TUJUH BELAS

154 49 42
                                    

Selamat membaca....

Pagi ini Denetha tiba lebih siang ke sekolah, ayahnya sedang ada tugas di luar kota. Gadis itu berada di rumah hanya bersama asisten rumah tangganya, meski sebenarnya ibunya sudah mengajaknya pulang. Tapi Denetha tetap kekeh ingin berada di rumah ayahnya meski sendirian.

Kondisi koridor sekolah saat mendekati bel sangat ramai, bahkan Denetha berkali-kali hampir ditabrak oleh siswa-siswi yang berlalu-lalang. Untung saja Denetha bukan dalam mode 'senggol bacok' jadi gadis itu tak asal menghajar siapapun di dekatnya. Meski beberapa kali Denetha mengumpat atau berkata kasar tapi ia tak sampai menghajar mereka.

Langkah Denetha terhenti tepat di depan ruang kelasnya, gadis itu bisa melihat tangga menuju lantai dua penuh dengan siswa-siswi yang berkerumun. Denetha melongokkan kepalanya, mencoba mencari tahu apa yang sedang menjadi pusat perhatian. Gadis itu melihat Tania turun dari sana, temannya itu pasti sangat bersemangat mencari tahu gosip yang sedang panas.

"Ada apaan?" tanya Denetha, saat Tania sudah tiba di dekatnya.

Tania terdiam, seolah ada yang ingin gadis itu sampaikan tapi bingung cara menyampaikannya.

"Emm, itu..." Tania menghentikan ucapannya kemudian kembali menatap Denetha. "Jangan kaget yah?"

Denetha mengernyitkan dahinya heran, gadis itu tak paham dengan ucapan Tania. Tapi Denetha memilih mengangguk setuju, lagipula ia tak yakin apa yang disampaikan Tania itu berita penting.

"Itu, ada polisi," ucap Tania, gadis itu kembali menatap Denetha. "Mereka nyari kak Bara."

Denetha berdehem pelan, memastikan pendengarannya tak bermasalah saat Tania mengatakan hal itu.

"Gue nggak tau pastinya, tapi katanya ada hubungannya sama mantan kak Bara," jelas Tania, ia bisa melihat ada raut bingung di wajah Denetha.

Tania mulai gelisah, apalagi melihat Denetha hanya terdiam. Salah satu ekspresi yang sangat Tania kenal, ekspresi yang menunjukan Denetha marah atau sangat kesal. Tapi kadang juga Denetha berekspresi seperti itu karena ia tak tau harus berbuat apa.

"Tha?"

Denetha berbalik masuk ke dalam kelas bersamaan dengan bel masuk yang berbunyi. Gadis itu tak mengatakan apapun, karena hal itu juga Tania semakin gelisah. Ia merasa sedikit bersalah karena mengatakan hal itu pada Denetha.

*****

Selama jam istirahat rumor mengenai Bara terus menyebar, bahkan semakin memburuk. Seluruh siswa yang tadinya takut pada Bara, seketika berani membicarakan laki-laki itu. Sebagian siswi perempuan yang dulu mengagumi Bara perlahan mulai mencibirnya.

Tentu saja hal itu berdampak pada Denetha, seluruh siswa SMA Cemara yang mengetahui Denetha dan Bara berpacaran mulai mencibir hubungan mereka. Padahal Denetha sendiri tak tau apapun mengenai rumor itu, ia bahkan tak mengenal mantan kekasih Bara. Ia sendiri juga tak bisa menemui Bara hari ini, laki-laki itu juga tak menjawab teleponnya.

Teman-teman Bara juga tak menunjukkan batang hidungnya seharian ini. Bahkan Wanda yang biasanya berlalu-lalang didepan kelas Denetha. Tapi hari ini jangankan Bara, Wanda pun sama sekali tak terlihat.

Denetha tak bisa menanyakan kebenarannya pada Bara, ia juga tak bisa bertanya pada teman-temannya. Yang bisa Denetha lakukan saat ini hanya duduk di dalam kelas membiarkan semua rumor masuk ke telinganya. Sebenarnya telinga gadis itu sudah gatal sejak tadi, hanya saja ia tak tau apapun mengenai Bara.

"Tha, lo nggak mau ke kantin gitu?" tanya Tania.

"Iya, Tha. Gue laper," rengek Cindy.

"Lo berdua aja, gue males," sahut Denetha, gadis itu memilih meletakkan kepalanya di atas meja.

Between Us ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang