05. Mencari Pengendali Waktu Di Dunia Ilusi

150 46 30
                                    

   Taman yang di penuhi oleh orang-orang untuk menikmati petasan dan menyambut tahun baru. Aku berjalan sembari mencari teman-temanku. Kaki terus melangkah melihat semua masih melakukan akitivitas seperti biasanya sebelum kekuatan 'waktu' melambat gerakkan orang-orang di sini. Ini seperti awal aku memasuki Taman Kota. Aku melakukan apa yang ku lakukan sebelum semuanya menjadi melambat.

"Ini seperti pengulangan waktu di dalam ilusi." molonogku  mencari keberadaan teman-teman dan aku melihat ada sekelompok orang-orang yang berkerumun melihat pertunjukkan pesulap jalanan, Niall.

  Setelah pertunjukkan berakhir dan peristiwanya mirip sekali dengan apa yang terjadi. Haku menyapaku sembari melepaskan tudung yang menutupi kepalanya. Rambut panjang diikat itu, sangat indah.

"Hai, Atma. Untung kau datang kesini awal-awal." ucapnya. Ku balas anggukkan.

"Yah, a-aku hanya menjalankan tugas sesuai aktivitas sebelumnya." jawabku menoleh ke kanan yang seharusnya aku sama Mas Taiga. Tapi disini aku hanya seorang diri.

Menyedihkan sekali diriku.

"Sebentar lagi, orang-orang bakal berkumpul lihat petasan. Kita nunggu yang lain, ngumpul disini." kata Niall.

  Suara pijakan kaki dari atas terdengar, menoleh melihat Judy turun dari pohon. Pemuda itu berdiri sembari merenggangkan otot-otot seperti ia bangun tidur. "Jud? Kau tidur di atas pohon?" tanyaku.

"Hoam..."menguap sembari menatapku dengan sorotan mata masih kantuk. "...yah,seperti itulah. Ngomong-ngomong. Hoam...mana yang lain?" lanjutnya sesekali menguap.

Aku sampai heran. Judy di dunia ilusinya juga ikutan tidur? Jadi dia melakukan aktivitas di dunia nyata dan ilusi, sama dong. Sama-sama tidur.

  Kami berenam menunggu yang lainnya datang. Jesse mulai bosan, pemuda berambut merah itu melihat-lihat sekitar sembari menghela nafas. Saat Jesse menatapku, ia seolah terkejut dan tercengang melihat sesuatu. Aku yang tidak mau kepedean dilihatin Jesse dengan tatapan seperti itu, mencoba menoleh ke belakang melihat seorang gadis tengah berjalan dengan pemuda tinggi berambut biru.

   Aku mencoba melihat lamat-lamat dan menebak, menunjuk ke arah gadis yang berjalan berdua dengan pemuda bertubuh tinggi sekitar 180 cm, lebih. "Apa itu April?" tanyaku nada kebingungan.

"Itu benar, Ma!" seru pemuda menepuk bahuku. Refleks tanganku memukul punggung pemuda yang ternyata Dimas.

"Aduh! Sakit calon biniku." ucap Dimas mengadu tapi aku sama sekali tidak peduli.

"Salah sendiri, tiba-tiba ada di sampingku. Mau modus! Ya! Orang yang sering muncul-muncul!" tuduh ku ke Dimas.

"Bukannya itu bilangan modus?" sahut Haru dari belakang.

"Sepertinya Atma mau belajar matematika nih." Niall menyahuti.

"Aku benci dengan mata pelajaran itu. Tapi kalau tidak ada matematika. Kehidupan, nggak akan berjalan." jawabku sedikit jengkel.

   Saat kedua orang yang dari tadi kami perhatikan ternyata benar. Itu April bersama—sebenarnya aku malu mengatakannya dan di sisi lain wajar.

"Daiki!" pekikku melihat orang yang ada di sebelah April adalah tokoh karakter dari salah satu anime terkenal, basket.

Aku melihat pemuda berambut biru dan manis itu, harus mendongak untuk memberikan senyum manis, menyapa.

"Haku! Apa kau tidak cemburu? Melihat April sama laki-laki lain selain kau?" tanya Dimas yang sudah berada di sebelah Haku untuk mengompori ketua kelas.

Aku hanya memasang wajah datar melihat Dimas yang demen banget membuat api cemburu. "Dia keren banget!" ucap Jesse menganga melihat Aomine Daiki yang keren apalagi pemain basket.

Misteri dan Memori [SA] END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang