Chapter 22

78 11 2
                                    

Alisha berjalan santai menuju ke kamarnya, dirinya sedikit heran mengapa keadaan istana sedikit lengang padahal biasanya akan ada banyak pelayan atau prajurit yang berlalu lalang untuk berjaga.

Memilih untuk tak memedulikannya, Alisha kembali meneruskan langkah. Hatinya sedikit senang setelah melampiaskan amarahnya pada kelima vampire yang menyerangnya tadi.

Membuka knop pintu lantas masuk ke dalam. Dirinya berjengit kaget karena suara Reyhan yang lantang menyerukan namanya. "Alisha! Dari mana saja kau?"

Gadis itu menatap Reyhan dengan tatapan bingung pasalnya lelaki itu kini tengah menatapnya dengan tatapan tajam.

"Apa aku berbuat salah? Bukankah seharusnya aku yang marah?" batin gadis itu.

"Alisha, jawab pertanyaanku!" sentak Reyhan entah itu sengaja atau tidak. Alisha terkejut karena lelaki itu membentaknya.

Hatinya nyeri, belum pernah ia menerima perlakuan seperti ini sebelumnya. Dicurigai, dibentak oleh orang yang disayangi, dianggap musuh.

"Apakah setiap pertanyaan memerlukan jawaban? Tak semua hal yang kulakukan harus kau ketahui, Yang Mulia."

Reyhan melunakkan tatapannya setelah panggilan formal yang keluar dari bibir pasangannya.

"Maaf jika saya terkesan lancang, tapi bisakah Anda keluar dari kamar saya, Yang Mulia? Saya lelah dan ingin beristirahat." Alisha mengembuskan napas kasar karena Reyhan yang tak kunjung keluar dari kamarnya.

Lelaki itu hanya diam bak patung, namun kedua matanya tak lepas memandang setiap pergerakan Alisha.

Gadis itu akhirnya memilih untuk tak memedulikan keberadaan Reyhan. Ia mengambil handuk dan baju gant dari dalam lemari pakaian lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Berlama-lama di kamar mandi meski ritual mandinya telah usai, berharap Reyhan bosan di sana dan pergi. Namun, kenyataannya lelaki itu masih duduk diam di atas kasur Alisha.

"Dasar keras kepala! Jika dia tidak keluar dari sini bagaimana aku bisa membuat ramuan untuk Raja?" kesal Alisha.

Gadis itu masih enggan keluar dari kamar mandi. Memikirkan cara bagaimana mengusir Reyhan dari dalam kamarnya atau bagaimana cara membuat ramuan meski ada Reyhan di kamarnya.

"Apa aku buat ramuan itu di sini saja?" pikirnya.

Akhirnya Alisha memutuskan membuat ramuannya di dalam kamar mandi. Mengunci pintu dengan sihir miliknya dan mengubah kamar mandi menjadi ruangan eksperimen.

Alisha juga membuat agar kamar mandi tersebut berada di dimensi lain agar orang luar tidak bisa mendengar atau mengusik kegiatannya.

Setelah menyiapkan bahan dan alat untuk membuat ramuan, gadis itu memulai eksperimen yang diajarkan ibunya.

Memang memakan waktu yang agak lama karena ini adalah kali pertama Alisha membuatnya sendiri, tetapi gadis itu tetap optimis.

Setelah hampir tiga jam, akhirnya ia bisa membuat empat botol meski masih ada bahan yang kurang.

"Baiklah, sepertinya ini sudah cukup. Besok aku akan mencari anggrek hitam untuk tambahan ramuannya agar bisa dikonsumsi Raja," ujarnya senang.

Mengembalikan keadaan kamar mandi seperti semula, Alisha keluar dari sana. Bahkan dirinya melupakan fakta bahwa Reyhan masih duduk diam di kamarnya.

Menatapnya dengan tatapan datar, Alisha bingung apa yang sebenarnya terjadi pada pasangannya tersebut. Namun, gadis itu enggan menanyakan alasannya, ia hanya tak ingin kembali merasakan kecewa.

Gadis itu memilih untuk tidur karena lelah, tak masalah jika Reyhan tetap di situ, Alisha akan mengabaikannya.

Namun, baru satu detik gadis itu memejamkan mata. Reyhan akhirnya membuka suara dan memanggil pasangannya.

"Alisha ..., " lirihnya, suara Reyhan terdengar serak di indera sang gadis.

"Hmm?" deham Alisha sebagai respons.

