Selamat membaca....
"Denetha ini, dia itu-"
"Pacar gue!!!"
Seketika ketegangan di kantin berubah menjadi tempat yang paling mengejutkan. Tatapan seluruh siswa terarah pada laki-laki itu, laki-laki yang dikenal selalu mengusir perempuan yang berada di dekatnya dalam radius kurang dari satu meter. Laki-laki itu kini berjalan ke arah Denetha, meraih tangan gadis itu kemudian menggenggamnya erat.
"Bara gila," bisik Galih kepada kedua temannya yang juga menatap tak percaya.
Ya, Bara. Raut datar laki-laki itu yang sejak memasuki kantin terlihat kini menghilang. Digantikan dengan senyum manis di wajah tampannya ke arah Denetha. Dan sialnya Denetha seperti terkena mantra saat melihat senyum itu.
"Dia pacar gue," ucap Bara kembali menegaskan, laki-laki itu sama sekali tak terintimidasi dengan tatapan mengerikan Wanda.
"Sejak kapan?" tanya Wanda masih mencoba menahan emosinya, jujur ia merasa dipermalukan.
"Sebelum ketemu dia di jalan waktu itu, gue udah kenal sama dia," jelas Bara berbohong, Denetha memejamkan matanya berusaha menahan emosi saat mendengar cerita yang dikarang Bara.
"Kenapa lo nggak pernah bilang?"
"Gue nggak harus laporin masalah pribadi gue ke lo kan, Bang?" ucapan Bara tepat mengenai sasaran, Wanda sepertinya sudah tak bisa menahan emosinya.
"ANJING!!!"
Brakk
Wanda melampiaskan kekesalannya pada meja dan kursi di sampingnya, jelas laki-laki itu sangat kesal.
"Lo-"
"Mulai sekarang, Denetha pacar gue. Siapapun yang gangguin dia, harus berurusan sama gue," putus Bara kemudian menarik Denetha pergi dari sana.
Bara benar-benar menghancurkan Wanda, seniornya itu terlihat sangat malu. Wanda memang licik dan tak berperasaan tapi laki-laki itu tak mungkin tega untuk menyakiti kekasih anggotanya. Meski Wanda sangat membenci Denetha, ia juga tetap tak bisa menyakiti gadis itu lagi karena statusnya adalah kekasih Bara.
Wanda memilih pergi meninggalkan kantin diikuti teman-temannya, ia sudah merasa malu berada di sana. Suasana kantin yang tadinya hening pun mendadak ramai, bahkan Tania dan Cindy pun saling pandang tak percaya. Mereka tau Denetha, tak mungkin gadis itu bisa dengan mudah menjalin hubungan apalagi setelah apa yang terjadi pada keluarganya.
Sementara itu di tempat lain, sepertinya Bara sedang dalam masalah besar. Gadis yang lebih muda satu tahun darinya itu tengah menatap tajam ke arahnya. Sebuah tatapan yang tak pernah siswi perempuan tunjukan padanya sejak ia kecil, bahkan mungkin tak ada selain ibu dan kakak iparnya.
"Kalo mau marah, marah aja. Jangan pelototin gue terus," ucap Bara.
"Lo gila yah?"
"Anggep aja gitu."
"Bisa-bisanya lo ngomong kaya gitu, di depan semua anak? Lo gila, sumpah!"
Denetha benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Bara, entah kemana otak laki-laki itu pergi. Padahal sejak awal keduanya sudah berjanji untuk tak memberitahu siapapun mengenai keduanya yang sudah saling mengenal. Tapi sekarang laki-laki itu justru malah membuat hubungannya terlihat lebih dekat di depan seluruh siswa.
"Apa salahnya?" tanya Bara.
"Salahnya?" ulang Denetha. "Lo tau kan kenapa bokap gue tinggal sendiri, lo tau kan kalo orang tua gue udah nggak sama-sama?"
"Itu nggak ada hubungannya sama lo," ucap Bara.
"Iya, tapi gue nggak mau ngejalanin hubungan yang sama," ucap Denetha tegas, bahkan Bara bisa mendengar ucapan gadis itu yang terdengar sangat meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us ✔️
Teen Fiction(Follow sebelum membaca) ***** "Woy, jangan nambah SAMPAH dong!" teriak Denetha keras-keras. Denetha tak menyangka bahwa awal masa SMA-nya akan berjalan penuh gangguan dari para seniornya. Berawal dari ia yang tak sengaja mengganggu aksi mereka, s...