Selamat membaca....
Sekitar pukul setengah tujuh malam Denetha baru saja keluar dari tempat lesnya. Selama seharian penuh ia berusaha menyibukkan dirinya agar tak mengingat Bara.
Tapi sayangnya hampir semua tempat yang ia datangi selalu berhubungan dengan laki-laki itu. Bahkan dirumahnya sendiri pun Denetha teringat dengan laki-laki itu.
Ada kalanya ia ingin menyerah dan menemui Bara untuk menyatakan perasaannya. Tapi traumanya dalam sebuah hubungan membuatnya kembali mengurungkan niatnya. Apalagi mengingat Bara yang belum sepenuhnya melepas kepergian Astrid.
"DENETHA!"
Gadis itu melonjak kaget saat mendengar namanya disebut dengan kencang tepat ditelinganya.
"Gema!" kesal gadis itu, sementara si pelaku hanya terkekeh sembari menatapnya. "Rese banget sih lo!"
"Siapa suruh ngelamun," cibir Gema santai.
Semenjak hubungannya dan Bara tak jelas, ia lebih sering menghabiskan waktu dengan Gema atau Tania. Alasannya sederhana, Denetha tak punya banyak teman. Selain Tania dan Cindy dulu, sekarang hubungannya dengan Cindy pun sudah tak baik dan adanya Gema seolah mengganti posisi Cindy saat ini.
Gema sendiri memang berniat pergi ke warnet bersama teman-temannya. Kebetulan Denetha mengajaknya bertemu, jadi mau tak mau Gema memilih menjemput gadis itu dahulu.
"Udah selesai kan lesnya? Mau ngobrol dimana?" tanya Gema.
Denetha menghembuskan nafasnya pelan berusaha melupakan tingkah menyebalkan Gema.
"Di kafe yang biasa aja," sahutnya kemudian bergegas naik ke atas motor Gema.
Tak sampai lima menit perjalanan keduanya tiba di salah satu kafe tak jauh dari tempat les Denetha. Gadis itu langsung mencari tempat duduk sementara Gema pergi memesan minuman.
"Lo mau ngobrolin apa lagi?" tanya Gema tak lama setelah laki-laki itu memesan minuman.
Denetha baru saja ingin menjawab ucapan Gema tapi laki-laki itu lebih dulu memotong ucapannya.
"Gue tebak kalo bukan tentang temen-temen lo, pasti tentang Bara."
Denetha terdiam, gadis itu hanya menatap Gema.
"Bara yah?" tanya Gema memastikan tapi lagi-lagi Denetha hanya menatapnya. "Ketebak! Kenapa lagi? Berantem."
Denetha menghela nafas pelan kemudian menjadikan tangannya tumpuan diatas meja sembari menatap Gema.
"Bara ngajak balikan tapi gue bingung," ucap Denetha sementara Gema masih mendengarkan. "Gue nggak mau nantinya kaya orang tua gue, gara-gara nggak bisa move on."
"Astrid kan udah nggak ada, Tha. Gimana ceritanya Bara bakal terus suka sama Astrid?"
"Namanya juga suka! Nyokap gue sama bokap gue hampir 20 tahun nikah, tapi apa? Gara-gara nyokap gue nggak bisa lupain mantannya dia rela pisah sama bokap gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us ✔️
أدب المراهقين(Follow sebelum membaca) ***** "Woy, jangan nambah SAMPAH dong!" teriak Denetha keras-keras. Denetha tak menyangka bahwa awal masa SMA-nya akan berjalan penuh gangguan dari para seniornya. Berawal dari ia yang tak sengaja mengganggu aksi mereka, s...