07. Memori (Ingatan Hilang)

169 44 29
                                    

  Mata terbuka lebar menatap langit kamar sejenak lalu memejamkan mata dan berubah posisi terlentang ke posisi menghadap ke kanan. Guling yang kupeluk mulai kueratkan, kembali tidur. Lebih tepatnya menambah jam tidur karena tadi malam sangat melelahkan sekali setelah keluar dari dunia ilusi Judy.

Ngueeng!

   Gelombang suara yang amat berisik membuat gendang telingaku mulai kenapa-kenapa. Segera kututup dengan guling. Namun, suara itu masih berdenging keras sampai mataku tidak bisa kubuka hanya sekadar mengintip saking kuatnya gelombang suara.

'Ini pelakunya siapa sih? Ganggu orang tidur aja! '

Ngueng!

  Aku yang sudah tidak tahan lagi memutuskan untuk bangun dan beranjak dari kasur. Suara ini berasa dari dalam rumah jadi aku mencoba menempelkan telinga ke pintu, mendengar jelas bahwa suara itu dari luar kamar. Suara itu tiba-tiba menjadi mengecil lalu menghilang membuatku mengerutkan kening. Menunggu sesaat, suara itu tidak muncul. Akhirnya aku keluar kamar sembari menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak ada orang.

"Kerjaannya siapa sih? Pakai suara kek gitu." celotehku tidak suka. Ketika ingin masuk ke kamar melanjutkan tidur kembali sebab aku masih mengantuk, sesekali menguap.

"Udah bangun?" ucap Mas Daisuke datar berjalan ke arahku.

Aku hanya membalas senyuman manis sama kakakku yang satu ini, demen sekali sama permen. Mas Daisuke menatapku penuh menyelidik, pria muda itu menatap mataku lamat.

"Ada apa? Mas Dai?" tanyaku.

"Buruan mandi! Aku tunggu di luar." ucap Mas Daisuke datar dan to the poin. Mulutku hanya bisa menganga tidak percaya, mengerutkan kening melihat kepergian Mas Daisuke ke bawah. Aku menghela nafas kasar, menutup pintu kamar untuk membersihkan diri.

Tap tap tap!

  Suara derap kakiku begitu cepat menuruni anak tangga sembari mencari Mas Daisuke. "Atma! Makan dulu. Kamu kan belum sarapan." kata mama dari ruang tengah tersenyum ke arahku. Aku juga ikut tersenyum.

"Hehehe, nanti aja ma. Aku lagi mencari Mas Dai." jawabku sopan.

Mama hanya menggeleng dan menyuruhku sarapan terlebih dahulu. Aku menghela nafas sedikit berat, aku tipe orang yang tidak bisa mengulur waktu lama kalau udah terlilit janji waktu. Entah penting atau tidak, aku selalu aja begitu—tidak tega membuat orang menunggu lama. Baik itu, teman, sahabat, kakak, adik, sepupu atau orang lain. Ini menyangkut kepercayaan yang bisa dihandalkan.

  Mama menarik kursi untukku dan menyiapkan tiga selembar roti dengan selai strawberry, cokelat susu dan mentega penuh meses warna-warni. Di tambah segelas susu hangat. Wanita paruh baya, mamaku—Elisa, duduk di depanku dengan senyuman manis seperti biasa.

"Bismillah." ucapku menggigit roti isi mentega meses.

"Makan dulu. Daisuke masih ada perlu sebentar di luar bentar lagi dia akan datang setelah kamu sarapan." jelas mama, ku balas anggukan pelan. Menelan roti, menatap lekat mama terlihat tidak biasanya.

"Ooh," menghela nafas kasar sejenak dan mengigit besar roti, dikunyah pelan dan menelan, " tadi, tidak ada yang membangunkanku. Jadi aku kesiangan lagi, pukul 10 pagi." ucapku sedikit ngambek lalu kembali memakan roti.

  Mama terkekeh mendengar ucapan ku barusan. "Tadi Taiga dan Fajar ke kamarmu. Mereka melihatmu tidur nyenyak banget dan wajahmu terlihat kelelahan jadi tidak membangunkan mu." kata mama. Ku balas anggukkan pelan, tersenyum.

"Kata Taiga, kau seperti kucing tidur. Nyenyak banget." lanjut mama. Membuatku hampir tersedak mendengar Mas Taiga mengatakan itu.

"Kayak kucing? Meow, meow dong!" jawabku minum susu, meneguknya sedikit lalu memakan roti terakhir, strawberry. 

Misteri dan Memori [SA] END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang