Alisha berjalan dengan pelan, pandangan matanya lurus ke depan, tepat mengarah pada Reyhan, mate-nya, atau mungkin mantan mate-nya? Entahlah Alisha sendiri pun sudah tak terlalu memusingkan hal itu.
Reyhan yang berdiri di seberang tampak tersenyum melihat gadis yang amat disayanginya berjalan mendekat. Kini ia sadar jika dirinya memang tidak bisa hidup tanpa Alisha. Mate-nya.
Namun senyuman miliknya pudar tatkala melihat sorot yang terpancar di mata gadis itu memudar dan tampak dingin, bahkan wajahnya tampak tak berekspresi.
Reyhan hendak mendekati Alisha yang kini jaraknya hanya delapan langkah lelaki itu, namun Alisha mengangkat satu tangannya mengisyaratkan agar lelaki itu tetap berdiam di tempatnya.
Tepat ketika jarak mereka hanya terpaut lima langkah. Alisha memberanikan diri untuk bertanya, "Apa yang Anda inginkan, Pangeran? Ingin membunuh saya karena saya adalah tahanan yang kabur?"
Nada suara Alisha yang dingin mampu membuat dada Reyhan sesak. Rasanya seolah dada lelaki itu tertusuk ribuan pedang.
Reyhan menggeleng dengan lemah. "Tidak, Sayang. Aku ingin meminta maaf, aku ingin memohon ampunan padamu. Aku tahu jika aku memang bersalah dan sangat terlambat untuk menemuimu."
Alisha berdeham. Sebisa mungkin ia menyembunyikan air mata yang menggenang di pelupuk mata. Mendengar kata Sayang yang terucap dari mulut Reyhan membuatnya marah.
"Jika Anda sudah tahu bahwa maaf yang Anda sampaikan pada saya sudah terlambat, kenapa masih di sini?" Alisha mencoba menggunakan intonasi yang formal, namun yang keluar hanyalah suara serak dan gemetar.
Reyhan menunduk lagi, mungkin Alisha memang benar. Dia sudah tidak pantas menerima maaf dari gadis itu.
Kesalahan Reyhan sangatlah fatak, bahkan ia memilih untuk percaya pada orang lain ketimbang mate-nya sendiri.
Meski Alisha bukanlah werewolf atau vampire yang terikat dengan mate, namun rasa cinta yang ia miliki pada Reyhan sangatlah besar, ia bahkan rela mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk lelaki itu. Namun yang ia dapat hanyalah pengkhianatan.
Lelaki itu menarik napas panjang lalu mengembuskannya. Ia dongakkan kepalanya, memandangi gadisnya untuk yang terakhir kali.
Setelahnya Reyhan berbalik, mungkin ini memanglah karma atas perbuatannya dahulu. Karma karena telah mempermainkan perasaan Alisha.
Alisha yang melihat Reyhan pergi pun menghentikannya. "Tunggu, Pangeran!"
Reyhan tidak berhenti. Ia sudah putus asa sekarang. Tidak memedulikan panggilan Alisha untuk kesekian kalinya.
Alisha yang geram langsung menyusul Reyhan. Menggunakan teleportasi miliknya dan beberapa detik kemudian ia telah berdiri tepat di depan pangeran vampire itu.
Reyhan membulatkan kedua mata ketika melihat Alisha yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
Jika saja lelaki itu tidak menghentikan langkah, bisa dipastikan kedua tubuh itu akan bertabrakan dan terjatuh di tanah.
"Ada yang ingin aku tanyakan padamu, Reyhan," kata Alisha dengan gaya bahasa yang biasa ia gunakan.
Melihat hal itu Reyhan langsung tersenyum dan mengangguk. Seketika ia merasa masih ada secerca harapan untuk meluluhkan Alisha.
"Katakan, apa pun pertanyaanmu akan aku jawab, Alisha," balasnya senang.
Alisha menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Otaknya memaksa gadis itu untuk mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, kejadian paling menyengsarakan kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wizard's Love Story [HIATUS]
Fantasy[SEQUEL HALF BLOOD LUNA] Masih ingat dengan kisah Lily Evans dan Adrian Rohan yang penuh lika-liku dan banyak perjuangan? Kisah cinta mereka, kini akan dilanjutkan oleh sang putri sekaligus keturunan pertama mereka, yaitu Alisha Rohan. Ini adalah ki...