chap 30

64 9 4
                                    

Alisha membeku di tempatnya. Terkejut? Sudah pasti, siapa yang tidak terkejut melihat pasangannya dalam keadaan yang mengerikan.

Matanya memanas, dadanya sesak melihat Reyhan yang terbaring lemah di ranjang dengan wajah penuh luka.

Tak hanya Reyhan yang ada di ruangan itu, Ferdinand juga terbaring di sana dengan keadaan yang sama. Keduanya tertidur di ruang isolasi dengan tangan terantai.

Alisha mendekat dengan hati-hati, darahnya berdesir sangat cepat. Gadis itu membelai wajah Reyhan yang terluka dan tak lama liquid bening yang ia tahan luruh ke bawah.

Dirinya penasaran akan apa yang terjadi pada Reyhan dan Ferdinand, bagaimana mereka berdua bisa terluka parah seperti itu? Siapa yang menyerang mereka?

Alisha ingin menyembuhkan luka luar Reyhan, tetapi suara langkah kaki yang mendekat terdengar hingga akhirnya membuat Alisha harus bersembunyi terlebih dahulu.

Ia menggunakan kain berwarna putih yang diberikan oleh ibunya sebelum tinggal bersama Reyhan. Menutupi tubuh itu dengan kain dan perlahan Alisha tak terlihat.

Tiga orang masuk ke dalam setelahnya, Alisha mengenal salah satu dari mereka, ia adalah tabib kerajaan dan dua lainnya tampak asing. Salah satu dari mereka memiliki rambut hitam sementara yang lain berambut merah.

Sang tabib menyuruh dua lelaki yang ada di belakang untuk memeriksa kondisi Ferdinand dan Reyhan.

Setelah melakukan pemeriksaan fisik selama beberapa menit akhirnya keduanya kembali ke tempatnya.

Kedua lelaki tadi menggeleng. "Luka mereka cukup parah, sepertinya mereka memerlukan waktu lebih banyak untuk melakukan pemulihan diri sendiri," kata salah satu dari mereka.

"Kenapa kita tidak meminta tolong Putri Alisha saja? Bukankah darahnya bisa menyembuhkan Pangeran dan Ferdinand dengan cepat?" usul lelaki yang berambut hitam.

"Apa kau gila? Karena darah dari Putri Alisha lah yang menyebabkan mereka seperti ini dan kau malah mau meminta tolong pada Putri? Lagipula dia tidak boleh tahu hal ini, itu pesan Ferdinand sebelum tidak sadarkan diri," balas si rambut merah.

"Sudahlah kalian jangan berdebat, sebaiknya kita kembali meracik obat untuk menyembuhkan luka dalam Pangeran dan Ferdinand. Putri Alisha sudah sadar dan ia penasaran dengan keadaan Pangeran, jangan buat ia curiga!" Keduanya mengangguk paham.

Sang tabib berjalan mendekati Reyhan dan Ferdinand, mengoleskan salep untuk mengobati luka luar keduanya.

Setelah selesai ketiga orang tadi hendak pergi, tetapi sesuatu mencegah mereka. "Tunggu!" seru si rambut merah.

"Ada apa?" tanya temannya.

"Apa kalian tidak mencium aroma ini?" Tabib dan lelaki berambut hitam itu mengerutkan kening, lalu menajamkan indera penciuman mereka.

"Seperti bau manusia?" tebak keduanya yang langsung dihadiahi anggukan.

"Aromanya sangat kuat, apakah ada manusia di sekitar sini?" tanyanya terheran.

Alisha yang tengah bersembunyi pun panik, itu adalah aromanya. Jadi ia menggunakan sihir untuk mengalihkan ketiga orang tersebut.

"Mungkin ada manusia yang dibawa kemari, sebaiknya kita bertanya saja pada para pengawal." Setelahnya mereka bertiga pergi keluar ruangan.

Alisha bisa bernapas lega sekarang. Ia berjalan masih dengan menutup tubuhnya, ia takut jika ada orang lain yang masuk lagi dan dirinya bisa ketahuan.

Gadis itu kembali memandangi wajah Reyhan yang tampak damai meski terluka. Ia mengarahkan tangannya dan mengusap wajah Reyhan, tak lama luka tadi pulih tanpa bekas.

Ia berjalan ke arah ranjang Ferdinand yang berada di seberang, melakukan hal yang sama untuk lelaki itu. Kini luka di wajah keduanya telah hilang.

Alisha duduk di tengah, di antara dua ranjang Reyhan dan Ferdinand. Dirinya menggambar pola lingkaran yang rumit dengan sihirnya.

"Aku masih terlalu lemah untuk melakukan ini, tapi semoga saja berhasil," batinnya sebelum memulai.

Ia membaca mantra dan muncullah sebuah belati di telapak tangannya. Menyayat telapak tangan kirinya dengan belati lalu menempelkannya ke lantai, tepat di tengah pola yang ia buat tadi.

Memejamkan kedua matanya dan bergumam pelan, membaca mantra yang rumit. Sebenarnya ia tak yakin karena belum pernah melakukan hal ini pada manusia sebenarnya, ia hanya sering melakukannya pada hewan untuk uji coba.

Tak lama muncul cahaya berwarna ungu pekat membentuk lingkaran yang sama persis seperti pola yang ia buat.

Alisha masih fokus menggumamkan mantranya. Cahaya tadi berubah menjadi asap dan mengarah ke Reyhan juga Ferdinand, mengelilingi tubuh mereka dan tak lama asapnya terserap masuk ke dalam tubuh.

Alisha terbatuk dan darah keluar dari mulutnya, kondisinya masih belum pulih benar untuk melakukan transfer energi untuk dua orang sekaligus.

Namun ia abaikan dadanya yang mulai sesak dan terus fokus karena transfernya yang belum selesai.

Sudah hampir lima belas menit, kepala Alisha rasanya ingin meledak saja karena nyeri yang tak tertahankan. Ia segera memutus transfer energinya setelah dirasa cukup.

Gadis itu ambruk dan darah kembali keluar dari hidungnya. Nafasnya terengah karena kelelahan.

Alisha sudah melakukan yang terbaik. Setelah prosesnya selesai ia yakin Reyhan dan Ferdinand akan segera sadar beberapa jam kedepan.

Gadis itu membersihkan darah dan menghapus polanya. Menggunakan teleportasinya untuk kembali ke kamar.

Ia langsung ambruk karena tenanganya yang terkuras habis. Memejamkan matanya dan tidur sebentar.

Ia bahkan melupakan tujuan awalnya membuat ramuan untuk Raja. Bunga anggrek yang ia petik masih segar dan beberapa di antaranya juga ditanam di taman istana agar lebih mudah mencarinya.

Tanpa Alisha sadar, rencananya tersebut telah diketahui musuh dan mereka kini sudah mulai bergerak untuk kembali menumbangkan raja dan membunuhnya karena menjadi penghalang.

Tbc ...




Aku kembali, hehe
gimana sama part ini?
semoga suka ya, happy reading
jangan lupa tinggalkan jejak

29/06/2021

Wizard's Love Story [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang