Selamat membaca....
Setelah kejadian kemarin semuanya berubah, baik Denetha dan Tania maupun Cindy sama-sama memilih tak membuka mulut pada siapa pun. Kecuali mereka yang memang mengetahui masalah itu seperti Bara dan teman-temannya. Mereka juga sama tak banyak bertanya karena tau mungkin masalah ketiga gadis itu tak selesai dengan baik.
Denetha dan Tania mulai fokus pada kegiatan keduanya, mereka lebih sering menghabiskan waktu berdua. Dari sekolah, tempat les sampai pulang sekolah juga mereka habiskan bersama. Sementara Cindy, gadis itu mulai berbaur dengan siswi lain yang pasti Denetha dan Tania sudah tak ingin tau
Pagi hari ini pun sama, kedua gadis itu memilih menyibukkan diri seperti biasa. Sementara Bara, tak ada yang berubah dari laki-laki itu termasuk perasaannya pada Denetha. Tapi anehnya pagi ini gadis itu mengiriminya pesan dan mengajaknya bertemu.
Tentu saja Bara senang, sudah sejak terakhir kali gadis itu mau bertemu dengannya. Laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju perpustakaan tempat gadis itu mengajak bertemu. Awalnya Bara heran kenapa gadis itu mengajaknya bertemu di perpustakaan padahal masih banyak tempat lain.
Langkah Bara terhenti saat melihat gadis itu berdiri diantara rak-rak buku sembari membolak-balik sebuah buku dengan raut bosan. Senyum Bara terbit saat melihat raut gadis itu, sudah lama ia tak melihatnya. Bara berjalan mendekat kemudian menepuk pelan bahu gadis itu.
Denetha berbalik, ia menatap Bara kemudian menghela nafas pelan. Ia sudah cukup lama menunggu di sana.
"Lama," ucap Denetha.
"Kenapa ngajak ketemunya di perpus, kaya nggak ada tempat lain," sahut Bara.
"Lebih sepi, kalo di tempat lain pasti rame," gadis itu mendudukkan dirinya di kursi yang berada tak jauh di sana.
Ia menatap Bara lekat, senyum laki-laki itu masih terukir jelas. Denetha sendiri tak tau sejak kapan laki-laki itu jadi banyak tersenyum.
"Kenapa?" tanya Bara.
"Maaf," sahut Denetha, Bara menatap gadis itu bingung. "Gue udah tau bukan lo yang nyebarin rahasia gue, tapi gue juga tetep marah sama lo. Sebenernya hari itu Gema udah ceritain semuanya, makanya waktu lo ke rumah gue nggak mau ketemu. Gue malu, maaf."
Bara menghela nafas pelan, ia bahkan sudah tak mengingat kejadian itu lagi. Tapi gadis itu justru masih memikirkannya bahkan sampai saat ini.
"Nggak masalah," sahut Bara.
"Nggak! Itu masalah, gue tau lo nggak salah tapi gue tetep nyalahin lo."
"Itu alasan lo putus sama gue?"
Denetha langsung menggeleng cepat.
"Nggak, bukan karena itu.""Terus karena apa? Lo bilang lo cuma salah paham sama gue, berarti lo mutusin gue juga karena salah paham dong?"
"Nggak!"
Bara terdiam, lagi-lagi ia tersenyum. Rasanya aneh ia tersenyum hanya karena gadis itu mulai kembali banyak berekspresi.
"Oke, kalo gitu nggak usah dibahas lagi," putus Bara.
"Mana bisa?!"
"Bisa, Tha. Kita anggep masalah itu selesai yah, kita mulai dari awal."
Ucapan Bara sukses membuat dahi Denetha bergelombang, pertanyaan satu persatu mulai muncul di kepalanya. Apa maksud laki-laki itu?
"Maksud lo?"
"Pikir aja sendiri, lo kan lagi di perpustakaan sekalian aja cari tau jawabannya."
Setelah mengatakan hal itu Bara langsung pergi meninggalkannya, sementara Denetha hanya mematung di tempat. Sejak kapan laki-laki itu jadi sok misterius seperti itu. Bahkan laki-laki itu menyuruhnya untuk memikirkan jawabannya sendiri.
*****
Saat pulang sekolah Denetha kembali dibuat bingung dengan tingkah Bara. Kali ini laki-laki itu justru berdiri di depan kelasnya dan membuat kehebohan. Terutama untuk Tania, gadis itu terus menggoda dirinya bahkan sesekali gadis itu mengatakan hal-hal yang tak enak di dengar.
"Kalo gue jadi lo, Tha. Dari jam pelajaran selesai gue bisa nyium bau-bau mantan," celetuk Tania.
"Sayangnya gue nggak minat tukeran kehidupan sama lo!" balas Denetha sengit.
"Ya iyalah, mantannya ganteng kaya kak Bara. Nyesel lah lo pasti kalo tukeran sama gue."
"Tan, jangan sampai lo nggak bisa pulang yah?!"
"Bisa dong, hari ini gue mau pulang duluan. Sana lo pulang sama kakak mantan!"
Setelah mengatakan hal itu Tania berlari keluar, Denetha hanya bisa menutup rapat mulutnya. Saat ini pusat perhatian tertuju padanya dan tanpa sengaja pandangannya bertemu dengan pandangan Cindy. Tatapan gadis itu masih sama, selalu menyimpan kebencian yang Denetha tak tau apa artinya.
Denetha berjalan ke arah Bara kemudian menatap tajam ke arah laki-laki itu.
"Maksud lo apa? Mau ngajak ribut?" tanya Denetha.
"Nggak, gue mau ngajak lo pulang," sahut Bara santai.
Demi apapun di dunia ini sejak kapan Bara jadi sebodoh ini dan begitu menyebalkan. Denetha tak habis pikir apa yang ada di pikiran laki-laki itu saat ini.
"Bar!" panggil Denetha kesal. "Kita udah putus!"
Bara menatap gadis itu, bukannya marah atau kesal laki-laki itu justru tersenyum manis ke arah Denetha. Tangannya terulur mengusap kepala gadis itu, bukan hanya Denetha yang dibuat terkejut tapi semua siswa yang melihat dibuat terkejut.
"Kan udah gue bilang, itu udah selesai."
"Maksud lo?"
"Kisah yang lama udah selesai, sekarang udah waktunya kisah yang baru dimulai."
*****
Selamat menunggu 5 part akhir😊
.
.
.
Salam manis dari Denetha dan BaraTerima kasih telah membaca.
Jangan lupa vote dan comment
⭐⭐⭐⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us ✔️
Teen Fiction(Follow sebelum membaca) ***** "Woy, jangan nambah SAMPAH dong!" teriak Denetha keras-keras. Denetha tak menyangka bahwa awal masa SMA-nya akan berjalan penuh gangguan dari para seniornya. Berawal dari ia yang tak sengaja mengganggu aksi mereka, s...