Chap 38

63 9 7
                                    

Mentari perlahan meninggalkan langit dan kembali ke peraduannya, menyisakan warna senja menyapa netra, terlukis dengan indah di langit sebagai kanvasnya, meneduhkan setiap kalbu yang menatap.

Alisha, gadis itu menatap langit dari dalam rumah, dibalik jendela yang sengaja ia buka dan menyandarkan diri di sana.

Terpukau dengan keindahan yang tersaji di depannya. Ia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya.

Seseorang menepuk bahu Alisha, membuat gadis itu menoleh. Ia tersenyum pada Lilyーibunya yang kini berdiri di sampingnya.

"Kau tidak ingin bergabung dengan yang lain?" tanya wanita itu pada putrinya.

"Sebentar lagi, Bu. Kue buatanku sebentar lagi akan matang, jika aku meninggalkannya pasti semua orang akan memakan kue gosong sore ini," kata Alisha dengan nada bercanda.

Lily tersenyum lalu mengelus surai panjang putrinya. Mencubit hidung gadis itu karena gemas.

"Baiklah, Ibu akan menunggumu. Kita sajikan kue itu pada semua orang bersama." Alisha mengangguk menanggapi.

Rumah mungil Lily memang tengah ramai hari itu karena seluruh anggota keluarga besarnya datang untuk berkunjung.

Di teras rumah, banyak orang yang menunggu camilan buatan Alisha. Mereka saling melemparkan canda gurau untuk mencairkan suasana.

Beberapa menit menunggu, kue buatan Alisha telah matang. Ia segera memotong dan menyusun kue miliknya ke dalam piring dibantu oleh Lily.

Keduanya berjalan keluar dari rumah menuju ke tempat suara tawa itu berasal. Teras rumah.

Semua orang tampak antusias melihat empat piring kue yang dibawa oleh Alisha dan Lily. Kedua wanita itu meletakkannya di tengah-tengah bersama dengan minuman dan camilan lain.

"Wah, kue buatan Alisha sudah matang. Aku tidak sabar mencicipinya," kata Jeff antusias yang membuat si kembarー Jerico dan Javier, tertawa bersamaan.

Alisha melirik ke arah dua adiknya tersebut. "Ada yang lucu di sini, Alpha?" tanya Alisha dengan menekankan kata "Alpha" pada kalimatnya.

Kedua lelaki yang menjabat sebagai Alpha itu saling bertukar pandang selama beberapa detik lalu menggeleng.

Mereka mencomot sepotong kue dari piring lalu memakannya. Sementara Jeff yang melhat keduanya berdecak sebal, ia juga turut mengambil kue buatan Alisha dan memasukannya ke dalam mulut.

Alisha menggeser duduknya, mendekat ke arah Narcissa yang tengah menggendong seorang bayi perempuan yang tampak menggemaskan.

"Bibi, biar aku yang menggendong Tierra," tawarnya pada Narcissa. Wanita itu memberikan bayinya ke pangkuan Alisha.

"Astaga kau benar-benar menggemaskan, Sayang. Aku jadi ingin menggigitmu," monolognya ketika melihat bayi mungil itu.

"Kue buatan Alisha tidak pernah mengecewakan," celetuk Aldrich tiba-tiba.

Semua orang mengangguk setuju. "Jika saja werewolf tidak terikat dengan mate, sudah sedari lama aku ingin menjodohkannya dengan Jeff."

Jeff langsung tersedak kue yang dimakannya. Ia melotot ke arah ibunya yang dengan gamblang mengatakan hal tersebut.

Alisha tak kalah terkejut dengan ucapan bibinya. Seketika bayangan Reyhan kembali menghantui pikirannya.

Dua tahun telah berlalu, namun mimpi buruk itu tidak pernah benar-benar menghilang dari kehidupan Alisha.

Ia masih sangat sensitif jika membahas masalah jodoh dan pasangan. Luka yang ia miliki di masa lalu masih menganga lebar dan sulit untuk ditutup.

Lily yang melihat perubahan air muka putrinya langsung berdiri, berjalan ke arah Alisha dan duduk di samping gadis itu.

Ia menggenggam jemari putrinya erat dan membelainya, mencoba menenangkan Alisha. "Tenanglah, Sayang. Tidak masalah, bibimu hanya bercanda," bisiknya di telinga Alisha.

Gadis itu menarik napas panjang lalu mengembuskannya, melakukan hal itu berulang kali lalu meyakinkan diri sendiri jika semuanya baik-baik saja.

Ia menoleh ke arah ibunya dan mengangguk. Memberikan senyuman terbaik yang dimilikinya pada sang ibu, mengisyaratkan jika dirinya baik-baik saja.

Suasana yang tadinya terasa tegang bagi Alisha mulai kembali mencair. "Kalian ingin makan malam di sini sebelum pulang? Aku dan Alisha akan menyiapkan makan malam jika kalian bersedia menunggu," tawar Lily.

"Maaf, Bi. Pekerjaanku masih menumpuk di pack, sepertinya aku tidak bisa makan malam di sini," ujar Jeff sedikit kecewa karena tidak bisa menikmati masakan Lily dan Alisha.

"Maaf, Lily. Kami juga harus pulang sebelum makan malam, kami harus mengurus beberapa pekerjaan di pack," kata Geffrey sambil merangkul Narcissa.

Lily tampak kecewa mendengarnya. Ia menatap ke arah Aldrich dan Lucy penuh harap. Membuat sepasang suami istri itu saling memandang dengan kikuk.

Lily membuang napas kasar. "Kalian juga tidak bisa. Oke, pulang saja sana! Jangan kembali ke sini lagi," rajuknya.

"Astaga, lihatlah tingkah ibumu ini, Nak. Dia sudah tua tapi kelakuannya seperti anak-anak," sindir Geffrey.

Si kembar mendekat ke arah ibunya lalu memeluk wanita itu erat. "Tenang saja, Bu. Masih ada aku dan Javier yang akan menghabiskan makanan di sini," kekeh Jerico.

Lily mengelus kepala kedua putranya. "Kalian memang yang terbaik," pujinya pada si kembar.

Semua orang kembali tergelak melihat tingkah Lily. Alisha tersenyum melihatnya.

Ia menyesal meninggalkan rumah yang nyaman ini dan memilih pergi ke tempat asing yang tidak menginginkan kehadirannya.

"Dewi Bulan, izinkan aku menikmati kebahagiaan ini lebih lama lagi," batinnya.

*****

Suasana menjadi sepi saat semuanya pulang. Kini hanya tersisa Lily, Adrian, Alisha, Renata dan si kembar yang berada di ruang tengah. Mereka memakan camilan dan minum teh setelah makan malam.

"Ibu, lihat Alisha! Dia mengubah snack milikku jadi daun, Bu," adu Javier pada ibunya.

"Dia duluan yang menggangguku, Bu," kilah Alisha tidak terima.

"Kalian ini ribut terus. Hari sudah malam, sebaiknya semuanya pergi tidur!" perintah Renata.

"Yah, Nenek tidak seru," gerutu Jerico tak terima namun ia tetap melaksanakan perintah sang nenek dan berjalan ke kamar dan diikuti oleh yang lainnya.

"Selamat malam semuanya, selamat istirahat!" sindir Renata halus karena tak ada yang mengucapkannya seperti biasa.

"Selamat malam, Nenek," balas ketiga cucunya.

Lily mengecup tangan Renata dan mengucapkan selamat malam diikuti oleh Adrian. Kemudian semuanya kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

Di dalam kamar, Lily tidak bisa tidur. Ia gelisah entah karena apa.

"Kenapa tidak tidur? Apa yang mengganggumu?" Adrian yang penasaran akhirnya bertanya.

Lily berbalik menghadap Adrian. "Entahlah, perasaanku tiba-tiba tidak enak, aku mengkhawatirkan Alisha."

Adrian merangsek lebih mendekat ke arah istrinya. Menarik dan memeluk wanita itu. "Sudah jangan terlalu dipikirkan, Alisha akan baik-baik saja selama bersama kita."

Lily mendongak, menatap Adrian yang telah memejamkan kedua mata. "Bagaimana jika dia kembali setelah dua tahun?"

Adrian membuka mata, menunduk memandangi wajah Lily yang tampak cemas. "Jika dia berani datang, aku sendiri yang akan menghadapinya. Sudahlah ayo tidur, ini sudah malam."

Lily memeluk Adrian setelahnya, mencoba memejamkan kedua mata meski sulit karena hatinya masih gundah.

Tbc ....



Jeng jeng jeng
Ak dtg lg membawa part baru
semoga ga pd bosen krna cerita nya gak slsai slsai ya 😂😂

08/08/2021

Wizard's Love Story [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang