Selamat membaca....
Semenjak kejadian di lapangan hari ini, Denetha tak melihat Bara ataupun Wanda. Entah kemana hilangnya batang hidung dua laki-laki itu. Meski keduanya bukan orang penting dalam hidup Denetha tetap saja ia harus menemukan salah satu diantara mereka untuk memastikan bahwa mereka masih bernafas.
Gadis itu berjalan menyusuri tempat yang mungkin biasa dikunjungi oleh Bara ataupun Wanda. Pandangan gadis itu fokus menyapu hal disekitarnya, mata gadis itu tertuju pada seorang laki-laki yang berjalan ke arah UKS. Gadis itu bergegas mempercepat langkahnya.
Denetha membuka pintu UKS sembari menatap laki-laki itu, sementara laki-laki itu hanya menatap Denetha datar. Wajahnya penuh luka, entah apa yang sudah seniornya lakukan pada laki-laki itu.
"Lo nggak papa?" tanya Denetha, laki-laki itu menggeleng.
"Yang lo liat gue nggak papa?"
Denetha berdecak sebal mendengar jawaban laki-laki itu.
"Gue kan cuma basa-basi," ucap Denetha, laki-laki itu hanya menggeleng pelan kemudian mengambil kotak P3K di salah satu rak.
Laki-laki itu duduk di salah satu ranjang UKS kemudian mulai mengoleskan obat di wajahnya dengan susah payah. Kemudian menoleh menatap Denetha.
"Kalo lo nggak mau bantu gue, pergi aja. Daripada nanti bang Wanda liat lo sama gue," ucapnya.
"Kalo lo nggak suka sama si Wanda, kenapa lo jadi bagian dari dia?" tanya Denetha.
"Bukan urusan lo, pergi sana!" usir laki-laki itu, Bara.
Sebenarnya Bara tak mau Denetha masuk lebih dalam sebagai target Wanda. Ia tau persis Wanda tak pernah main-main dengan hal itu dan itu yang membuat Denetha dalam bahaya.
"Berarti masalah gue sama Wanda juga bukan urusan lo!"
"Lo cuma harus minta maaf ke dia, terus udah masalahnya bakal selesai."
"Gue nggak salah, Bar. Lo tau itu!"
Bara menghela nafas pelan kemudian menatap dalam gadis itu.
"Wanda nggak pernah main-main sama targetnya, Tha."
"Gue nggak akan minta maaf, nggak akan pernah," kekeh Denetha, gadis itu memilih pergi dari UKS.
Sepertinya sia-sia gadis itu merasa bersalah pada Bara, padahal laki-laki itu sama sekali tak peduli pada dirinya sendiri. Entah apa yang ada dipikiran Bara sampai masih bisa peduli pada Wanda.
Denetha memilih duduk di tepi lapangan memperhatikan siswa-siswi yang seangkatan dengannya masih sibuk dengan urusan mereka. Tapi Denetha sudah tak berminat menanggapi para seniornya, ia bahkan ingin secepatnya pergi dari sekolah ini.
"Tha."
Denetha menoleh mendapati kedua temannya tengah menatapnya.
"Udah ketemu sama kak Bara?" tanya Tania, Denetha mengangguk pelan. "Terus kenapa masih lemes?"
"Nggak bisa diajak ngobrol tuh orang," sahut Denetha malas.
"Jadi, sukanya sama siapa? Kak Bara atau kak Wanda?" tanya Cindy polos.
"Nggak dua-duanya," sahut Denetha, gadis itu terdiam lama. "Lo tau gue nggak suka hubungan semacam itu."
Tania dan Cindy saling pandang, mereka tau betul apa yang dimaksud Denetha. Semenjak kedua orang tua Denetha bercerai, gadis itu tak pernah ingin punya hubungan dengan siapapun. Ia tak mau hubungannya berakhir seperti kedua orang tuanya.
Denetha ingat betul saat itu, sejak saat itu pula ia dan Tania mulai berteman akrab.
*****
Flashback Denetha
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us ✔️
Teen Fiction(Follow sebelum membaca) ***** "Woy, jangan nambah SAMPAH dong!" teriak Denetha keras-keras. Denetha tak menyangka bahwa awal masa SMA-nya akan berjalan penuh gangguan dari para seniornya. Berawal dari ia yang tak sengaja mengganggu aksi mereka, s...