alvin membawanya kesebuah ruangan lain di dalam kamar itu. Ia kira ruangan ini adalah kamar mandi. Ternyata Alvin salah.

Sebagian ruangan ini berisikan lemari untuk pakaian dan perlengkapan Shayna. Dan sebagian lagi terdiri dari rak tinggi besar yang menampung berbagai buku.

Lalu ada meja rias di salah satu sudut dan sofa bundar di tengahnya. Barulah ada pintu menuju kamar mandi di dalam kamarnya.

Dia suka baca buku ya? Alvin bertanya-tanya ketika melihat rak buku yang penuh dengan berbagai buku yang ada. Di mulai dari komik hingga bacaan berat tentang alam ataupun sejarah.

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang