Selamat membaca....
Selama satu minggu terakhir tak banyak kejadian yang terjadi, Denetha memilih fokus pada sekolahnya. Meski sesekali Wanda masih berbuat ulah dengan mengganggunya. Tapi Denetha juga tak bisa berbuat banyak karena Bara selalu menahannya.
Bara banyak berubah sekarang, laki-laki itu tak sedingin dulu. Bahkan Bara terkesan bersikap seperti pacar sungguhan untuk Denetha. Laki-laki itu mengantarnya ke sekolah, menjemputnya dari tempat les, terkadang juga memberikan minum saat Denetha berada di kantin.
Hal-hal kecil yang entah sejak kapan Bara mulai memperhatikannya, sementara Denetha perlahan mulai merasa terbiasa dengan laki-laki itu. Denetha yang dulunya tak menyukai saat Bara mengusap rambutnya atau sekedar berkata manis padanya. Tapi sekarang reaksinya sedikit berbeda, bahkan terkadang jantungnya terasa berdebar.
Seperti hari ini, Denetha yang tadinya sedang bersantai di rumah bersama ayahnya tiba-tiba saja dijemput tanpa alasan. Tadinya Denetha bersikeras tak ingin pergi karena ayahnya mungkin akan sendirian. Tapi ayahnya justru menyuruh Denetha agar mengikuti laki-laki itu.
Sekarang keduanya sedang dalam perjalanan ke tempat dimana Bara akan mengajak Denetha. Tak ada pembicaraan selama perjalanan, Denetha sibuk menikmati pemandangan dan menebak-nebak kemana Bara mengajaknya. Sementara Bara, laki-laki itu sangat fokus mengendarai sepeda motornya.
Motor Bara berhenti di halaman parkir sebuah gedung olahraga, tentu saja Denetha hanya menebaknya. Gadis itu bisa melihat banyak laki-laki seusianya atau mungkin lebih tua yang keluar dari sana menggunakan pakaian olahraga. Denetha sendiri tak paham kenapa Bara mengajaknya kesini, meski tak jarang ada perempuan hanya saja tempat itu didominasi oleh laki-laki.
"Kenapa lo ngajak gue kesini?" tanya Denetha, gadis itu memperhatikan Bara yang sedang melepas helmnya.
"Pengin aja, buat nemenin gue," sahut Bara, laki-laki itu turun dari motornya kemudian menarik tangan Denetha masuk ke dalam gedung.
Keduanya masuk ke dalam lapangan futsal, Bara membawa Denetha menepi. Bisa Denetha lihat banyak teman-teman Bara di sana, termasuk Wanda dan Gema. Tatapan teman-teman Bara terlihat bingung saat melihat laki-laki itu membawa Denetha masuk.
"Duduk disini, tungguin gue sampai selesai main," ucap Bara, laki-laki itu melepas jaketnya kemudian melemparkannya ke wajah Denetha.
"Lo!" peringat Denetha kesal, Bara justru terkekeh pelan melihat ekspresi Denetha.
Laki-laki itu beralih berniat melepas celananya, tentu saja Denetha reflek menutup matanya saat laki-laki itu baru saja melepas kancing celananya.
"Bara! Bego banget sih lo, buka celana depan gue!" marah Denetha, gadis itu masih menutup matanya.
Bara tertawa geli melihat gadis di depannya itu mengomel sembari menutup matanya. Tangan laki-laki itu terulur mengacak gemas rambut Denetha.
"Liat dulu, baru ngomel," ucapnya.
Denetha perlahan menurunkan tangannya, gadis itu bisa melihat Bara sudah memakai celana pendek di dalamnya. Gadis itu mendengus sebal saat melihat Bara justru tertawa karena ekspresinya.
"Ngomel dulu sih," cibir Bara, senyum diwajah laki-laki itu belum menghilang.
"Lo yang asal buka aja, harusnya lo bilang dulu!" kesal Denetha.
"Woy! Pacaran terus kapan mainnya!" teriak Galih dari arah lapangan.
Bara menoleh kemudian melambai pada teman-temannya, laki-laki itu kembali menatap Denetha.
"Kalo bosen buka tas gue aja," ucap laki-laki itu kemudian berlari menuju tengah lapangan.
Denetha melirik tas yang Bara bawa, tadinya ia penasaran dengan apa yang laki-laki itu bawa. Denetha membuka tas tersebut, gadis itu terdiam beberapa saat. Isi tas itu hanya makanan ringan, mungkin Bara pikir Denetha akan bosan menunggunya bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us ✔️
Teen Fiction(Follow sebelum membaca) ***** "Woy, jangan nambah SAMPAH dong!" teriak Denetha keras-keras. Denetha tak menyangka bahwa awal masa SMA-nya akan berjalan penuh gangguan dari para seniornya. Berawal dari ia yang tak sengaja mengganggu aksi mereka, s...