04. Gerakkan Melambat

158 45 40
                                    

Judy berdiri tegak sembari menguap dan mengucek kedua mata. Ia menatap kami dengan seulas senyum tipis. Berjalan sedikit menyeret sebab nyawanya masih belum full. Aku takut, kalau pemuda itu bakal jatuh, kapan saja.

"Jud! Kau jangan jalan dulu. Nanti jatuh!" ucapku. Pemuda tersebut mengucek matanya lagi, menggeleng,"tidak apa-apa."

"Hoam..." menguap sembari merentangkan kedua tangan, kaki sedikit jinjit. Aku yang melihat itu hanya diam memaku melihat Judy sedang merenggangkan otot, "...tidurku sangat nyenyak sekali!"

"Loh, kau dari tadi tidur, di atas pohon?" tanyaku sembari menunjuk pohon, tempat Judy tidur. Pemuda itu mengangguk mengiyakan.

Mas Taiga melihat pohon tersebut sembari menopang dagu. "Berarti tempat tidur baru." simpulnya membuat diriku geram dan memukul punggung Mas Taiga hingga tubuhnya sedikit maju.

"Kebiasaan, mukul-mukul!" protes Mas Taiga. Aku tidak peduli.

Jesse dan Niall tertawa melihat perdebatan kecil antara aku dan Mas Taiga. Judy menambahkan," ikatan antara kakak dan adik sangat kental sekali."

"Kau juga, Jud. Kau sama Rudy juga, ikatan kalian sangat wow!" ucapku tersenyum lalu aku bertanya pada mereka berlima.

"Mana yang lain? Aku tadi bertemu dengan Fian Xian Lu?" tanyaku.

"Doi-nya, Atma." celetuk Mas Taiga bikin kedua mataku terbelalak, melirik sinis ke Mas Taiga.

Jesse menutup mulut tidak percaya mendengar kalau aku menganggap Fian Xian Lu adalah doi padahal aku cuman mengerjainya. Itu tidak sungguhan. "Diam kakak laknat!" protesku melipat kedua tangan.

"Yang lain ada kok. Buruan berkumpul bentar lagi acara petasannya akan di mulai." kata Niall tersenyum.

    Sebentar lagi malam tahun baru bakal datang. Semua orang mulai berkumpul memenuhi taman. Mas Fajar dan sekelompok kepolisian sudah memasang tali merah memberikan jarak peluncuran petasan dan pengunjung. Aku berada di depan sendiri, menunggu semua petasan akan dinyalakan. Ada seseorang menepuk bahuku, pelan.

"Hai, Atma!" panggil April. Saat sedikit mencondongkan kepala ke depan, ada Zulfa dan Yuli.

"Hai, April!" sapaku tersenyum, "Aku tadi ingin mencari mu, Pril. Tapi malah bertemu sama Fian Xian Lu terus bertemu sama Niall, Haru, Jesse, Haku, dan Judy."

April tertawa kecil. "Mereka buat teater mengejutkan, ya?" tebaknya. Ku balas anggukkan kecil. April tersenyum sumringah,"mereka ingin menyampaikan pesan di pertunjukkan teater kecil itu. Tapi bersifat tersirat. Mencoba orang-orang berpikir lah." lanjut April.

"Pantesan." April melirikku sejenak lalu menatap ke depan melihat petasan berjumlah banyak itu.

"Pantesan apa?"

"Pantesan Haku dan Jesse tiba-tiba marah terus mengusir Niall. Serius, aku pas nonton, kaget. Sampai-sampai Mas Taiga ingin menghentikan mereka." jelasku ke April. Apa yang aku lihat tadi, benar-benar tidak terduga lalu muncul ilusi dari kekuatan Judy, mencegah para penonton tidak mendekat dan menghancurkan pertunjukkan.

Sungguh, menarik emosi pertunjukkan mereka. April yang mendengar ceritaku tidak kuasa menahan tawa dengan akting bisa dikatakan bagus banget. Aku jadi ingat waktu promosi sekolah, cara berbeda. Bisa dibilang, promosi bercampur karya.

Ah jadi kangen sekolah di Sekolah SMA Krias 04. Walau sekolah itu menyeramkan dan aneh tetapi kalau ada mereka. Aku merasa aman dan baik-baik saja, batinku.

    Malam di penuhi bintang bertaburan sangatlah enak di pandang. Lalu ada aba-aba untuk menghitung mundur. Semua orang mulai menghitung mundur dari angka 10. Suara-suara mereka semua sangat antusias dan ingin sekali melihat berbagai macam warna kembang api menghiasi malam indah ini.

Misteri dan Memori [SA] END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang