TIGA PULUH DUA

147 50 114
                                    

Selamat membaca....

"Mau sampai kapan...Astrid."

Bara mematung di tempatnya, apakah telinganya tak salah mendengar. Bagaimana mungkin? Astrid. Laki-laki itu seolah dibuat terdiam dan tak tau harus berbuat apa?

"Astrid bisa kecewa sama kelakuan lo."

Ucapan Samuel kembali terdengar, Bara menghela nafas perlahan. Ia bersyukur bukan Astrid yang benar-benar Samuel ajak bicara. Tapi siapa yang masih mengenal Astrid di antara teman-teman gadis itu, bahkan saat kematian Astrid seluruh temannya langsung tutup mulut.

"Lo bahkan nyaris bikin Bara masuk penjara!"

Bara kembali mendengarkan pembicaraan itu, berarti orang yang Samuel temui tau tentang kasus itu. Bahkan orang itu mungkin orang yang melaporkan kasusnya lagi. Bara kembali mengintip dari belakang dinding, memastikan ia mengenali lawan bicara Samuel.

"Cindy."

Bara menoleh, mendapati Denetha berdiri di depannya tatapan datar gadis itu dan terkesan dingin. Bara mendekat ke arah Denetha kemudian menarik gadis itu keluar dari restoran.

"Gue kan udah bilang, tunggu sebentar," ucap Bara.

"Kenapa? Karena ini menyangkut sama Astrid," sahut Denetha.

"Nggak, Tha," sergah Bara.

"Gue pikir pas lo ngajak gue keluar sekarang, lo beneran udah lupa sama Astrid," ucap Denetha.

"Gue serius ngajak lo keluar," sahut Bara.

Denetha terdiam, pandangan gadis itu beralih pada Samuel dan Cindy yang baru saja keluar dari restoran. Keduanya terlihat terkejut melihat Denetha dan Bara juga berada di sana. Cindy yang lebih dulu berjalan ke arah Denetha, gadis itu memasang ekspresi yang selalu menjadi kelemahan Denetha.

Tapi kali ini Denetha tetap memasang ekspresi dinginnya, ia tak tau apa lagi yang di sembunyikan oleh Cindy selain hal ini. Gadis pendiam seperti Cindy, nyatanya punya banyak sekali rahasia yang bahkan selama tiga tahun ia tutupi dari Denetha.

"Tha," panggil Cindy, gadis itu berjalan mendekat. "Gue bisa jelasin."

"Lo tau semuanya dari awal, tapi lo diem aja Cin," ucap Denetha.

"Gue tau, gue salah. Gue minta maaf," lirih Cindy, gadis itu kembali berekspresi seolah ingin menangis.

Denetha hanya terdiam, biasanya saat Cindy berekspresi seperti itu ia akan panik tapi entah kenapa kali ini ia hanya bisa menatapnya datar. Ia terlalu muak dengan semua hal yang disembunyikan oleh gadis itu selama tiga tahun. Denetha masih bisa menerima mengenai kertas ulangan dan tentang masalah keluarganya, tapi gadis itu tau semua tentang masa lalu Bara.

Tapi Cindy tak sekali pun menjelaskan saat Denetha dan Bara bertengkar, ia terkesan menghindar. Gadis itu baru buka mulut saat Denetha dan Bara resmi putus, lalu sekarang apalagi. Denetha terkadang merasa apa orang-orang di sekitarnya merasa nyaman atau tidak.

Tapi mengetahui Bara yang sejak awal tak menceritakan masa lalunya sudah cukup membuatnya kecewa. Sekarang Cindy juga melakukan hal yang sama, ia harus apa? Membiarkannya dan berpura-pura tak ada yang terjadi padahal jelas-jelas masalahnya masih bertahan sampai sekarang.

Jika Cindy tak mengungkit kasus Astrid, Bara tak mungkin dicari polisi. Samuel tak mungkin membongkar rahasianya dan mungkin ia dan Bara masih baik-baik saja. Terlalu banyak akibat dari satu perbuatan Cindy, bagaimana mungkin ia melupakannya?

Denetha menatap Cindy sekilas sebelum akhirnya gadis itu berbalik, meninggalkan ketiganya. Bara menghela nafas pelan kemudian menatap Samuel tajam.

"Habis ini jelasin, bangsat!"

Between Us ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang