TIGA PULUH

150 47 107
                                    

Selamat membaca....

Sepanjang jam pelajaran terakhir Denetha benar-benar tak bisa fokus sedikit pun. Gadis itu dibuat penasaran dengan ucapan terakhir Tania, apa maksudnya rahasia lain Cindy? Denetha menoleh menatap Cindy yang duduk dibelakangnya, Cindy juga menatap ke arah Denetha kemudian tersenyum.

Denetha kembali menatap ke depan, gadis itu tak tau harus merespon apa. Ia menatap Tania yang duduk di sebelahnya, gadis itu tak bergeming ia juga masih tak menyapa Cindy. Denetha tak paham dengan masalah yang terjadi.

Ia mulai menebak-nebak mungkin Tania dan Cindy memang sudah punya masalah jauh sebelum kejadian kemarin. Hanya saja Denetha tak tau masalah itu dan mungkin selama ini mereka saling memendam rasa tak suka satu sama lain. Tapi jika itu benar-benar terjadi, itu artinya meski masalah hari ini diluruskan suatu hari saat ada masalah lagi mungkin hal seperti ini juga akan kembali terjadi.

"Tan," bisik Denetha, Tania mendekatkan tubuhnya ke arah Denetha.

Keduanya saling curi-curi pandang pada Pak Surya yang tengah mengajar materi fisika di depan kelas.

"Apa?" sahut Tania ikut berbisik.

Masalahnya sekarang suasana kelas sedang hening karena penjelasan pak Surya. Sebagian tengah serius mendengarkan, sebagian lagi sedang menahan ngantuk lalu sebagian lagi seperti Denetha. Tubuhnya berada di kelas tapi pikirannya sudah berkeliaran kemana-mana.

"Kejadian dua tahun yang lalu, itu apa?" bisik Denetha lagi.

Tania memundurkan tubuhnya menatap Denetha tak percaya, jadi sejak tadi gadis itu masih memikirkan pembicaraan mereka. Bagaimana mungkin selama tiga tahun berturut-turut gadis itu bisa mendapat nilai sempurna terus padahal saat jam pelajaran saja ia hanya melamun. Sementara ia yang sejak tadi fokus pada pelajaran tak pernah berada di peringkat satu.

"Lo daritadi mikirin itu?" tanya Tania, Denetha kembali mengangguk. "Bukannya pelajaran lebih penting yah?"

"Pelajaran penting, masalah ini juga penting. Gue dari tadi coba nginget-inget tapi tetep aja nggak inget. Kejadian dua tahun lalu, itu apa?" tanya Denetha serius, ia sudah kepalang penasaran.

"Udah gue kasih petunjuknya kan? Kertas ulangan!"

"Tan, kita SMP tiga tahun. Lo pikir kita cuma satu kali ulangannya?"

"Ck, lo inget-inget dong waktu lo marah sama gue!"

"Sering, Tania!"

"Ya-"

"Tania! Denetha!"

Suara tegas dari depan kelas membuat kedua gadis itu menghentikan perdebatan mereka. Denetha dan Tania menoleh mendapati Pak Surya menatap keduanya tajam. Tatapan seisi kelas pun kini tertuju ke arah keduanya, mereka tertangkap basah berdebat untuk kesekian kalinya.

"Kalian datang ke ruangan saya setelah bel pulang sekolah! Sekarang keluar dari kelas saya!" perintah pak Surya tegas tak bisa dibantah.

Denetha dan Tania bangun dari duduknya, sekilas menunduk malu saat melewati pak Surya. Kedua gadis itu menutup pintu kelas perlahan, tak ingin menambah kemarahan pak Surya.

"Lo sih?!" tuduh Denetha.

"Kok gue, lo duluan yang ngajak ngobrol!" balas Tania tak terima.

"Kalo lo nggak ngegas kita nggak akan ketahuan!"

"Lo duluan yang ngegas!"

"Lo-"

"Tania! Denetha! Bisa lebih keras lagi bicaranya?!"

Denetha dan Tania kembali menoleh, pak Surya menatap keduanya dengan raut menyeramkan. Kedua gadis itu mendadak terdiam.

"Maaf Pak," sahut keduanya bersamaan.

Between Us ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang