Selamat membaca....
Sore harinya setelah mengantar Denetha pulang, Bara memilih mampir ke warnet langganannya. Laki-laki itu tak langsung masuk ke dalam, ia duduk di teras depan warnet sembari menunggu Gema. Ia tak mungkin bermain di dalam sendirian, jadi ia memilih menunggu sampai Gema datang.
Mata laki-laki itu memang fokus pada handphone-nya tapi pikirannya terus beralih pada Denetha. Selama perjalanan pulang tadi gadis itu sangat diam, bahkan nyaris tak ada pembicaraan diantara keduanya. Meskipun mereka sudah putus bukankah setidaknya mereka harus tetap berbicara? Tapi gadis itu sangat pendiam hari ini.
"Anjir!" umpat Bara, laki-laki itu menatap kesal latar handphone-nya.
Sudah kesekian kali ia kalah dari game karena memikirkan hal itu. Denetha benar-benar membuat semua teknik yang ia tau dalam dunia game menghilang begitu saja. Laki-laki itu bangun saat melihat Gema datang ke arahnya, seragam sekolah laki-laki itu masih melekat sama sepertinya.
"Kenapa nunggu di luar?" tanya Gema, tak biasanya Bara mau menunggu diluar apalagi banyak siswi-siswi berkeliaran seperti sekarang.
"Jangan main hari ini, ada yang mau gue omongin," ucap Bara melenceng dari pertanyaan Gema.
"Apa?" tanya Gema penasaran.
Bukannya menjawab Bara justru berbalik kemudian berjalan menuju kursi di depan minimarket. Padahal di depan minimarket banyak siswi-siswi yang baru pulang sekolah dan memilih duduk di sana. Dan jelas hal itu membuat Gema sedikit bingung, setahunya Bara sangat anti duduk di luar apalagi jika banyak siswi di sana.
Temannya itu sangat anti dengan perempuan, bahkan bisa berpacaran dengan Denetha setelah satu tahun menjomblo merupakan hal yang mengejutkan. Apalagi sekarang melihat laki-laki itu mau duduk di tempat umum seperti itu. Sepertinya Denetha merubah banyak hal pada Bara, temannya itu berubah jauh lebih baik daripada saat laki-laki itu bersama Astrid.
"Ada apaan sih? Jadi deg-degan gue," ucap Gema, laki-laki itu menarik kursi di depan Bara.
"Kemarin lo ketemu sama Denetha?" tanya Bara, raut laki-laki itu terlihat serius.
"Kenapa? Lo cemburu?" balas Gema sembari menggoda Bara.
Bara berdecak sebal, laki-laki itu memutar bola matanya malas. Akhir-akhir ini teman-temannya sangat suka menggodanya, memang ini pertama kalinya dia berpacaran? Bahkan sebelum mengenal Denetha, Bara sudah menjalin hubungan dengan gadis lain tapi kenapa kali ini teman-temannya sangat suka mengganggunya.
"Gue serius, lo ngomong apa aja sama dia? Hari ini dia kaya mayat hidup, cuma diem aja," ucap Bara.
Gema terdiam, meski ia mendukung Denetha dan Bara bersama bukan berarti ia tak memikirkan Denetha. Tentu saja ia mengkhawatirkan gadis itu, apalagi sejak terakhir kali gadis itu bercerita. Tapi Gema juga harus punya batasan, Denetha hanya menganggapnya teman.
"Woy! Malah ngelamun."
Ucapan Bara membuyarkan lamunan Gema, laki-laki itu kembali menatap Bara.
"Dia tanya tentang Samuel sama Cindy," sahut Gema, Bara langsung menatap Gema.
"Lo ceritain yang sebenernya?" tanya Bara, sebenarnya Bara sudah tau hubungan Samuel dan Cindy sejak lama tapi ia tak tau pasti mereka akrab atau tidak.
"Mau gimana lagi, Denetha keliatannya panik. Lo nggak tau kalo dia lagi pusing gara-gara dua temennya berantem?"
Bara menggeleng kemudian menghela nafas pelan.
"Karena itu dia banyak ngelamun hari ini?" tanya Bara.
"Mana gue tau, gue kan nggak satu sekolah sama dia. Lagian lo jauh lebih deket sama dia, masa tanya gue," sahut Gema.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us ✔️
Teen Fiction(Follow sebelum membaca) ***** "Woy, jangan nambah SAMPAH dong!" teriak Denetha keras-keras. Denetha tak menyangka bahwa awal masa SMA-nya akan berjalan penuh gangguan dari para seniornya. Berawal dari ia yang tak sengaja mengganggu aksi mereka, s...