TIGA PULUH DELAPAN

154 38 8
                                    

Selamat membaca....

Seminggu berlalu sejak tawaran Bara mengakui perasaannya, Denetha berusaha menghindari Bara. Ia tak bisa menahan debaran di jantungnya jika bertemu laki-laki itu, jangankan sekedar menatapnya saat mendengar nama laki-laki itu saja jantungnya sudah mulai berdetak tak karuan. Misinya kali ini hanya menghindari Bara agar jantungnya baik-baik saja, tapi bukan berarti ia tak memberi kepastian pada laki-laki itu jelas jawaban Denetha adalah 'Ya' hanya saja Denetha masih ragu.

“Tha!”

Denetha menoleh, menatap kesal ke arah Tania yang memanggilnya dengan cara memekik seperti itu.

“Apa?!” sahut Denetha tak jauh ketus.

“Dicari kakak mantan tuh, katanya Denetha udah dateng belum?” ucap Tania sembari mengikuti cara Bara berbicara.

“Apaan sih lo? Nggak usah kaya gitu juga!”

Tania duduk di kursinya kemudian menatap Denetha dengan raut menggoda.

“Makanya kasih kepastian, biar lega hatinya. Jangan kaya orang punya utang, diuber-uber mulu,” cibir Tania.

“Diem deh, Tan!”

“Lagian kenapa sih lo nggak jawab aja, lo masih suka kan sama dia?”

Denetha mengangguk pelan, ia masih menyukai Bara, sangat. Tapi Denetha takut kehilangan laki-laki itu lagi, Bara masih belum sepenuhnya melupakan Astrid. Denetha takut laki-laki itu masih menatapnya sebagai Astrid meskipun Denetha tau itu tak mungkin karena Bara jelas mengatakannya dengan sungguh-sungguh.

“Tha! Kok ngelamun sih?” tanya Tania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tha! Kok ngelamun sih?” tanya Tania.

“Ah! Nggak tau lah, pokoknya gitu. Lo pikir aja sendiri!” malas Denetha.

“Kalo lo masih suka tuh kasih tau, mumpung masih ada orangnya. Setiap orang punya batas waktu, Tha. Kak Bara nggak mungkin mau nunggu lo lebih lama dari ini,” ucap Tania menasehati.

Denetha tak berbohong, ucapan Tania benar, sangat benar. Tapi disisi lain ia masih ragu, Denetha masih sangat meragukan Bara. Sejak awal Bara hanya ingin melindunginya dari Wanda karena mungkin kejadiannya mirip dengan Astrid, tapi tetap saja hal itu membuat Denetha terbawa perasaan.

“Coba pikirin lagi, kalo lo siap ngelepas kak Bara. Ya udah, lepasin aja tapi kalo lo nggak bisa. Pertahanin, sama kaya kak Bara pertahanin lo.”

Denetha tersenyum lega, akhir-akhir ini Tania selalu memberi saran yang baik untuknya meski tak sepenuhnya menghilangkan keresahan Denetha tapi ia merasa lega. Sementara Tania hanya tersenyum membalas senyum Denetha, apapun keputusan gadis itu tak akan berpengaruh apapun pada Tania. Ia hanya akan mendukung Denetha selayaknya seorang sahabat yang mendukung sahabatnya.

*****

Bel istirahat berbunyi, seperti biasa Denetha dan Tania keluar sepuluh menit sebelum bel berbunyi. Kedua gadis itu sudah lebih dulu berlari ke kantin, sayangnya hari ini keduanya sedang tak beruntung. Wanda dan teman-temannya sudah berada di sana, jelas Bara juga ada di sana.

Between Us ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang