Langkah derap kaki ini berjalan menuruni anak tangga dengan langkah cepat. Seulas senyum terukir jelas di bibirku, aku merasa senang karena bisa beraktifitas seperti biasa, lebih tepatnya di sekolah. Di sisi lain, aku merasa takut kalau ada beberapa orang yang akan memerhatikan aktifitas murid 1-E memasuki sekolah yang jelas-jelas sudah di tutup rapat dan tidak ada seorang pun yang masuk ke dalam sana.
Suasana hatiku mudah sekali berubah-ubah terutama di suasana hati gelisah seolah aku tahu, apa yang bakal terjadi kedepannya? Padahal dugaan-dugaan itu, belum tentu jelas, benar atau tidak.
Makanan sudah ada di atas meja makan. Mama hanya menyediakan sedikit makanan yaitu ada nasi goreng, telur mata sapi, dan beberapa bungkusan roti tawar serta ada tiga selai roti. Aku menarik kursi dan duduk di sana lalu tidak lama kemudian yang lain menuju ke meja makan, lengkap dengan pakaian rapih.
"Makanannya tinggal dikit ini saja. Mama tidak sempat masak karena bangun kesiangan. Jadi hanya ini saja." ucap mama lembut menarik kursi di sebelah ayah.
Ayah menyunggingkan senyum ke mama. "Tidak apa-apa, yang penting ada makanan untuk mengisi cacing-cacing di perut, ma."
"Haha, ayah bisa saja!" jawab mama terkekeh pelan.
"Wow! Nasi goreng kesukaanku! Ambil yang banyak!" seru Mas Daniel mata berbinar saat melihat makanan kesukaannya di atas meja. Pemuda tersebut segera mengambil beberapa entong nasi goreng yang ada di dalam baskom itu.
Mata Mas Taiga terbelalak tidak percaya melihat Mas Daniel mengambil seenaknya nasi goreng itu. "Hei! Sisakan untukku juga. Mana bisa kau menghabiskan nasi goreng sebaskom gitu!" protes Mas Taiga berkacak pinggang seperti emak-emak.
"Tenang, Taiga. Adikmu nggak bakal---" kata mama. Namun, di selah sama Mas Daniel.
"Iya-iya, aku tidak bakal menghabiskan nasi goreng sebaskom. Mas Taiga, pikir. Aku ini perampok nasi goreng." jawabnya melirik ke Mas Taiga tajam.
"Lebih tepatnya perampok makanan di jam malam." jawab Mas Taiga tidak mau kalah.
Aku hanya memerhatikan mereka berdua yang tidak henti-hentinya berkelahi hanya masalah sepele. Aku mengambil beberapa roti tawar dan mengoleskan selai blueberry di atasnya. Selai tersebut tidak sengaja mengenai lengan kaos panjangku.
"Ya, kena kaos lenganku." keluhku mencolek selai itu dengan jari telunjuk lalu mengemutnya.
'Selai blueberrynya, enak'
Mas Fajar yang ada di sampingku mengoleskan roti selai strawberry lalu menaruhnya di sebelah rotiku. "Itu untukmu dan makan lah." kata Mas Fajar lembut, tersenyum.
"Makasih, Mas Fajar." jawabku dan memakan lahap roti itu.
Suasana di meja makan yang tadi berisik, sekarang adem ayem karena mereka semua sibuk dengan makan masing-masing. Aku melihat Mas Taiga dan Mas Daniel begitu lahap makan nasi gorengnya seperti lomba makan, melihat dari lirikkan mereka berdua sudah terlihat jelas. Ayah selesai dengan makanannya. Beliau mengambil selembar tisu dan mengusapnya ke sudut bibir, sisa makanan.
Netra cokelat ayah menatap kami semua bergantian lalu berhenti menatapku yang masih mengunyah roti terakhir di dalam mulut. "Atma! Kamu hari ini mau pergi kemana?"
"Aku dan Mas Daniel mau pergi ke sekolah, ayah. Karena Pak Sam sedang sakit jadi teman-teman kemarin memutuskan hari ini ke sekolah." paparku menjelaskan semua singkat ke ayah lalu menelan roti masuk ke dalam tenggorokanku. Jika mulutku sedikit penuh makanan, biasanya aku tahan ke sebelah kiri mulut dan berbicara sembari mengunyah dikit-dikit.
Terlihat seperti mengunyah permen.
"Teman-teman ke sekolah untuk latihan kekuatan sambil bersenang-senang." sahut Mas Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri dan Memori [SA] END✔️
Fantasía{Buku Pertama: Sekolah Aneh Buku Kedua: Misteri dan Memori Buku ketiga: Black Hawk Buku keempat: Kembali SA Buku Kelima: Penggila Cinta} [Di Update: 16-03-2021] [THE END: 15-07-2021] [Status: TAMAT [Buku Kedua dari Sekolah Aneh: Misteri dan Memori]...