"Dari mana saja kau? Aku khawatir, terlebih prajuritku yang mencarimu mengatakan jika mencium aroma darah dan tubuhmu di hutan, selain itu, mereka juga menemukan serpihan mayat vampire yang mati di sana."

Alisha membuka kedua matanya. Dirinya lupa membereskan bekas kekacauan tadi. Apa yang harus ia katakan pada Reyhan?

Jantungnya berdegub kencang. Takut jika Reyhan akan menceramahinya seperti tempo hari, pasti lelaki itu akan mengadu yang macam-macam pada Lily, ibunya.

"Apa kau bertarung dengan vampire itu? Untuk apa kau datang ke perbatasan hutan? Satu hal lagi, jika kau ingin pergi maka ajaklah aku. Jangan pergi sendirian karena situasi masih bahaya, tapi kau tidak pernah mau mendengar."

Terdengar helaan napas Reyhan. Dari sana, Alisha tahu jika lelaki itu tengah lelah, tapi dirinya sebagai pasangan bukannya mengurangi beban malah menambah beban yang ada di pundak Reyhan.

Alisha sedikit merasa bersalah. Masih dalam keadaan berbaring dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, Alisha meminta maaf pada pasangannya.

"Maaf karena aku malah menjadi beban baru untukmu. Aku hanya ... entahlah, aku tidak suka sikapmu belakangan ini padaku. Kau seperti bukan Reyhan yang aku kenal.

Bahkan kau mulai mencurigaiku, jika selama ini kau memang belum bisa menerimaku maka kembalikan saja aku ke rumah Ibu dan Ayah."

Perkataan Alisha sukses membuat hati Reyhan terasa nyeri. Rasa bersalah menyelimuti dirinya, bahkan ia tak berani mengucap setapah kata pun.

Suasana menjadi sangat canggung. Atmosfer di antara keduanya mendingin. Alisha berharap Reyhan akan mematahkan argumennya, tetapi lelaki itu hanya diam.

"Sebaiknya kau kembali ke kamarmu dan istirshatlah, dinginkan pikiranmu sebelum menemuiku. Jika sudah mendapat keputusan datang dan beritahu aku."

Reyhan melotot lantas menyibakkan selimut yang menutupi Alisha, gadis itu terkejut dan berbalik.

Reyhan ikut naik ke atas ranjang dan menangkup wajah Alisha. Gadis itu hendak memberontak tetapi pergerakannya dikunci sehingga ia tak bisa bergerak.

Reyhan mendekatkan kepalanya dan kedua benda kenyal tak bertulang itu pun bertemu, hanya menempel, tak ada pergerakan lain.

Reyhan memejamkan keduanya matanya menikmati sementara Alisha terkejut bukan main atas perlakuan Reyhan yang tiba-tiba.

Lelaki itu melepaskan kecupannya setelah beberapa menit, membuka matanya dan tersenyum pada sang gadis.

Alisha lansung mendorong Reyhan dengan sihirnya setelah lelaki itu melonggarkan kunciannya. Menampar Reyhan sangat kencang lalu pergi dari kamar.

Reyhan diam, tak berniat mengejar Alisha. Ia sentuh bekas tamparan gadis itu. Wajah Reyhan itu keras, tetapi tamparan Alisha terasa nyeri di pipinya.

"Apa aku salah?" tanyanya pada diri sendiri, "bukankah biasanya wanita akan luluh dengan kecupan? Kenapa Alisha berbeda?"

Sementara di sini lain, Alisha marah. Dirinya merasa telah dilecehkan oleh Reyhan. Ia memang pasangannya, tapi bukan berarti Reyhan bisa seenaknya mencium dirinya seperti tadi.

Gadis itu duduk di taman belakang kerajaan. Mencoba meredakan amarahnya dengan bermain sihir, namun sesuatu mengganggu indera pendengarannya. Suara dari semak, Alisha berdiri dalam keadaan siaga.

Tak lama, seseorang muncul dari balik semak dan mendekati Alisha. Gadis itu hanya diam berdiri dan menatap orang itu dengan tatapan bingung.

Tbc

Halo guys, balik lagi bersama aku
maaf minggu lalu ga bisa up dikarenakan gaada kuota, ehehehe
jadi buat malem ini ak bakal doube up
yeeaayy
maaf up nya malem2, ak bru inget ini hari selasa 😂😂
Btw, jangan lupa tinggalkan jejak
see you

Wizard's Love Story [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang