Selamat membaca....
"Kisah yang lama udah selesai, sekarang udah waktunya kisah yang baru dimulai."
Denetha mematung di tempat, ia masih berusaha meyakini bahwa apa yang ia dengar tak salah. Apa maksud ucapan laki-laki itu, Denetha tak bisa mempercayai hal itu sepenuhnya. Pandangan Denetha bergerak gelisah, bersamaan dengan jantungnya yang mulai berdebar.
Sial! Bara selalu mudah membuat gadis itu goyah, tak tahukah laki-laki itu Denetha sudah bersusah payah keluar dari bayang-bayangnya. Lalu sekarang laki-laki itu datang dan mengatakan hal manis yang entah sejak kapan laki-laki itu hafalkan. Padahal selama ini yang keluar dari mulut itu hanya ucapan kasar dan berbagai macam umpatan, tapi kali ini laki-laki itu sukses mengucapkan kata yang membuat Denetha berdebar.
"Jangan bercanda, Bara. Gue mau ke tempat les, kalo lo masih ganggu gue pergi aja," ucap Denetha, gadis itu berniat berlalu meninggalkan Bara.
"Lo mau semua orang tau kalo gue suka sama lo?"
Denetha kembali menghentikan langkahnya kali ini kedua matanya ikut melebar, apa yang baru saja laki-laki itu lakukan? Tak sadarkah laki-laki itu bahwa semua orang di sekitar mereka tengah menjadikan keduanya pertunjukan, tapi laki-laki itu justru berkata seperti itu.
"Kak Bara sweet banget sih?"
"Iya, dia gentle banget."
"Gemes ih!"
Demi apapun saat ini Denetha ingin menghilang saja, kali ini ucapan Bara sukses membuatnya malu. Bukan malu yang membuatnya tersipu lalu muncul rona merah, tapi malu yang membuatnya ingin menghilang dari sana secepatnya. Denetha berbalik kemudian menatap Bara dengan raut kesal.
"Gue biang jangan bercanda!" tekan Denetha.
"Udah gue buktiin kan, gue nggak bercanda," sahut Bara.
Denetha menghela nafas pelan, ia kembali menatap Bara kali ini gadis itu menatap tajam tepat di manik hitam Bara. Tangan gadis itu terulur kemudian mencengkram dasi abu-abu yang bertengger di leher laki-laki itu. Sementara Bara hanya menatap bingung apa yang gadis itu lakukan, sama dengan semua orang yang menatap di sana.
"Ikut gue!" perintah Denetha tegas kemudian langsung menarik dasi itu, membuat Bara ikut tertarik mengikuti langkah gadis itu.
Bagi Bara ini pertama kalinya ada orang yang berani menarik dasinya seperti kambing, apalagi yang melakukan hal itu adalah seorang siswi perempuan. Padahal selama ini tak ada satu pun yang berani melakukannya, jangankan perempuan, laki-laki saja kalau itu Bara mereka pasti tak akan berani. Lalu yang lebih membuat heran adalah ia tak bisa menolak saat Denetha menariknya seperti itu, padahal jelas saat ini ia sedang dijadikan pusat perhatian seluruh siswa di SMA Cemara.
"Tha," panggil Bara saat langkah keduanya sudah tiba di luar gedung sekolah menuju tempat parkir.
Denetha masih tak bergeming, raut kesal jelas terlihat di wajahnya. Bukannya Bara ingin membuat gadis itu marah dengan mengajaknya pulang bersama, justru Bara ingin mengajak gadis itu keluar agar sedikit menghilangkan kekesalan karena masalah gadis itu dengan kedua temannya. Bara tau betul seperti apa akhir pertemanan ketiga gadis itu, karena itu Bara ingin mengajak Denetha pergi sekedar untuk menenangkan diri.
"Tha," panggil laki-laki itu untuk yang kedua kalinya, Denetha menghentikan langkahnya bersamaan dengan tarikan di leher Bara yang terlepas.
Gadis itu berbalik, kembali menatap manik hitam Bara yang selalu sukses mengalihkan perhatiannya dari semua hal yang saat ini sedang terjadi. Denetha menggeleng cepat, gadis itu tak boleh goyah lagi. Ia berusaha untuk tidak kembali dalam hidup Bara, ia harus keluar dari zona itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us ✔️
Teen Fiction(Follow sebelum membaca) ***** "Woy, jangan nambah SAMPAH dong!" teriak Denetha keras-keras. Denetha tak menyangka bahwa awal masa SMA-nya akan berjalan penuh gangguan dari para seniornya. Berawal dari ia yang tak sengaja mengganggu aksi mereka, s...