Alisha benar-benar telah kembali ke rumah orang tuanya dalam sekejap. Kini ia berada di depan sebuah rumah kecil yang terlihat sepi.
Alisha mencoba mengetuk pintu berulang kali, berteriak memanggil ibu dan ayahnya tanpa henti, namun tidak ada seorang pun yang menjawab. Ia menangis, ketakutan masih merajai hatinya.
Alisha mengelilingi rumah yang terlihat kosong itu. Masih berusaha menemukan jalan masuk, namun sia-sia karena seluruh pintu dan jendela tertutup rapat.
Alisha yang sudah kelelahan akhirnya menyerah. Ia berdiri di depan pintu sambil menunggu kedua orang tuanya datang.
Namun karena terlalu lemah, akhirnya ia ambruk dan tidak sadarkan diri. Tergeletak di atas tanah dengan kondisi yang memprihatinkan.
Di sisi lain, Lily dan Adrian baru saja pulang dari tempat pelatihan. Keduanya tampak berbincang ringan sambil berjalan menuju ke rumahnya.
Namun Lily melihat sesuatu di depan rumahnya. Ia berhenti dan menepuk lengan suaminya pelan. "Adrian, apa itu yang ada di depan rumah kita?"
Adrian menggeleng. "Sebaiknya kita periksa saja," usulnya. Lily mengangguk setuju lalu keduanya berlari dengan cepat ke arah rumah.
Betapa terkejutnya mereka setelah melihat ternyata putri merekalah yang tergeletak di atas tanah dengan keadaan mengenaskan.
Lily menutup mulutnya sendiri karena terkejut. "Astaga, Alisha!" pekiknya.
Ia segera berjongkok dan mengangkat kepala putri sulungnya, menidurkannya di pangkuan lalu menepuk pipi gadis itu.
Lily menangis melihat keadaan putrinya. "Adrian, bawa Alisha ke kamar. Aku akan mencari bahan untuk membuat obat."
Adrian mengangguk. Ia mengankat Alisha dan membawanya masuk ke dalam rumah setelah membuka kunci pintunya. Sementara Lily langsung melesat ke arah hutan untuk mencari bahan obat.
Adrian menidurkan putrinya ke atas ranjang kamar dan menyelimutinya sampai batas dada. Ia membelai wajah Alisha yang semakin mirip dengan ibunya.
"Apa yang terjadi padamu, Alisha? Kenapa ka bisa sampai terluka?" batinnya pilu.
Alisha adalah putri kesayangannya. Adrian sedikit marah melihat kondisi putrinya yang jauh dari kata layak.
Satu pertanyaan muncul di pikirannya. Di mana Reyhan, kenapa Alisha bisa terluka parah dan pulang sendirian?
Tak lama Lily telah kembali dengan membawa sebuah mangkuk di tangannya. Ia masuk ke dalam kamar lalu duduk di tepi ranjang.
"Adrian, bantu aku," pintanya.
Adrian mengangkat kepala Alisha agar Lily dapat memasukkan cairan berwarna kehijauan itu ke dalam mulut putrinya.
Adrian berinisiatif mengambilkan pakaian ganti milik Lily agar dikenakan oleh putrinya, setidaknya ukuran baju mereka kurang lebih sama.
Setelahnya Adrian keluar, memberikan privasi pada istrinya yang kini tengah membersihkan tubuh putrinya.
Setelahnya ia membuka selimut yang dikenakan Alisha, merobek pakaian yang dikenakan oleh Alisha, membersihkan kotoran yang tertempel di badan putrinya.
Setelah selesai, ia mengoleskan sesuatu yang bentuknya seperti tanah liat lembek ke tubuh Alisha yang terluka dan memakaikan gaun miliknya ke badan Alisha. Setelah itu ia kembali menyelimuti tubuh kurus dan ringkih putrinya.
Lily keluar dan menutup pintu kamar. Membereskan alat yang ia bawa dan meletakkannya di dapur.
Ia kembali ke kamar Alisha setelahnya. Duduk di tepi ranjang sambil mengamati wajah putrinya yang pucat.
Atensinya beralih ke arah Adrian. "Apa yang terjadi pada putri kita, Adrian? Kenapa Alisha bisa terluka?"
Lily memeluk pinggang Adrian yang berdiri d sampingnya. Lelaki itu mengelus rambut Lily, mncoba menenangkannya.
"Tenanglah, jika Alisha sudah sadar kita bisa bertanya padanya. Mengerti?" Lily hanya mengangguk.
Ia menggenggam jemari lentik Alisha dan mengecup punggung tangannya. "Tidurlah yang nyenyak putriku," lirihnya.
Tbc ...
Happy reading all
jngn lupa tinggalkan jejak05/08/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Wizard's Love Story [HIATUS]
Fantasy[SEQUEL HALF BLOOD LUNA] Masih ingat dengan kisah Lily Evans dan Adrian Rohan yang penuh lika-liku dan banyak perjuangan? Kisah cinta mereka, kini akan dilanjutkan oleh sang putri sekaligus keturunan pertama mereka, yaitu Alisha Rohan. Ini adalah ki...