Chap 36

54 8 13
                                    

Alisha yang telah tertidur selama dua hari akhirnya membuka matanya. Ia merasa pusing dan nyeri masih menjalar di seluruh tubuhnya.

Atensinya bergerak mengelilingi seluruh ruangan. "Aku di mana?" lirihnya.

Lengan kanannya terasa berat digerakkan, ia melirik ke arah kanan dan mendapati ibunya tengah tertidur sambil menggenggam jemarinya.

Ia dapat melihat ayahnya juga tertidur di sofa kecil yang ada di pinggir ruangan. Alisha mencoba bergerak, namun pergerakannya membuat Lily terbangun.

"Alisha, kau sudah sadar?" Lily terlihat sangat khawatir, matanya berbinar ketika melihat putrinya membuka mata.

Lily memeluk putrinya erat. "Syukurlah kau sudah sadar, Sayang," lirihnya.

Alisha membalas pelukan ibunya tak kalah erat. Air mata perlahan menetes turun ke pipinya.

"Ibu, Alisha merindukanmu dan Ayah," bisik Alisha tepat di telinga Lily.

Wanita itu mengurai pelukannya. "Apa yang terjadi padamu, Sayang? Kenapa kau bisa terluka, siapa yang berani menyakiti putri Ibu?"

Alisha terdiam, bayangan Reyhan yang memenjarakannya muncul dan membuatnya ketakutan.

Ia kembali memeluk ibunya dan menangis keras. Berkata jika ia takut, terus menerus mengulangi perkataannya hingga membuat Lily bingung.

Adrian yang sedari tadi hanya menyimak percakapan istri dan putrinya ikut penasaran. Ia mengelus rambut Alisha guna menenangkannya.

"Ada apa, Nak? Katakan apa yang terjadi. Kau sudah aman di sini bersama Ayah dan Ibu. Kau tidak perlu takut," kata Adrian mencoba mengorek informasi.

Alisha menggeleng, dikurung di bawah tanah lalu diculik dan dikurung di gua telah membuatnya trauma cukup mendalam.

Ketakutan yang besar hingga di hatinya, membuatnya enggan menceritakan apa yang terjadi karena ia tak ingin mengingatnya.

Adrian yang melihat putrinya seperti itu tidak tega, dengan terpaksa ia harus menggunakan kekuatannya untuk melihat memori di otak Alisha.

Adrian menangkup wajah putrinya. Menatap kedua mata Alisha dan mulai menjelajah apa yang telah dialami putrinya selama ini.

Adrian terkejut melihatnya. Ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Lily yang penasaran akhirnya bertanya.

Adrian menggeleng pelan, mengisyaratkan Lily untuk tidak membahasnya di depan Alisha.

Wanit itu mengerti. Ia menyuruh Alisha untuk kembali istirahat. Lily telah menyiapkan semangkuk bubur dan segelas obat untuk Alisha.

"Makanlah, Ibu dan Ayah akan segera kembali." Alisha mengangguk, setelahnya ia dan Adrian pergi dari kamar putrinya.

Lily menyeret Adrian ke dapur. Meminta penjelasan tentang apa yang ia lihat dari ingatan Alisha.

"Reyhan." Satu kata yang muncul dari mulut Adrian, namun sukses membuat tubuh Lily menegang.

Adrian akhirnya menceritakan segalanya, mulai dari Alisha mencari obat di hutan, diserang oleh sekelompok vampire, Reyhan yang menggigitnya hingga koma, lalu Alisha dikurung karena diyakini telah membunuh raja dan akhirnya diculik oleh seseorang yang Alisha sebut sebagai Viona.

Lily terkejut, kedua matanya membelalak mendengar semua cerita Adrian. Tanpa sadar satu air matanya lolos dan jatuh ke pipi.

Lily jatuh terduduk di dapur, membuat Adrian terkejut. Ia memeluk istrinya yang terlihat sangat terguncang.

Tentu saja, ibu mana yang tidak terguncang ketika mengetahui jika putrinya tidak dirawat dengan baik dan malah disakiti?

"Bukankah sudah kubilang jika ramalan itu akan menjadi nyata? Inilah alasanku selalu melarang Alisha berhubungan dengan Reyhan," lirihnya.

Adrian menepuk punggung Lily, mencoba menenangkan istrinya. Perlahan isak tangis Lily semakin kencang, bahunya bergetar hebat.

Ia berdiri. "Reyhan, aku tidak akan pernah memaafkanmu seumur hidupku, kau telah melukai darah dagingku. Aku bersumpah akan membunuhmu jika kau berani menginjakkan kaki ke tempat ini!"

"Lily, jaga ucapanmu! Aku tahu kau marah, tapi tetap kendalikan emosimu!" Adrian terkejut melihat Lily yang tersulut amarah.

"Bagaimana aku tidak marah, itu anakku. Putri kita! Kau tahu betapa sulitnya ketika aku mengandung Alisha, dan Reyhan dengan mudahnya dia menyakiti buah hatiku!" sentak Lily.

Tanpa sengaja bentakan itu didengar oleh Alisha yang telah selesai memakan sarapannya. Ia hendak mengembalikan mangkuk ke dapur namun terkejut setelah mendengar orang tuantya berkelahi.

Alisha tanpa sengaja menjatuhkan mangkuk dan gelas di tangannya. Ia menangis lalu berlari kembali ke kamar.

Lily mengetuk pintu kamar putrinya berulang kali, namun Alisha tak kunjung membukanya hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuka pintu dengan sihirnya.

Bisa dilihat Alisha tengah duduk bersandar di ranjang, memeluk lututnya sendiri dan menenggelamkan wajahnya di antara kedua lutut. Bahunya bergetar pertanda dirinya tengah menangis.

Lily menghampiri dan memeluk putrinya. Menenangkannya dengan menepuk punggung gadis itu pelan.

Alisha membalas pelukan ibunya dengan air mata yang berderai. Meminta maaf pada sang ibu karena dirinya yang keras kepala dan selalu merepotkan.

Alisha sadar ini semua salahnya, ia seharusnya menuruti keinginan ibunya bukannya malah bersikeras menentang. Kini ia mendapat hukuman karena telah menentang ibunya, ia sadar jika hanya ibunya yang benar-benar tulus mencintainya.

Lily mengusap air mata putrinya, memberikan kata-kata penenang untuk Alisha. Ia tidaklah salah, semuanya terjadi karena memang itu sudah menjadi takdirnya, takdir yang tak bisa dihindari atau pun diubah.

Lily menangkup wajah putrinya dan menatapnya dengan sorot yang teduh. "Semuanya sudah terjadi, Nak. Tidak ada yang bisa merubah takdir. Tidak apa, ini bukan salahmu, mengerti?"

"Sekarang tidurlah, kau perlu istirahat yang cukup untuk memulihkan kondisimu. Ayah aka menjagamu, Ibu akan pergi sebentar." Alisha menahan tangan ibunya, ia menggeleng keras, melarang ibunya pergi.

Lily tersenyum lalu menggenggam jemari putrinya. "Kau sudah aman di sini, tidak akan ada yang berani menyakitimu, Sayang. Ada Ayah, Ibu, kedua adikmu dan pasukan Ibu yang siap menjagamu kapan pun."

Lily meyakinkan putrinya jika semuanya akan baik-baik saja. Gadis itu perlahan luluh setelahnya.

Lily menyuruh Alisha untuk kembali beristirahat, mengecup kening putrinya agak lama lalu beranjak dari sana.

"Tolong jaga Alisha, Adrian. Aku akan pergi sebentar, aku sudah memerintahkan beberapa guard untuk berjaga di rumah ini dengan mindlink mereka akan segera tiba." Adrian mencekal lengan istrinya.

"Mau ke mana lagi sekarang? Kuharap kau tidak akan pergi ke kerajaan Reyhan untuk membalas dendam, Lily."

Lily tersenyum. Ia mencengkeram lengan Adrian dan memelintirnya lalu mendorong lelaki itu.

Adrian yang mendapat serangan mendadak tidak sempat menangkis hingga akhirnya ia terjatuh, terjerembab ke lantai. Setelahnya Lily menghilang dari sana.

Tbc ....


Jeng jeng jeng
aku up lagi
wah ak kira bkal bisa nyelesain ini dgn cepet, tp ternyata susah 😭😭

06/08/2021

Wizard's Love Story [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang