30. Jalan-Jalan ke Taman

131 43 25
                                    

"Bagaimana kau bisa membuat opini seperti itu tentang Trisna?" tanya Alvin menoleh ke arahku yang menatap ke depan melihat rumah-rumah berjajar berdampingan. Sayangnya sepi sekali.

   Aku dan Alvin berada di teras Pak Sam yang bisa dibilang adem apalagi ada satu pohon di depan gerbang rumah Pak Sam sedikit tinggi dan lebat dengan daun. Membuat pasokan oksigen lebih banyak daripada karbon dioksida. Aku menoleh ke pemuda penutup mata untuk menyembunyikan mata di balik penutup "berbahaya" aku sama sekali tidak pernah melihat kekuatan Alvin lagi setelah kejadian di kelas 3-B, kelas misterius itu. Aku juga melihat begitu banyak api untuk membakar setannya itu.

"Soal pertanyaan mu," ucapku menggantung, melipat kedua tangan di belakang punggung, "aku hanya mengikuti feelingku saja. Merasa, kalau Trisna sengaja melakukan itu walau opiniku ini masih meragukan." jawabku mendongak melihat langit biru penuh dengan kapas putih.

"Bagaimana pun juga kita harus memecahkan misteri itu, Al. Dan membuktikan kalau kita ini seperti anak-anak pada umumnya." ucapku menoleh ke Alvin. Pemuda itu menghela nafas sejenak menatap ke depan melihat rumah depan.

"Kau benar, Atma. Kita harus memecahkan misteri bagaimana pun caranya? Aku juga sempat berpikir tentang," Alvin menatapku membuat dahiku berkerut samar, "tentang iblis buatan yang pernah menyerangmu, April, Haku dan Dewa."

"Ya allah, Alvin. Aku lupa kejadian itu." ucapku membentuk mulut huruf 'O' mungkin aku terlalu banyak pikiran jadi aku tidak bisa mengingat-ingat atau terbesit kejadian yang pernah terjadi di SMA Krias 04, Sekolah Aneh.

"Ini bisa jadi dari orang-orang yang berkekuatan aneh." aku memegang dagu berpikir sejenak dan yang dikatakan oleh Alvin ada benarnya juga.

"Alvin! Atma!" panggil Yugo diikuti dengan Yuli, Niall dan Zulfa.

"Apa kalian membicarakan tentang sekolahan?" tanya Yugo memastikan, ku balas anggukkan mantap dan menceritakan sedikit inti pembicaraan kami berdua. Di balas anggukkan mereka.

  Keluarlah Haku dan lainnya. Pemuda bermata ungu itu bilang untuk pulang duluan. Sedangkan Jesse dan April pulang bareng.

"Loh kok tidak bareng sama Haku?" tanya Zulfa keheranan.

"Soalnya Haku punya urusan mendadak jadi tidak bisa mengantarku." jawab April menoleh ke Haku.

    Pak Sam mengucapkan terima kasih dan tidak lupa mengingatkan kalau besok ada pembelajaran olahraga. Kami semua membalas senyuman Pak Sam dan pamit. Aku melihat teman-teman lainnya segera melajukan sepeda motor masing-masing menuju ke rumah. Hari ini sangat menyenangkan dan seperti biasanya di rumah Pak Sam, mereka tidak ada habis-habisnya membuat lelucon garing.

      Mas Daniel melajukan sepeda motor menuju ke rumah. Sampai di rumah aku segera masuk ke dalam dan menuju ke kamar untuk beristirahat sejenak. Ku rebahkan tubuh ini di atas kasur dalam posisi terlentang. Alvin tadi menuju ke sekolah lagi untuk menyelidiki lebih dalam lalu Haku ada urusan penting. Yang jadi pertanyaanku sekarang?

Siapa Dewi Trisna itu? Kata Zulfa dia adalah salah satu korban pertama.

  Dahi berkerut samar menatap langit kamar yang hampa tidak ada warna sedikit pun. Pikiranku tengah asik melayang-layang terutama dalam bentuk flasback ke sekolah aneh. Kejadian-kejadian yang pernah terjadi saat aku sudah ada di sana dan membandingkan dengan cerita Haru.

  Mata ini perlahan terpejam mencoba membayangkan yang ada di dalam pikiranku. Saat memejamkan mata, aku tidak bisa membayangkan apapun. Yang ada di dalam pikiranku hanyalah hitam, tidak ada sesuatu yang tergambar. Mata kembali terbuka menghela nafas kasar dan menggantikan posisi terlentang menjadi posisi duduk. Memainkan kedua jari menghela nafas kasar lagi.

Misteri dan Memori [SA] END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang