09. Mencari Misteri Sekolah

138 45 22
                                    

Kami bertujuh tengah sarapan pagi dengan nikmat. Aku menikmati sarapan mie dan telur, meskipun sederhana tetapi rasanya itu benar-benar lezat. Aku memakan mie begitu lahap seperti tidak pernah makan selama satu tahun.

"Atma! Kalau makan seperti tidak makan bertahun-tahun." komentar mama tersenyum.

"Mhammbis hhenak sih!" ucapku saat mulut masih penuh dengan makanan.

"Ditelan dulu, baru ngomong entar tersedak." kata Mama sembari menyuap makanan masuk ke dalam mulut.

Aku menelan makanan dan mengulangi ucapanku barusan," habis enak sih!"

"Mienya rasa aceh pedas. Cocok sama lidahnya, Atma. Benarkan?" kata Mas Daniel, ku balas anggukan mantap.

"Atma, kata Taiga. Kamu nanti sore ke sekolah mencari misteri? Apakah itu benar?" tanya ayah membuat Mas Daniel yang masih makan, tersedak kuah mie ayam.

Huk huk huk.

"Minum gih!" suruh Mas Taiga mengambil teko dan ingin menuangkan ke gelas Mas Daniel. Namun, pemuda itu langsung menyambar teko dan meminum airnya. Aku dan lainnya menatap Mas Daniel, melongo.

  Mas Daniel meletakkan kembali teko di atas meja sembari menghela nafas lega. "Uh, untung aku nggak mati karena tersedak."

"Tadi Atma terlihat nggak pernah makan bertahun-tahun. Sekarang, giliran Daniel yang terlihat tidak pernah minum bertahun-tahun." komentar Mas Taiga masih menatap tidak percaya, apa yang dilakukan oleh kedua adiknya ini? Aku hanya bisa tertawa kecil di dalam hati melihat wajah polos Mas Taiga.

Mas Daniel menatapku lamat-lamat dan berkata,"kok aku tidak diajak sih?"

"Ya, mana aku tahu." jawabku singkat, mengangkat kedua bahu lalu melanjutkan makan mieku yang tinggal sedikit.

Mas Taiga tertawa terbahak-bahak, aku yang tempat duduknya sedikit jauh dengan Mas Taiga, hanya bisa melotot ke arahnya dan mengkode mata. Mas Daniel mengerutkan kening melihat tingkah laku Mas Taiga dan aku yang bisa dikatakan terlalu mencurigakan—tidak terlalu pandai berakting dalam "menyembunyikan rahasia" dihadapan semua orang.

Lebih ketara kan ya?

"Hati-hati, Atma. Memecahkan misteri itu tidaklah mudah. Apalagi sekolahmu itu, menyeramkan." kata Mas Fajar.

Ayah mengangguk menimpali, "kalau misteri itu masih belum tuntas. Suruh teman-temanmu, tinggalkan misteri satu. Dan lanjut ke misteri selanjutnya." pesan ayah, kubalas anggukkan pelan.

Mama menoleh kearah ayah dan bertanya, "apa di sekolah Atma? Selama ini menyimpan misteri?" ayah mengangguk mengiyakan menatap mama sebentar lalu menatap ke arahku.

"Aku sengaja memasukkan Daniel dan Atma di sana. Karena untuk membantu sekolah itu, memecahkan misteri." ucap ayah santuy. Aku dan Mas Taiga yang sedang minum pun, mau nggak mau, menyembur.

Byuush!

  Air yang keluar dari mulut dengan lancarnya menyembur dan membuat meja makan basah, serta pakaianku juga sedikit basah akibat percikan semburan air. Sedangkan Mas Daniel tersedak minuman akibat perkataan ayah barusan. Aku mengusap bibir dengan tissu. Mas Daisuke menghela nafas kasar, "semuanya kaget. Ada yang menyembur kayak dukun, ada yang tersedak karena mantra-nya, berhasil."

  Kami bertiga menatap Mas Daisuke tajam akan terapi pria datar itu sama sekali tidak peduli dengan tatapan tajam dan berapi-api atas ucapan yang menyayat hati. Ayah tersenyum melihat perdebatan kecil kami bertiga. Setelah sarapan pagi, kedua kakakku dan ayah pamitan pergi berkerja. Mama mengantarkan sampai depan rumah dan aku mengikuti dari belakang.

Misteri dan Memori [SA] END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang