Cuaca hari ini sangat panas dan rasa haus mulai menyerang tenggorokan Zulfa. Ia menelan air ludah, sorotan matanya melihat ke kanan dan ke kiri mencari orang yang berjualan minuman dingin. Kedua kakinya berjalan sembari mencari-cari penjual minuman dingin. Gadis berkacamata itu sudah berjalan sangat lama serta ingin rasanya membeli sesuatu untuk camilan di rumah. Beberapa orang berlalu lalang, di pinggir jalan begitu banyak penjual makanan.
Asap-asap kendaraan samar-samar mengepul di udara. Sesekali mendengar klakson kendaraan yang memekikkan telinga membuat orang kaget yang mendengarnya. Gadis itu melihat pedagang somay dan cilok, gadis itu segera menghampiri dua pedagang tersebut yang kebetulan tempatnya berjajar. Setelah membeli somay dan cilok, ia pergi untuk membeli minuman lalu menunggu angkot menuju ke rumah.
Zulfa meminum es teh manis di bawah terik matahari begitu nikmat dan tenggorokan yang kering kini sudah basah dan terasa segar. Selama perjalanan ia menyedot es teh manis dalam plastik di genggaman. Langkahnya berhenti dan menunggu di pinggir jalan dekat perempatan jalan. Bersandar di tembok sembari menunggu angkot.
Dari arah timur ada sekelompok orang berpakaian biasa-biasa saja. Namun, salah satu dari mereka tengah memerhatikan Zulfa saat menyebrang jalan. Gadis berkacamata tersebut sudah menyadari tatapan mangsa para pemuda sekitar 5 orang. Dan yang benar saja, mereka menghampirinya.
'Aku harus melakukan apa nih? Takut bat gila!'--batin Zulfa, menggerakkan ekor mata ke kanan-kiri, bingung.
"Hai gadis manis!" satu kalimat itu sukses membuat mata Zulfa terbelalak mencoba memberanikan diri menatap mata pemuda jelalatan dengan senyuman seringai, menakutkan.
Zulfa sudah merasa terancam dan mana mungkin ia bisa teriak-teriak meminta tolong walaupun tempatnya ramai, penuh kendaraan. Belum tentu, mereka berani turun tangan untuk menolong Zulfa.
"Mau apa kalian?" ucap Zulfa menggenggam kantung kresek kuat-kuat serta minuman esnya pun sudah tidak dingin lagi.
"Kau punya uang kan? Kau bisa beli somay dan cilok. Kau pasti anak kaya." katanya masih tersenyum seringai.
Zulfa masih diam dengan mata terbelalak. Bisa-bisanya kelima pemuda berwajah sangar seperti mereka menyimpulkan ia dari anak orang kaya, bisa membeli somay dan cilok? Dalam hati Zulfa tertawa terpingkal-pingkal mendengar kalimat yang terlontar dari salah satu pemuda jelek nggak punya otak.
Dua pemuda berjalan melewati Zulfa dan berdiri di samping kiri sedangkan di kanan ada dua, di depan satu. Sekarang, Zulfa sudah tidak bisa kabur ke kanan, ke kiri. "Sini! Berikan uang yang kau punya pada kami! Kalau tidak, kami terpaksa melakukan secara kasar padamu!" ucap pemuda di hadapan Zulfa seraya mengeluarkan pisau lipat dari celananya.
Zulfa hanya bisa diam, memandang mereka berlima bergantian di sela-sela mereka, angkot yang di tunggunya sudah melintas. Ini membuat Zulfa kesal sekali, tidak bisa pulang ke rumah awal-awal malah dapat halangan mengurus kelima pemuda yang datang, memalak seorang bendahara kelas.
Seulas senyum terukir jelas di bibir gadis berkulit cokelat manis itu. Pria di sebelah kanan terbelalak,"sini! Mana uangmu, cepat!" desaknya membuat Zulfa berdecak kesal.
"Cih. Aku nggak punya uang. Kalau kalian semua tidak punya uang. Mending ngamen aja. Kayak pengamen lampu merah, lumayan dapat duit dari pengendara." ucap Zulfa mencari pemasukkan pada mereka berlima.
Mereka berlima saling beradu tatap dan menatap Zulfa. "Omong kosong! Kami mending memalak daripada jadi pengamen!"
"Oh ya udah kalau gitu." jawab Zulfa santai membuat mereka kesal.
"Jadi? Kau tidak memberikan uangmu pada kami?"
"Tidak. Buat apa? Kan aku sudah bilang kalian jadi pengamen aja. Dapat uang atau cari pekerjaan!" kata Zulfa sedikit jengkel. Moodnya sudah memburuk hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri dan Memori [SA] END✔️
Fantasi{Buku Pertama: Sekolah Aneh Buku Kedua: Misteri dan Memori Buku ketiga: Black Hawk Buku keempat: Kembali SA Buku Kelima: Penggila Cinta} [Di Update: 16-03-2021] [THE END: 15-07-2021] [Status: TAMAT [Buku Kedua dari Sekolah Aneh: Misteri dan Memori]...