LIMA

163 50 8
                                    

Selamat membaca....

Beberapa hari berlalu semenjak kejadian Bara salah pukul, sejak saat itu pula Denetha tak melihat wujud laki-laki itu di sekolah. Denetha yang sudah terlepas dari MOS menjadi lebih bebas mengelilingi sekolah. Ia juga akhir-akhir ini jarang bertemu Wanda, seniornya itu juga seperti ditelan bumi.

Entah apa yang terjadi antara Bara dan Wanda tapi kedua laki-laki itu sudah jarang muncul bersama. Hal itu juga yang membuat rumor di sekolah mengenai Bara yang keluar dari geng Wanda makin terdengar jelas ditelinga Denetha. Belum lagi yang menyampaikan langsung adalah temannya sendiri, si biang gosip, Tania.

Seperti sekarang Tania, gadis itu sedang bercerita tentang deretan laki-laki tampan di sekolah. Mulai dari Yuan si ketua OSIS keturunan Cina, lalu Michel yang berbadan tinggi anak paskibra, terus beruntun sampai mang Iqbal penjual cilok di kantin pun jadi bahan gosipnya. Sementara Denetha dan Cindy hanya dengan lapang dada dan telinga yang memar mau mendengar cerita gadis itu yang tak ada faedahnya.

"Gila, mang Iqbal jual cilok aja ganteng ya? Gimana kalo jual ginjal?" ucap Tania mulai mengeluarkan lelucon-lelucon yang benar-benar tak berfaedah.

"Kalo jual ginjal, ya mati!" ketus Denetha menanggapi ucapan temannya yang tak masuk akal itu.

"Ih! Jangan, berkurang nanti cogan di sekolah."

"Najis!"

"Eh, tapi menurut gue yah kalo mereka semua dijejerin. Pasti kak Bara tuh paling bersinar, iya nggak sih?" tanya gadis itu tiba-tiba, kemudian melirik Cindy. "Iya kan, Cin?"

"Nggak tau, kan yang deket sama kak Bara itu Denetha. Kenapa nanya gue?" ucap gadis itu polos.

"Denetha nggak asik, kalo lo kan asik Cin," ucap Tania beralasan.

Denetha melirik malas ke arah pintu kantin, melihat Bara bersama ketiga temannya masuk ke dalam kantin. Bisik-bisik riuh mulai terdengar di sekitar mereka, bukan hal baru melihat Bara datang bersama ketiga temannya. Hanya saja jika kejadian beberapa hari terakhir tak terjadi mungkin suasananya pun akan biasa saja.

Tapi kali ini rasanya berbeda, hawa di sekitar keempat laki-laki itu pun terasa lebih mencekam.

"Mereka beneran keluar dari geng kak Wanda?" tanya Tania setengah berbisik.

Denetha menatap tajam temannya itu yang tak tau waktu bergosip, jelas-jelas Bara sedang berjalan ke arah mereka tapi gadis itu masih sempat-sempatnya mengatakan hal itu. Bara mengambil duduk tepat di kursi yang berada di samping Denetha, raut laki-laki itu datar seperti biasa. Denetha menatap aneh laki-laki itu, ada yang berubah tapi entah apa.

"Ngapain lihat-lihat," suara Bara mengintrupsi kegiatan Denetha yang tengah menelisik laki-laki itu.

"Punya mata ya liat!" sahut Denetha asal, gadis itu memilih kembali menatap makanannya.

Seharusnya gadis itu sadar bahwa mengkhawatirkan laki-laki itu jelas tak ada gunanya.

"Kak Bara udah nggak sama kak Wanda lagi yah?"

Suara dibelakang Denetha terdengar sangat jelas, bisa ia pastikan Bara juga mendengar hal itu.

"Udah denger belum? Katanya kak Bara itu nggak bisa move on dari mantannya."

"Masa sih?"

"Iya, mantannya tuh meninggal gara-gara di bully."

"Jadi dia kaya mau balas dendam gitu?"

"Iya, yang lebih parah lagi. Mantannya itu bunuh diri di depan dia."

Brakk

Denetha melonjak kaget mendapati meja yang tepat berada di depannya dipukul oleh Bara. Ada amarah di mata laki-laki itu, entah itu kesedihan atau dendam yang jelas Bara pasti terusik dengan ucapan itu. Denetha tak tau apa yang mereka bicarakan fakta atau hanya rumor belaka, tapi melihat ekspresi Bara yang baru ia lihat membuatnya sedikit merasakan sakitnya.

Between Us ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang