33. Model Rambut Haru Baru dan Mulai!

129 35 11
                                    

   Semua sorotan mata tertuju ke arahku yang memakai seragam olahraga untuk pertama kalinya. Seragam olahraga ini tidak pernah ku pakai saat awal masuk di sekolah baru sebab suasana udah berbeda dari sebelumnya. Aku menarik kursi dan duduk di samping Mas Fajar.

"Mulai pembelajaran penjas?" tanya Mas Fajar sekadar basa-basi.

"Iya, Mas Fajar. Udah lama aku tidak berolahraga." jawabku tersenyum.

"Memang kenyataannya kau jarang banget olahraga. Kau harus setiap hari olahraga biar tubuhmu sehat." kata Mas Daisuke datar, menyindirku secara halus.

"Kalau olahraganya sendiri. Aku moh! (Aku nggak mau!)" jawabku kesal sembari memakan sarapan pagiku.

  Ayah dan mama yang melihat anak-anaknya udah bertengkar di pagi hari hanya bisa menggeleng. Ayah tersenyum sumringah. "Tidak perlu berdebat masalah kecil seperti itu." ucap ayah ramah.

"Mas Daisuke kalau nyindir terang banget bikin sakit." keluhku sedih menatap ayah seraya melirik ke Mas Daisuke yang nampaknya tidak peduli sedikit pun kalau aku mengadu ke ayah.

  Pemuda berambut pirang sedari tadi menahan tawa melihat perdebatan antara aku dan Mas Daisuke sebab aku jarang banget berkelahi adu mulut sama Mas Daisuke. Kalau sama Mas Taiga, jangan di tanya lagi udah satu paket.

"Bukannya kalau terang itu bikin sakit mata bukan sakit hati?" tanya Mas Taiga dengan muka sok polos membuat bibirku mengerucut, tidak suka.

"Ya nggak gitu konsepnya!" protesku dan di balas gelak tawa menggelegar dari Mas Taiga. Yang lain hanya bisa memandang kami berdua, menggelengkan pelan.

  Mama menyuruh kami berlima segera meminum susu hangat yang setiap pagi selalu tersedia di meja makan, untuk pertumbuhan. Mas Daniel dan aku pamit terlebih dahulu ke mama dan ayah lalu kami berdua segera pergi menuju rumah Pak Sam.

"Daniel, Atma! Hati-hati!" kata mama sembari melambaikan tangan. Aku tersenyum membalas lambaian tangan mama.

"Iya mama!" jawabku mengacungkan jempol.

        Beberapa menit kemudian, kami berdua sudah sampai di rumah Pak Sam dan seperti biasanya beberapa murid udah berdatangan. Tinggal beberapa murid yang suka jam karet, lama banget. Aku segera menghampiri April menyapanya.

"Bagaimana kabarnya?" tanyaku dibalas angguk April.

"Alhamdullilah, baik, Atma." jawabnya tersenyum sembari menyuruhku duduk di sebelahnya.

     Dari dalam rumah muncul seorang pria tampan dengan warna rambut biru tersenyum kepada kami berdua. "Eh Atma udah datang. Mana Daniel?" tanya Pak Sam.

"Mas Daniel berada di depan sama yang lain, Pak." jawabku sopan.

"Tunggu sebentar ya. Nunggu yang lain datang." kata Pak Sam lalu beliau keluar rumah untuk mengobrol sama murid laki-laki di depan.

  Sedangkan aku mengobrol santai dengan April dan bertanya hanya sekadar basa-basi saja. "Pril, tadi diantar sama siapa? Soalnya aku tidak lihat tuh, Haku dan Jesse?" tanyaku.

  Gadis berambut keriting gantung tersebut hanya mengukir senyuman dan berkata, "dia membuat kejutan."

"Ha? Kejutan? Kejutan apa?" kataku berulang kali dan penasaran dengan maksud Haku. Masalah kejutan.

April mengangguk mantap, ia bilang kalau Haku membuat "kejutan besar". Aku bertanya balik buat "siapa?" kata April untuk semuanya. Ah, aku pikir kejutan untuk wakil ketua kelas. Pikiran ini selalu aja kemana-mana kalau setiap kali aku melihat April dan Haku bersama-sama. Apalagi kalau bersama Jesse, trio yang sempurna.

Misteri dan Memori [SA] END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang