79. Aura Hitam Terkalahkan

108 41 19
                                    

Suara kekacauan begitu keras sekali. Aku masih tidak percaya kalau yang berada di depanku ini Airuz Yada, kakak kelas yang dulu sekolah di SMA Krias 04. Pemuda yang memberi ku sebotol air putih di saat aku merasa kehausan dan terlepas dalam jangkauan orang tua.

Ia mengulurkan tangannya padaku, "ikutlah denganku di tempat yang seharusnya, Atma." ucapnya. Aku mundur perlahan sedikit menjauh darinya.

"Tidak! Aku tidak akan ikut denganmu. Tidak akan!" tegasku menolak mentah-mentah. Diriku harus berhati-hati dengan ucapannya ini, siapa tahu dia sedang menjebak-ku?

"Kenapa? Kau masih belum percaya hmm. Bahkan aku bisa mengembalikan memorimu yang hilang dalam sekejap." katanya percaya diri, tersenyum membuat siapa saja yang melihat senyuman Yada bahkan membuatmu terkesima.

Kalau aku mengamati senyuman Yada, senyuman itu hampir mirip dengan senyuman milik Dewa. Aku segera menggelengkan cepat mengusir pikiran yang tidak seharusnya aku pikirkan. Sekarang, aku harus mencari cara bisa turun dari gedung ini yang kedengarannya mustahil untuk melompat dari gedung. Jika di pikir-pikir lagi, hanya jalan itu satu-satunya untuk melarikan diri.

"Aku tidak akan ikut denganmu... Yada!" ucapku masih kokoh dengan keputusanku. Mata hijaunya melebar mendengar namanya ku panggil, ia tersenyum sumringah menunjukkan deretan gigi putih. Rambut sedikit curly hitam lebam dengan kulit putih terlihat memesona di tambah alis sedikit tebal.

"Wah! Ternyata Atma tidak melupakan namaku. Aku sangat senang sekali," ucapnya lalu datang angin menerpa wajahnya membuat beberapa helaian rambutnya tertiup angin," selain namaku, apakah kau mengingat pertemuan kedua di tempat penuh dengan anak-anak lainnya?" tanyanya lagi. Aku terdiam sejenak mencoba mengingat-ingat tempat yang ia bicarakan.

Namun, sayangnya aku tidak mampu mengingat tempat maupun anak-anak yang dimaksud oleh pemuda di hadapanku ini. Apa yang sebenarnya diincar oleh pemuda yang tidak kalah misterius dengan Dewa?

Airuz Yada.

Matahari kini sudah bergeser ke arah barat bertanda sebentar lagi siang akan tergantikan sore dan sore akan tergantikan malam sampai matahari kembali muncul, menyambut hari baru dan aktivitas baru. Aku mendengar begitu banyak orang-orang meminta tolong dan teriakan keras. Dahiku berkerut sembari mencari tahu, asal muasal suara-suara tersebut.

"Mencari sesuatu? Atmaku?" tanyanya sok manis membuatku menatapnya jengkel. Walau ia tampan rupawan sayangnya aku tidak menyukainya.

"Berhentilah memanggilku Atmaku! Terdengar jijik! You know! Bahkan kakakku saja, tidak ada yang memanggilku seperti itu." protesku padanya. Tatapanku menjadi tajam lalu membuang muka, melipat kedua tangan kesal.

Sebelah alisnya terangkat sebelah, tersenyum miring kalau aku mengelak menyebut nama "Atmaku". Apakah namaku harus di tambahi dengan kata "ku"? Lalu ia tertawa terbahak-bahak membuatku ingin sekali memanggil super hero untuk menyelamatkanku dari pemuda gila di hadapanku ini.

"Serius? Apakah hanya aku saja yang memanggilmu sebutan Atmaku? Kau tidak sadar atau mengantuk saat pemuda sialan itu berusaha melindungimu tadi." kata Yada.

"Tidak! Tidak semuda itu. Aku tidak akan menyerahkan Atmaku, karena ia berarti padaku." balas Dewa.

Mataku terbelalak ketika sadar bahwa Dewa juga menyebut namaku dengan sebutan "Atmaku".

"Dia juga bilang, kalau kau sangat berarti untuk dirinya." ucapnya tersenyum miring.

Di posisi seperti ini, kedua pipiku tiba-tiba memerah panas. Aku menundukkan kepala, ekspresi-ku tidak bisa di jelaskan oleh kata-kata. Kedua tanganku mengepal kuat. Pemuda di depanku ini menjelaskan secara rinci dibalik nama "Atma". Yang ternyata dibalik namaku yaitu memiliki arti 'Jiwa'.

Misteri dan Memori [SA] END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang