42. Mading Kecil

121 34 19
                                    

  Video orang asing itu sudah berkali-kali di putar untuk mencari gerak-gerik mencurigakan. Mas Daniel sudah screenshot beberapa bagian yang di garis bawahi mencurigakan. Aku melihat pemuda tersebut memasang kabel usb ke laptop untuk mengedit hasil screenshot itu, kedua mataku ini mengamati dengan seksama melihat kecepatan dua tangan menekan-nekan keyboard komputer sembari menggerakkan mouse. Garis-garis merah mulai muncul di beberapa titik yang dibuat oleh Mas Daniel.

   Pemuda itu bangkit berdiri menuju kasurnya dan berjongkok mencoba meraih sesuatu di dalam kolong bawah kasur.

"Cari apa Mas Daniel?" tanyaku bangkit berdiri.

"Cari papan, aku menyimpannya di bawah sini." jawab Mas Daniel dan merasa sudah menemukan benda yang di carinya. Tangan itu menarik keluar papan mading kecil yang penuh dengan debu dan terlihat kotor sekali membuatku tidak tahan melihat benda-benda kotor.

"Yuh! Kotor sekali." ucapku.

"Ah, aku lupa kalau karpetnya, tidak ku lipat." kata Mas Daniel baru sadar bahwa karpet yang sebelumnya bersih. Sekarang menjadi kotor karena debu, apalagi karpetnya berwarna biru cerah, lebih ketara kalau karpetnya kotor.

  Aku berkacak pinggang menatap Mas Daniel tidak seperti biasanya. "Kenapa? Bukannya Mas Daniel suka membuat karpet kotor karena remahan snack?" ucapku meledek. Mas Daniel menatapku sebal setelah mengatakan itu.

"Kalau meledek nomor satu ya." komentarnya datar membuatku tertawa kecil.

"Hehe. Kita bersihkan papan madingnya terus di letakkan dimana?" tanyaku ke Mas Daniel.

  Pemuda itu menyuruhku untuk duduk sebentar mencarikan tempat yang cocok buat memasang papan mading kecil ini. Sudah mendapatkan tempat yang pas. Kami berdua membawa papan ini bersama-sama keluar dari kamar Mas Daniel. Mama yang kebetulan berada di teras rumah melihat kami berdua membawa papan mading lama keluar.

"Mau diapain tuh papannya? Mau di rongsokan?" tanya mama.

"Tidak, ma. Ini mau dibersihkan, lumayan masih bisa daripada di rongsokan menjadi tempat sampah." jawabku tersenyum dibalas senyuman mama.

"Iya. Lagipula sampah sudah menggunung tanpa disadari orang sekitar." kata mama, bangkit berdiri mengambil peralatan kebersihan.

     Lalu kami berdua membersihkan papan mading tersebut. Saat asik membersihkan papan, tiba-tiba Mas Daniel mencolek pipiku dalam keadaan tangan Mas Daniel penuh dengan busa sabun. Aku melirik ke arahnya yang malah ketawa terbahak-bahak. "MAS DANIEL! Awas aja!" protesku dan membalasnya mencolek pipi pemuda itu agar sama-sama terkena busa.

  Mas Daniel terkejut dan ingin membalas baik. Namun, mama udah teriak-teriak untuk berhenti bermain air. "Masya allah, udah gede mainnya seperti anak kecil ya!" protes mama berkacak pinggang. Aku dan Mas Daniel saling beradu tatap lalu menatap mama dengan senyuman.

    Papan kecil tersebut sudah bersih mengkilap dan terpasang di dinding. Mas Daniel segera mengeprint foto yang ada di laptop lalu di pasangkan ke mading tersebut dengan judul "Misteri Sekolah Aneh". Aku tersenyum tipis memandang mading tersebut.

"Misteri Sekolah Aneh. Menarik sekali, namanya." komentarku.

"Harus menarik lah. Dan aku tidak sabar untuk mengetahui siapa orang itu? Bisa-bisanya ia membuat masalah sebesar ini." kata Mas Daniel kesal, berkacak pinggang menatap mading dengan garis-garis merah yang bisa dibilang rumit.

   Mas Daniel juga memasang visual foto murid 1-E. Aku memicingkan sebelah mata, tidak percaya kalau Mas Daniel sempat-sempat membuat gambar visual anime secara diam-diam. Aku memegang dagu sembari menatap ke mading tersebut, mencoba melihat lebih dekat, menyentuh salah satu foto. Foto visual kertas yang di temukan oleh Alvin di dalam gudang dimana kertas yang di penglihatan pemuda indigo—penuh merah darah. Itu sangat mengerikan sekali.

Misteri dan Memori [SA] END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang