Chapter 11

96 13 2
                                    

"Mari kami antar ke kamar Anda, Nona." Alisha mengangguk, pelayan tadi menuntunnya agar keluar dari ruang rapat.

Namun belum sempat dirinya dan pelayannya keluar, pintu sudah terbuka dari luar. Alisha dapat melihat dua wanita masuk ke dalam.

"Jadi apakah aku sudah tidak penting lagi di sini? Sampai-sampai kau tidak memanggilku untuk memperkenalkan calon ratumu padaku, Reyhan?" sinis si wanita.

Alisha mengenal dua wanita itu, yang berbicara itu adalah ibu sambung Reyhan, sementara wanita di sampingnya adalah Viona, gadis yang ingin dijodohkan dengan Reyhan oleh sang ibu.

Alisha tersenyum manis menatap mereka. Gadis itu berjalan mendekati Rossa dan Viona, menyapa dua wanita itu. "Selamat malam, Mom, Viona."

Rossa memeluk Alisha dan menepuk punggung gadis itu. Setelahnya, ia merenggangkan pelukannya, meraih kedua tangan Alisha. "Selamat datang dan selamat bergabung, Sayangku."

"Terima kasih," balas Alisha. Dirinya senang jika Rossa mau menerima keberadaannya di kerajaan ini. Namun wajah Viona tampak masam, seolah gadis itu merasa kesal dengan kehadiran Alisha di sini. Dan Alisha menyadari akan hal itu.

Alisha mendekati Viona, tersenyum lebar ke arah wanita itu. "Semoga kita bisa berteman baik." Alisha menyodorkan tangannya, namun niat baiknya tak dibalas oleh Viona.

Dengan kikuk, Alisha menarik kembali tangannya. Senyum di wajahnya tidak memudar meskipun Viona bersikap buruk pada gadis itu.

Reyhan berdehem, berusaha mencairkan suasana. Lelaki itu melirik pelayan dan mengisyaratkan agar ia membawa Alisha pergi dari ruang rapat.

Si pelayan yang paham akan kode dari Reyhan mengangguk, lalu dirinya mendekati Alisha. "Mari saya antar ke kamar Anda, Nona."

Alisha mengangguk samar. Lagi-lagi ia memamerkan senyumnya pada Rossa dan Viona, lalu pamit pada mereka.

**********

Alisha tengah berdiri di balkon kamarnya, ia melihat pemandangan malam hari dalam diam, langit malam yang hitam bertabur bintang sangat indah. Jangan lupakan juga bulan purnama yang yang bersinar terang menemani.

Alisha bingung harus berbuat apa, ia sudah berada di balkon rumah lebih dari dua jam. Tak ada tanda-tanda Reyhan akan menemui gadis itu.

Seketika pikiran Alisha menerawang jauh, ia kembali mengingat pesan sang ibu yang menyuruhnya untuk berhati-hati.

"Kira-kira siapa yang akan bertindak jahat dan melukaiku atau Reyhan?" tanya Alisha. "Apa Viona?" Gadis itu menerka.

Alisha bukannya tidak menyukai Viona karena cemburu, hanya saja wanita vampire itu sangat terang-terangan menunjukkan sikap bencinya pada Alisha.

Tak lama, suara pintu terbuka terdengar. Alisha membalikkan badan, dirinya hendak berjalan menghampiri si pembuka pintu.

"Tidak, jangan ke sini, aku yang akan ke sana," kata orang itu sambil tersenyum. Ia berjalan menghampiri Alisha.

Gadis itu juga tersenyum melihat kekasihnya, ya, yang membuka pintu tadi memanglah Reyhan.

"Belum tidur?" kata Reyhan, Alisha hanya menggelengkan kepala. Gadis itu kembali berbalik dan menatap pemandangan di balkon.

Reyhan berjalan mendekat, berdiri tepat di samping Alisha, menatap gadis itu lamat-lamat. Alisha yang merasa ditatap akhirnya menoleh, dan benar saja ia menemukan Reyhan tengah menatapnya.

"Aku tahu jika aku cantik, tapi kau tak perlu menatapku sampai seperti itu, Reyhan," kata Alisha sedikit bergurau.

Reyhan menyentil dahi kekasihnya itu. "Percaya diri sekali, memangnya siapa yang bilang jika kau cantik?" Lelaki itu membalas mengejek Alisha.

Gadis itu cemberut, ia tekuk wajahnya karena kesal. Reyhan yang melihat itu terkekeh pelan lalu menarik Alisha mendekat ke arahnya, memangkas jarak keduanya.

Reyhan menyentuh pundak Alisha, memiringkan posisi gadis itu agar berhadapan dengannya.

"Iya, kau sangat cantik hingga membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya dalam pesonamu," lirih Reyhan.

Alisha yang mendengar hal itu sama sekali tidak tersentuh, bahkan ia malah terkekeh karena menurutnya Reyhan sangatlah lucu.

Lelaki itu mencubit hidung Alisha hingga memerah. "Hey, kenapa mencubit hidungku, sakit," rengeknya sambil mengusap pelan hidungnya.

"Maaf," ucap Reyhan. Lelaki itu mendekap Alisha secara tiba-tiba, hingga membuat si gadis terkejut karenanya.

Degup jantung Alisha yang cepat terdengar sampai ke telinga tajam Reyhan. Lelaki itu tersenyum tanpa sepengetahuan Alisha.

"Detak jantungmu cepat sekali, apa kau punya penyakit jantung?" goda Reyhan. Alisha yang mendengar hal itu malu, pipi hingga telinganya memerah.

Ia memukul kecil dada Reyhan karena telah mengejeknya. Alisha tiba-tiba terdiam, gadis itu seperti mendengar sesuatu.

"Ada apa?" tanya Reyhan.

"Aku seperti mendengar sesuatu," balas Alisha.

Tak lama, sebuah anak panah melesat ke arah dua sejoli itu, anah panah itu sepertinya ditujukan pada Alisha. Gadis itu dengan gesit menangkap anak panah yang diarahkan tepat di dadanya.

Reyhan yang melihat itu langsung menatap ke sekeliling. "Siapa di sana?" teriaknya.

Reyhan hendak terjun mencari siapa pelaku yang berani melukai Alisha, namun gadis itu melarangnya.

"Sudahlah, tidak masalah. Aku baik-baik saja." kata Alisha menenangkan.

"Lebih baik kita masuk, tidak aman jika kau terus berada di luar." Reyhan menarik Alisha masuk ke kamar.

Lelaki itu menutup pintu balkon dan menggiring Alisha menuju ke ranjang, mendudukkan gadis itu dan mengambil anak panah yang masih dibawa oleh Alisha.

"Tidurlah, aku akan ke bawah untuk mencari tahu milik siapa anak panah ini," titah Reyhan.

Alisha hanya bisa megangguk menuruti perintah Reyhan, lagi pula malam memang sudah larut dan Alisha memerlukan waktu untuk istirahat. Apalagi besok malam akan ada acara penting.

Alisha merebahkan dirinya di kasur yang empuk, menarik selimut hingga menutupi lehernya.

Reyhan mencondongkan tubuh dan mengecup pelan kening Alisha. "Selamat tidur," lirih si lelaki.

Alisha mulai menutup matanya, dan Reyhan keluar dari kamar Alisha. Dengan langkah tergesa, ia kembali mengumpulkan pejabat tinggi untuk membahas masalah tadi.

**********

Kini lelaki itu sudah berada di ruang rapat bersama pejabat tinggi kerajaan lainnya.

"Aku ingin keamanan ditingkatkan mulai sekarang, ada yang berani menyerang Alisha terang-terangan di depanku."

Reyhan meletakkan anak panah yang ia bawa. "Anak panah ini milik kerajaan kita, ada lambang kerajaan kita di ujungnya, cari tahu siapa yang telah menggunakan anak panah ini untuk menyerang Alisha tadi!"

Semua pejabat yang ada di sana mengangguk mematuhi perintah sang Pangeran.

"Baiklah, aku pergi dulu." Reyhan keluar dari ruang rapat dan kembali menuju ke kamar Alisha untuk mengecek keadaan gadis itu.

Ia tak akan membiarkan siapa pun melukai Alisha, ia sudah berjanji akan melindungi gadis itu di depan keluarganya.

Hati Reyhan menghangat ketika melihat wajah damai Alisha yang tertidur. Lelaki itu menutup pintunya dengan perlahan agar tak mengganggu tidur Alisha. Setelahnya ia melangkah menuju ke kamarnya.

"Mungkin seranganku tadi memang gagal, tapi aku masih memiliki ribuan cara untuk membinasakan pasanganmu, Reyhan," kata seseorang yang ternyata sedari tadi menguntit lelaki itu.



To Be Continue


Halo semuanya, maap ya aku updatenya malem-malem, jujur aku lupa kalo ini hari jum'at 😅😅
so, happy reading
jangan lupa tinggalkan jejak ya
semoga suka dengan chapter ini

25/12/2020

Wizard's Love Story [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang