SEMBILAN BELAS

151 51 48
                                    

Selamat membaca....

Tak menemui Bara bukanlah masalah serius sebenarnya bagi Denetha, tapi saat mengingat laki-laki itu tak menghubunginya sama sekali maka lain lagi urusannya. Gadis itu sudah berusaha mencari tau tentang kasus itu, tapi nihil. Teman-teman Bara tak ada yang tau laki-laki itu pernah berpacaran, teman-teman Astrid apalagi.

Denetha juga menemukan banyak kejanggalan di sana, semua teman-teman Astrid tak ada yang mau angkat bicara. Bahkan mereka banyak yang mengatakan tak mengenal Astrid sepenuhnya, padahal dari semua unggahan di akun sosial media milik Astrid banyak sekali teman gadis itu. Tapi baru satu tahun kasus itu menghilang, semua teman gadis itupun ikut menghilang.

Pagi ini Denetha berniat mencari tau lagi, tapi kali ini ia akan bertanya langsung pada orangnya. Bara, ia akan mencari laki-laki itu dan menanyakan kebenarannya. Meski Denetha tak tau ia akan mempercayai Bara atau tidak pada akhirnya, ia hanya harus tau kejadian sebenarnya.

Gadis itu menghentikan langkahnya, pandangannya tertuju pada laki-laki yang tengah berdiri di depan kelasnya. Samuel, laki-laki itu tengah berdiri menatapnya, tatapan yang sulit diartikan. Denetha menghampiri laki-laki itu, Samuel yang tadinya bersandar di dinding perlahan membenarkan posisinya.

"Gue mau ngobrol bentar, ikut gue," ucap laki-laki itu, ia berjalan mendahului Denetha.

Keduanya berhenti di koridor dekat perpustakaan yang cukup sepi. Samuel berbalik menatap Denetha.

"Bara udah ngabarin lo?" tanya laki-laki itu, Denetha menggeleng pelan. "Lo nyari tau tentang Bara?"

"Iya, kenapa?"

"Nggak perlu cari tau lagi, kalo lo suka sama Bara cukup pikirin dia."

"Bukannya gue harus berbuat sesuatu buat dia?"

"Nggak, jauh lebih baik kalo lo ngejauh dari dia."

Denetha mengerutkan keningnya, gadis itu menatap tak suka ke arah Samuel. Bagaimana mungkin laki-laki yang jarang berbicara sepertinya bisa mengatakan hal yang sangat menyebalkan.

"Lo tau gimana susahnya Bara keluar dari masalah ini?" tanya Samuel.

"Nggak, karena dia nggak kasih tau."

"Kalo dia nggak kasih tau, artinya lo emang nggak perlu tau atau nggak boleh tau."

"Maksud lo apaan sih Kak?"

"Bara ngedeketin lo karena dia tau semua tentang lo dan karena lo mirip sama mantannya."

Ucapan Samuel barusan benar-benar menusuk hati Denetha, entah kenapa dadanya terasa sesak. Mata gadis itu mulai bergetar, fakta selalu menjadi hal menyakitkan bagi Denetha.

"Lo-"

"Jangan sakit hati sama omongan gue, itu kenyataannya."

Nafas Denetha memburu, seniornya itu terlihat serius saat mengatakannya. Padahal Denetha biasanya tak akan mempercayai ucapan orang lain, tapi entah kenapa saat ini hatinya tak bisa menyangkal. Ia sadar Bara tak menyukainya, tapi fakta bahwa laki-laki itu menjalin hubungan dengannya karena mengetahui rahasianya, itu sama saja Bara sedang mengancamnya dengan cara lain.

"Gue kasih tau ini ke lo, Tha. Cepat atau lambat Bara bakal ninggalin lo, dia sayang sama Astrid lebih dari apapun. Pertemuan dia sama lo itu bikin Bara makin nggak bisa lupain Astrid," Samuel menghentikan ucapannya kemudian menatap dalam adik kelasnya itu. "Selama ini Bara perlakuin lo karena dia pikir lo Astrid, dia cuma belum bisa nerima kenyataan kalo Astrid udah pergi."

Denetha masih terdiam, gadis itu tak tau harus merespon seperti apa. Bahkan mendengar semua ucapan Seniornya membuat perasaannya semakin tak enak.

"Mungkin juga dia kasihan sama lo," Dentha menatap tajam mata Samuel, laki-laki itu kembali melanjutkan perkataannya. "Keluarga lo-"

Between Us ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang