TUJUH

166 51 15
                                    

Selamat membaca....

Hari ini suasana sekolah cukup kondusif, tak ada siswa yang berlalu-lalang ataupun berbuat onar. Bahkan Wanda yang catatannya sebagai siswa yang selalu bolos pun, hari ini memilih berada di kelasnya. Mungkin efek hari Senin, jadi banyak siswa yang memilih tetap berada di dalam kelas.

Hanya saja ada yang aneh hari ini, kelas Denetha tiba-tiba saja dipenuhi oleh siswi-siswi dari penjuru kelas. Denetha pun yang tadinya sedang sibuk dengan tugas matematika yang ditinggalkan gurunya mendadak dibuat terkejut. Belum lagi teriakan melengking dari Tania dan Cindy sukses membuat telinga gadis itu makin sakit.

"Tha! Denetha!!!"

Teriakan Tania terdengar ke penjuru kelas, gadis itu seolah tengah membangunkan singa yang sedang tidur. Bahkan para siswa pendiam pun mendadak menatap tajam ke arah gadis itu. Sementara Tania hanya tersenyum tanpa dosa sebagai tanda menyesal.

"Tha! Denetha! Dengerin gue!" ucap gadis itu tapi kini lebih mengatur suaranya.

"Dari tadi juga satu kelas dengerin lo," cibir Denetha, fokus gadis itu tak beralih sedikitpun dari buku di depannya.

"Satu kelas iya, lo enggak!" kesal Tania.

Denetha menoleh, menatap temannya itu dengan raut kesal. Bisa-bisanya sifat menyebalkan gadis itu selama tiga tahun tak berubah sedikitpun.

"Lo mau diem sendiri atau gue bikin diem?" tanya Denetha.

Tania paham betul, jika Denetha sudah berkata seperti itu berarti ia tak mau diganggu. Tapi masalah kali ini cukup penting menurutnya, dan Denetha harus tau itu.

"Ini penting! Bentar aja," ucap Tania mulai memohon.

"Apa?" tanya Denetha merespon permintaan Tania.

"Lo sama kak Bara ada hubungan apa?" senyum gadis itu mengembang saat menyebutkan pertanyaan itu.

Denetha melirik Tania malas,
"Gue tarik ucapan gue barusan, pergi lo!" usir Denetha kesal.

"Gue serius, Tha. Kak Bara ada di depan, dia nyariin lo," ucap gadis itu, Denetha menoleh memastikan perkataan temannya itu bukan sekedar candaan. "Nggak percaya, liat tuh seragamnya keliatan dari sini."

Denetha mengikuti arah telunjuk Tania ke arah daun pintu, gadis itu menyipitkan matanya untuk memastikan apa yang Tania tunjuk. Gadis itu bisa melihat dengan jelas Bara tengah berdiri di daun pintu, sesekali laki-laki itu menoleh ke dalam. Bahkan untuk beberapa saat pandangan keduanya bertemu, Bara memberi kode pada Denetha seolah-olah menyuruh gadis itu keluar.

Denetha bangun dari duduknya, gadis itu masih tak menyadari bahwa temannya itu masih menatap curiga ke arahnya. Baru saja Denetha akan melangkah menghampiri Bara, tapi tangan Tania sudah lebih dulu menghentikannya.

"Kasih tau gue dulu," ucap Tania menahan pergerakan Denetha.

"Ck, bentar."

Tania berdecak sebal mendengar jawaban Denetha apalagi saat gadis itu bergegas menjauhi dirinya.

"Bilangnya males tapi disamperin," cibir Tania saat melihat Denetha menghampiri Bara.

Sementara Denetha memilih bergegas menghampiri Bara, tentu saja gadis itu bingung kenapa tiba-tiba laki-laki itu menghampirinya. Bukan pemandangan biasa bagi seluruh siswa di sekolah kalau Bara datang menghampiri perempuan. Bahkan Bara terkesan ketus dan cepat marah pada siapapun perempuan yang mendekatinya.

Bara berdiri tegak saat Denetha sudah berada tepat di dekat pintu, laki-laki itu menatap Denetha dengan raut datar di wajah tampannya.

"Apa?" tanya Denetha.

Between Us ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang