84. Memori

119 41 17
                                    

Dewa dan pemuda bertopeng ninja seperti Mas Taiga itu menyerang Yada. Aku yang berada di dalam mahkota bunga hanya bisa berdiam diri sembari menonton saja. Hatiku terasa sangat sakit melihat semua teman-temanku bahkan kakakku harus menyerang mereka. Kenapa saat aku diserang atau terluka? Mereka semua menolong dan membantuku, selalu ada dan terus melindungiku.

Saat waktunya mereka ingin bantuan, aku tidak bisa apa-apa? Aku menatap kedua tanganku lamat-lamat dan pikiranku mencoba terbuka mengingat mama malam itu, tentang diriku yang akan di bawa oleh mereka. Sekolah yang aku tempati bersama teman memiliki kekuatan. Aku yakin, bahwa dalam diriku ini ada kekuatan tersembunyi tapi apa?

Mama sangat takut jika memoriku kembali dan Judy juga sangat mendukung banget atas keputusan Haku berjalan berdua dengan orang yang dicintai. Maksudku, orang yang dekat atau pernah ada di masa lalu kelam. Berbicara tentang masa lalu, yang jelas aku tidak mampu untuk mengingatnya secara jelas.

Namun, bayang-bayang serta pecahan kaca yang selalu datang membuat pikiranku terasa terusik. Seketika layar-layar yang ada di depanku berubah menjadi subyek dan obyek lain. Mataku membulat sempurna melihat semua ini berada di dalam benakku. Ekor mata bergerak melihat beberapa cuplikan di beberapa layar seperti hologram.

"Aku tidak menyangka kalau memori abstrakku sangat banyak," ucapku melihat dua layar berbeda peristiwa. Kedua layar tersebut dengan sendirinya membesar jadi aku seperti melihat monitor.

Dari kedua peristiwa dimana aku di kejar anggota Black Hawk setelah keluar dari super market dan layar sebelah kanan, dimana aku dan Mas Taiga kecil keluar dari super market. Memang dua peristiwa itu berbeda sekali, tapi di sisi lain memiliki kesamaan. Ketika aku dan Mas Taiga kecil, Mas Taiga yang mengejarku sembari berteriak memanggilku. Lalu sebelah kiri, aku di selamatkan hero yang ternyata adalah kakakku sendiri.

Mas Taiga.

Air mataku perlahan menetes membasahi pipi. Dua layar kembali muncul saat aku terbangun dari mimpi buruk saat kemah dan aku duduk di sebelah Dewa. Di sebelah kanan, seorang anak laki-laki ngamen menghampiriku dan menyodorkan minuman. Lalu kedua layar itu berhenti ke wajah dua pemuda tersebut, Dewa dan Yada.

Aku menelan saliva, tiba-tiba saja aku mendapatkan feeling buruk lalu ada dua layar muncul lagi. Saat aku berada di bangunan terbengkalai itu, aku merasakan bahwa diriku ini pernah menginjakkan kaki di sana. Dan Jesse, pemuda api itu juga memiliki rasa yang sama denganku. Ia seolah tahu, kalau bangunan terbengkalai ada yang jaga. Namun, aku sama sekali tidak pernah melihat penjaga bangunan itu sama sekali.

"ATMA!" teriakkan Dewa saat aku hendak menolong Fian Xian Lu melawan aura hitam, aku mencekal langsung rantai tersebut dan tangan ini ada cahaya yang menyalurkan ke rantai Fian Xian Lu.

Gambar-gambar segera berubah cepat dan pemuda berasap memiliki mata hijau tajam tersebut berkata, "Atmaku, ikutlah denganku! Karena kau sangat berharga buat kami yang memiliki kekuatan."

"Jangan kasar sama adikku!" protes Mas Daniel saat memecahkan misteri malam itu.

"Maaf, aku nggak sengaja, Niel." ucap Alvin meminta maaf setelah melihat masa laluku.

  Layar-layar itu menampilkan masa yang pernah terjadi, di masa ini dan masa lalu. Dari kedua layar yang berdampingan menampilkan kejadian yang hampir mirip serta peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu, terus berulang kali. Membuatku menangis tersedu-sedu mengingatnya.

"Hiks...hiks...hiks," tangisku dalam diam, memeluk diri sendiri. Air mata ini menjadi saksi bisu telah melihat masa kelam yang menyedihkan. Maka dari itu, kenapa mama tidak ingin memoriku kembali? Mama takut, kalau aku sedih. Mataku terpejam dan indra pendengaranku samar-samar mendengar suara mama yang terisak menangis.

Misteri dan Memori [SA] END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang