DUA PULUH

144 51 45
                                    

Selamat membaca....

Pintu rooftop di depan Denetha terbuka, bersamaan dengan langkah kaki yang berjalan cepat ke arahnya.

"Denetha...."

Gadis itu mendongak, mendapati Bara yang baru saja membuka pintu. Sementara dari arah tangga Wanda dan teman-temannya yang lain berdiri di sana menatap pasangan itu. Wanda terdiam, laki-laki yang sangat suka melihat Denetha menderita terdiam hari ini benar-benar kehabisan ide untuk mengganggu gadis itu.

"Lo nggak papa?" tanya Bara tangan laki-laki itu terulur berniat membantu Denetha berdiri.

Denetha menepis kasar tangan Bara, gadis itu bangun dari posisinya. Ia menghapus jejak-jejak air mata di pipinya kemudian menatap Bara tak suka.

"Setelah semua yang lo lakuin, lo masih tanya gue nggak papa? Brengsek lo!"

Denetha berbalik, pandanganya bertemu dengan mata Wanda. Seniornya itu menatapnya dengan tatapan kasihan bercampur rasa bersalah, tatapan yang sangat Denetha benci sejak dulu. Mata Denetha kembali bergetar, air mata gadis itu mendesak ingin keluar dan sebelum itu terjadi Denetha memilih untuk pergi meninggalkan rooftop.

Sementara Bara berbalik menatap laki-laki yang merupakan temannya di dalam rooftop. Tangan Bara mengepal menatap temannya itu, meski ia sudah memukulnya berkali-kali tapi Bara masih belum bisa mengontrol emosinya.

Flashback on

Pagi hari ini Bara datang ke sekolah seperti biasa, meski masalahnya dengan kejadian di masa lalunya belum selesai setidaknya Bara harus tetap datang ke sekolah. Sebenarnya ia merasa tak enak karena sekarang keluarganya jadi ikut terlibat dengan masalah itu. Tapi entah kenapa Bara tak bisa fokus pada masalah itu, pikirannya terus kembali pada Denetha.

Motor Bara berhenti di halaman parkir sekolah, Bara sadar ia sedang menjadi pusat perhatian tapi itu bukan hal yang penting. Bara mempercepat langkahnya, Denetha mungkin sudah datang dan berada di kelasnya. Tapi langkah laki-laki itu terhenti saat melewati toilet perempuan, ia mendengar beberapa orang membicarakan Denetha.

Bara yang tadinya ingin mengabaikan hal itu, justru langsung menghentikan langkahnya. Salah satu fakta yang ia ketahui mengenai Denetha tapi ia tak ingin orang lain mengetahuinya. Entah bagaimana bisa tersebar sampai ke sudut-sudut sekolah.

"Udah gue bilang kan, Denetha itu bukan cewek baik-baik."

"Gue juga sadar, tapi kalo sampai segitunya sih kebangetan."

"Pantesan aja dia bisa kenal sama kak Wanda terus pacaran sama kak Bara.

"Anaknya tukang selingkuh, ya jelaslah jago ngerayu."

"Jangan-jangan kak Bara juga dirayu, makanya dia bunuh mantannya."

"Ya jelaslah, lo tau rumor anak SMP yang matahin tangan seniornya? Itu Denetha."

"Serius lo?"

"Psikopat yah tuh cewek?!"

"Gila! Merinding gue."

Brakkk

Pintu toilet di depan Bara menjadi sasaran empuk laki-laki itu, tatapannya tajam menatap siswi-siswi yang berada di dalam sana. Ia tak peduli itu toilet perempuan, emosinya sudah tak bisa ia tahan lagi.

"Kata siapa Denetha kaya gitu?" tanya Bara dingin, para gadis itu saling pandang.

"I-itu kan karena Kak Bara biasanya jutek sama cewek," jawab salah satu diantara mereka.

Between Us ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang