SEBELAS

157 56 23
                                    

Selamat membaca....

"Denetha!"

"Lo?"

Bara terdiam beberapa saat, membiarkan kedua orang yang dulu pernah berteman itu saling menyapa. Bukan tanpa alasan Bara menyuruh Gema agar datang ke warnet, ia hanya ingin memastikan bahwa apa yang laki-laki itu katakan bukan kebohongan. Apalagi mengingat sifat Denetha yang punya gengsi tinggi dan tak mudah bergaul dengan anak laki-laki, membuat ia tak yakin jika keduanya saling mengenal.

"Lo beneran Denetha? Kok lo udah segede ini?" tanya Gema, laki-laki itu masih tak percaya dengan gadis yang kini menjadi kekasih temannya.

Ingatan Denetha seperti kembali diseret ke masa lalu, gadis itu mengingat betul siapa Gema. Laki-laki itu adalah satu-satunya teman Denetha, meski laki-laki itu satu tahun lebih tua darinya tapi Gema tak pernah memperlakukan Denetha seperti anak kecil. Gema juga yang selalu menemani Denetha saat gadis itu merasa kesepian.

Bahkan Denetha tak ingat pernah mengucapkan selamat tinggal pada laki-laki itu. Terakhir ia bertemu Gema adalah satu hari sebelum ibu dan ayahnya bercerai, itu pun Denetha mengabaikan Gema. Ia terlalu malu, Denetha berpikir Gema mungkin tak mau berteman lagi dengannya jika laki-laki itu tau bahwa ibu Denetha berselingkuh.

Gema sendiri sudah lama mencari gadis itu, gadis yang bersamanya sejak kecil dan entah sejak kapan sudah tumbuh sebesar itu. Kepergian gadis itu yang tiba-tiba benar-benar hal yang mengejutkan untuk Gema. Ia tak pernah tau alasan kenapa gadis itu pergi tanpa mengatakan apapun, bahkan sampai sekarang Gema ingin tau alasan gadis itu yang sebenarnya.

Bara memilih tak merespon, baik Denetha dan Gema sepertinya sedang mengingat-ingat kejadian di masa lalu mereka. Bara justru merasa dirinya hanya perantara agar keduanya bertemu, meskipun jujur ia merasa lega melihat Denetha kembali tersenyum. Gadis itu terlihat bahagia bertemu dengan Gema, entah apa yang terjadi di antara keduanya tapi Bara tak menyesal mengajak Denetha bolos hari ini. Gadis itu jadi menunjukan banyak ekspresi padanya.

"Lo...apa kabar?" tanya Gema, ketiga remaja itu kini memilih duduk di kantin warnet.

"Masih sama kaya dulu," sahut Denetha, ia tak tau harus menjawab pertanyaan Gema seperti apa.

"Oh, syukur deh."

Denetha terdiam, dalam pikirannya seperti apa reaksi Gema jika tau kedua orang tua Denetha sudah bercerai. Dulu yang Gema tau keluarga Denetha itu baik-baik saja, bukan hanya menurut Gema tapi semua tetangga di sekitar rumah lama Denetha menganggap keluarga Denetha sebagai panutan. Denetha tak yakin jika Gema akan tetap disisinya, bahkan ia masih tak yakin dengan Bara yang mau ada disisinya sekarang.

"Lo berdua kaya mantan baru ketemu lagi," ucap Bara, melihat teman dan gadis yang berstatus sebagai kekasihnya itu hanya diam.

"Ck," Denetha berdecak sebal sembari meninju pelan bahu Bara.

"Kaget aja bisa ketemu lagi, apalagi sekarang jadi pacar Bara," jelas Gema. "Tapi ya udahlah, gue seneng lo baik-baik aja."

Bara melirik Denetha, sepertinya gadis itu sedang memikirkan sesuatu. Semenjak bertemu Gema gadis itu jadi sedikit pendiam, ia bahkan hanya sesekali melirik Gema. Entah apa yang Denetha pikirkan mengenai Gema tapi gadis itu sepertinya tak ingin kembali mengingat kejadian masa lalunya.

"Tha? Lo belum makan kan? Pesen makan sana!" perintah Bara tiba-tiba, Denetha mengerutkan keningnya saat menatap laki-laki itu.

"Tumben? Mencurigakan banget sih lo hari ini?" curiga Denetha, Bara bukan tipe yang banyak bicara tapi hari ini laki-laki itu terlalu sering mengaturnya.

"Lo yang curiga terus sama gue," cibir Bara.

Denetha melirik malas laki-laki itu, sementara Gema tersenyum tipis melihat interaksi kedua temannya itu. Bara yang ia kenal sudah sangat lama tak menunjukan ekspresi seperti itu dan Denetha, sudah lama ia tak melihat gadis itu. Banyak ekspresi yang ia rindukan dari teman kecilnya itu, gadis yang dulu sangat ceria itu kini terlihat lebih pendiam dibanding beberapa tahun yang lalu.

Between Us ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang