72. Mengalahkan Gadis Hipnotis

99 39 20
                                    

"Hahaha!"

Tawa jahat dari Alina terdengar begitu nyaring di belakang pasar. Sekarang April yang sudah di bawa kendali Alina sudah berdiri di samping gadis tidak tahu diri itu. Haku mengepalkan tangan kuat, wajahnya sudah memerah dilanda amarah yang mendalam mendengar kalau April sudah di bawa kendali musuh.

   Mata yang tertutup oleh kain tersebut berusaha untuk tetap teguh supaya hati nan pikiran, tidak mudah terkecoh oleh emosi yang panas membara. Haku berusaha untuk tetap berpikir dingin, tidak termakan emosi membara. Bagiamana pun juga, ia harus melawan musuh? Termasuk April.

'Maaf, aku tidak memiliki pilihan lain. Aku harus melawan April juga. Gomenasai.' batin Haku.

  Alina tersenyum miring dan menyuruh April untuk menyerang Haku menggunakan kekutan menggambar. April menggambar cepat dan mengeluarkan hewan buas seperti macan. Mata macan tersebut berwarna merah menyala.

"Serang dia!" teriak April memberikan aba-aba macan kertas tersebut.

Macan itu segera berlari kencang menuju Haku dan melompat tinggi mengeluarkan kuku tajam, mencengkram Haku. Pemuda tersebut segera meluncurkan tembakan es mengenai macan itu. Alina yang melihat hal tersebut berdecak kagum.

"Menarik!" ia meninta April kembali untuk menggambar sesuatu yang menyeramkan. Gadis itu segera menggambar kucing anggora sangat imut.

Meow.

  Alina yang melihat tersebut terbelalak tidak percaya. "Apa yang kau gambar? Coba kamu gambar makhluk buas!" titahnya lagi. April kembali menggambar sesuatu menggunakan pensil serta beberapa kertas yang selalu ia bawa, kemana-mana.

   Macan kertas tersebut ingin melukai Haku. Mereka berdua kini saling berguling ke tanah, menahan serangan. Haku berada di bawah sedangkan macan itu berada di atas—kedua tangan macan tersebut berhasil di tahan oleh Haku. Sekuat tenaga Haku mencoba menahan lalu kedua tangannya terangkat membuat macan tersebut meninggi sedikit.

  Walau macan di depan Haku hanyalah kertas yang hidup. Namun, ia setara dengan hewan asli jadi Haku harus berhati-hati dengan serangan gambar 2 dimensi ini. Haku membanting macan itu ke samping dan segera membekukannya dengan es.

"Froze!" seru Haku mengeluarkan kekuatan esnya menangkap macan itu. Alina yang mengetahui hal itu marah besar dan April malah menggambar binatang-binatang yang lemah, tidak berguna sama sekali.

  Akhirnya gadis tersebut mulai menyerang Haku, melayangkan bogeman mentah ke pemuda tersebut.  Haku yang tidak menyadari kehadiran Alina berhasil memukulnya. Rasa nyeri di perut begitu terasa, tangannya memegang perut yang terasa nyeri. Mata hipnotis tersebut masih dalam mode on.

"Kyah!" Alina berseru melompat ke udara dan melayangkan bogeman mentah kembali ke Haku, mengenai wulu hati.

Sreet!

  Mata merah keunguan tersebut kini membulat sempurna melihat Haku yang tiba-tiba menghilang begitu saja.  Alina menoleh ke kanan-kiri mencari sosok Haku, berambut abu-abu tersebut. "Cih! Dia ada dimana sih?" tanya Alina seperti orang bingung. Ia mendongak melihat ada seseorang di atas sana. Alina mencoba untuk mempengaruhi orang itu.

Namun, mata hipnotis tersebut seolah tidak berfungsi secara optimal. Kedua mata merah keungunan tersebut kini berubah menjadi cokelat,  dulu lagi. Dahi Alina berkerut bingung tidak mengerti.

"Ada apa ini? Kenapa kekuatanku—" belum selesai bicara, ia berdiri tegak penuh dengan ketegangan yang tiba-tiba menyerang dirinya. Ekor mata Alina bergerak ke kiri, dimana ada sesuatu di bahu kirinya? Saat sudah menengok ke bahu kiri sekitar 80 derajat. Mata membulat sempurna ada kodok kecil terbuat dari kertas dan pewarna hijau berada di bahu Alina.

Misteri dan Memori [SA] END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang