44. Mimpi Anak Laki-Laki itu

130 36 0
                                    

Pintu perlahan tertutup membuat pemuda tersebut menghela nafas lega, ia tidak menimbulkan suara sedikitpun. Kedua matanya menatap pintu tersebut mencoba menerawang berharap adiknya itu, bisa tidur nyenyak. Sayangnya, ia tidak bisa menerawang masuk ke dalam kamar karena Daniel sama sekali tidak memiliki kekuatan.

Langkah kakinya berjalan menuju kamarnya lalu melihat papan kecil yang ia pasang tadi. Melihat tali merah yang Daniel sambung tentang "Misteri Sekolah Aneh". Tadi waktu ia dan lainnya masuk ke dalam cafe bertemu dengan Trisna. Gadis itu mengalami hal yang sama, rasa sakit yang sama, setiap mengingat sesuatu bakal terasa menyakitkan. Ekor mata Daniel bergerak ke kanan dan ke kiri. Sekarang menunjukkan pukul 21.14 Wib, Daniel mengambil beberapa bungkus makanan di dalam almari dan mengambil minuman di dapur.

Suara derap kaki menuruni tangga terdengar khas dan barengan dengan lampu yang secara otomatis mati sendirinya. Pemuda tersebut masuk ke dalam dapur dan membuka kulkas mengambil beberapa minuman dingin lalu kembali ke kamar. Di tengah jalan, Taiga melihat adiknya menjadi tikus besar di malam hari dan hampir setiap hari Daniel selalu menjadi tikus besar.

"Hmm, kebiasaan jadi tikus besar ya?" tanya Taiga membuat Daniel berhenti melangkah penglihatannya di tempat gelap sangat minim jadi ia tidak bisa melihat wajah kakaknya ini dengan jelas.

"Oh Mas Taiga. Mas Taiga belum tidur?" tanya Daniel.

"Tidak. Biasalah, aku selalu bergadang di malam hari buat mengerjakan tugas kuliah." balas Taiga membuat Daniel tersenyum tipis mengagapi jawabannya.

"Niel, bagaimana keadaan Atma? Apa dia baik-baik saja?" tanya Taiga membuat Daniel sedikit terkejut mendengarnya. Sebab Taiga tidak pernah menanyakan soal keadaan Atma sama sekali. Mengingat ia dan Atma memang tidak sebegitu dekat seperti Taiga.

Daniel tersenyum. "Baik-baik saja, Mas." jawab Daniel membuat Taiga mengukir senyum dibalik kegelapan ruangan ini.

"Syukurlah. Kau pergi ke kamar dan jangan lupa tidur? Jangan sampai tidak tidur." pesan Taiga ke Daniel. Pemuda itu hanya mengangguk mengiyakan pesan tersebut. Suara derap kaki Taiga terdengar jelas menjauh melewati Daniel. Setelah mendapatkan beberapa langkah, Daniel mengingat sesuatu dan hampir kelupaan.

"Mas Taiga!" panggil Daniel membuat langkah Taiga berhenti tanpa menoleh ke lawan bicaranya.

Kini posisi mereka saling berdiri membelakangi dengan jarak sedikit jauh. Daniel menghela nafas berat, sebenarnya ia tidak enak bertanya tentang ini pada kakaknya. Takut, dibilang ikut campur. Namun, ayah pernah berpesan padanya saat itu kalau ia harus menjaga Atma, jangan sampai terluka bahkan Daniel juga menyuruh teman-temannya melindungi Atma.

"Ada apa Dan?" tanya Taiga menunggu Daniel membuka suara.

"Mas Taiga. Apa mas tahu? Apa yang terjadi sama Atma? Ia selalu mengalami rasa pusing saat mengingat sesuatu." kata Daniel. Taiga masih diam setelah mendengar pertanyaan adiknya ini.

"Tadi saat kami murid 1-E membahas sesuatu dengan guru lewat zoom. Guruku memberitahu Atma tentang nama pemuda. Setelah nama itu disebutkan, Atma tiba-tiba merasakan pusing." lanjut Daniel dengan kepala menunduk. Kedua tangan yang membawa minuman dingin, ia pegang erat seolah tidak ingin minuman tersebut terjatuh dan membuat nasib bakal menjadi buruk.

Taiga juga berekspresi sama seperti Daniel. Ekspresi Taiga tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata, tangan kanannya mengepal kuat. Ia ingin menjawab semuanya, sedetail mungkin atas pertanyaan Daniel barusan. Namun, Taiga tidak bisa melakukan tersebut, baginya ini berat sekali. Kepala Taiga mendongak ke atas sesekali memejamkan mata lalu menghela nafas berusaha tenang.

Daniel juga terdiam menunggu kakaknya berbicara. Dalam hati berkata, meski Mas Taiga tidak memberitahuku. Aku akan mencari tahu sendiri dengan bantuan teman-teman juga. Aku tidak masalah karena ini juga berkaitan dengan sekolah aneh.

Misteri dan Memori [SA] END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang