DUA PULUH TIGA

145 51 81
                                    

Selamat membaca....

Dalam beberapa hari terakhir masalah Bara mengenai kasus Astrid belum selesai sepenuhnya. Bara memang sudah tak lagi menjadi tersangka utama, hanya saja laki-laki itu masih dalam pengawasan polisi. Tapi yang menjadi masalah terbesar Bara bukan itu, melainkan Denetha.

Masalahnya menjadi semakin sulit untuk diselesaikan karena satu hal, Denetha susah diajak bertemu. Jika Bara datang ke rumahnya maka gadis itu akan pergi entah kemana. Jika Bara mencari gadis itu di sekolah maka gadis itu akan mencari kesibukan agar tak sampai menemui dirinya.

Gadis itu nyaris tak muncul dihadapan Bara dalam seminggu terakhir. Tak ada lagi sumpah serampah yang biasanya Denetha dan Wanda lemparkan setiap kali keduanya bertemu di sekolah, karena Denetha tak muncul. Gadis itu seperti menghilang tiba-tiba, bahkan Gema sekalipun tak bisa menemui gadis itu.

Bara nyaris dibuat frustasi karena mencari gadis itu, ia hanya ingin menyelesaikan masalah mereka. Tapi Denetha menghindar dan bersikap tak ingin ditemui oleh Bara atau siapapun yang berhubungan dengannya. Kedua teman Denetha juga tak mengatakan apapun, mereka cenderung diam dan jelas mereka memihak pada Denetha.

"Minggu nanti ada pelatihan mental kelas X, kan?" tanya Alvaro.

Sekarang Bara dan teman-temannya termasuk Gema dan siswa diluar sekolah tengah berkumpul di minimarket dekat warnet. Tempat yang biasa mereka jadikan markas untuk berkumpul karena memang lokasinya berada di tengah-tengah semua sekolah.

"Pelatihan mental, namanya tuh camping!" komentar Galih tak suka, mengingat senior-seniornya itu sangat menyukai saat-saat mengganggu mental juniornya.

"Yah, lo nggak tau sih enaknya marahin adek kelas pas camping," sergah Alvaro.

Laki-laki itu sangat menyukai kegiatan itu selama dua tahun terakhir, terutama karena posisinya yang sudah menjadi senior.

"Suka banget lo mah kalo bikin orang galau," cibir David, kemudian melirik Bara. "Tuh si Bara belum mulai camping udah galau duluan."

"Lo masih belum ketemu sama Denetha?" tanya Gema, Bara menghela nafas pelan kemudian menggeleng pelan.

"Kemarin belum putus," ucap Wanda seenaknya.

Bara menggeleng pelan, ia tak merasa tersinggung dengan ucapan Wanda. Seniornya itu tak salah, Bara juga merasa mungkin hubungannya dengan Denetha tak akan bertahan lama lagi. Entah kenapa firasatnya mengatakan dalam waktu dekat hubungannya dengan Denetha akan kembali menjauh.

"Sorry Bar," ucap Samuel, laki-laki itu jelas merasa bersalah apalagi saat melihat hubungan Bara dan Denetha sudah berada diujung tanduk seperti sekarang.

"Bukan salah lo, dari awal cepet atau lambat semua orang bakal tau tentang Denetha," sahut Bara. "Sama kaya akhirnya semua orang tau tentang kasus Astrid, itu semua cuma tentang waktu."

"Itu Denetha, bukan?"

Sekelompok laki-laki itu kompak menoleh saat mendengar suara David, laki-laki itu tengah menunjuk ke arah pintu minimarket. Terlihat Denetha dan kedua temannya masuk ke dalam minimarket. Ketiga gadis itu sepertinya sedang menyiapkan perlengkapan camping.

Bara menatap Denetha lama, gadis itu menghindarinya berhari-hari tapi melihat gadis itu baik-baik saja membuat Bara sedikit bersyukur. Bahkan melihat gadis itu masih bisa tersenyum pada kedua temannya benar-benar pemandangan langka. Jika diingat lagi Denetha memang sangat jarang tersenyum padanya kecuali jika sedang meledek atau mengatainya.

"Nggak samperin?" tanya Gema.

"Biarin aja, keliatannya dia lagi seneng. Gue nggak mau ganggu," sahut Bara.

Between Us ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang