TIGA PULUH EMPAT

134 45 93
                                    

Selamat membaca....

Pagi hari ini terasa sedikit berat untuk Denetha, ia masih memikirkan nasib pertemanannya nanti. Sebenarnya ia bisa lebih bersikap santai, tapi mengingat sifat Tania sudah pasti gadis itu tak akan santai. Apalagi Tania yang memang sudah menaruh curiga pada Cindy sejak awal lalu ternyata kecurigaan itu benar, pasti Tania akan sangat marah.

Denetha menghentikan langkahnya, pandangan gadis itu bertemu dengan Tania. Entah sejak kapan gadis itu menunggu di dekat gerbang masuk, padahal banyak siswa laki-laki bergerombol di sana. Biasanya Denetha akan mengejek dan mengatakan bahwa gadis itu tebar pesona tapi kali ini berbeda.

"Ngapain lo?" tanya Denetha sembari menghampiri Tania.

Tania berdiri merapikan rambut panjangnya kemudian menatap Denetha datar, ia terlihat tak tertarik dengan pertanyaan Denetha.

"Bisu mendadak lo," cibir Denetha, Tania menoleh menatap tak suka ke arah Denetha.

"Lo tuh kalo nanya baik-baik, nggak bisa yah?" tanya Tania.

"Yang ditanya juga diem aja," balas Denetha.

Daripada lanjut berdebat kedua gadis itu memutuskan untuk masuk ke dalam kelas mereka. Denetha merasa kalau Tania sudah menyadari masalah Cindy, hanya saja gadis itu tak mau mengatakannya sebelum Denetha mengatakannya lebih dulu. Keduanya masuk bersamaan ke dalam kelas, lima belas menit setelah keduanya masuk Cindy terlihat baru datang.

Gadis itu hanya menunduk, ia tak menatap Denetha atau Tania. Gadis itu hanya berlalu kemudian langsung duduk di tempatnya, mengikuti siswa-siswi yang lain. Siswa-siswi yang lain memang sedang sibuk mencontek dan biasanya Cindy akan datang pada Denetha atau Tania, tapi kali ini Cindy justru menjauh.

"Tan," panggil Denetha.

"Jangan bikin gue kepikiran, Tha. Kita udah sepakat semester satu gue yang peringkat pertama," ucap Tania, gadis itu enggan mendengarkan hal-hal yang akan mengganggu pikirannya.

"Padahal lo udah kepikiran, sok-sokan nggak mau dengerin," cibir Denetha, gadis itu kembali menatap ke depan kelas.

Sejak keduanya memutuskan untuk berteman, Denetha dan Tania memang selalu berkompetisi dalam banyak hal. Karena memang sejak awal keduanya sudah seperti rival, maka sampai sekarang pun hubungan mereka seperti itu. Dan tahun ini keduanya memutuskan untuk berkompetisi, siapa yang akan berada di peringkat satu.

"Lo, udah tau masalahnya?" tanya Tania.

"Ck, tadi bilangnya nggak mau kepikiran," sindir Denetha, Tania melirik Denetha kemudian berdecak sebal. Berbicara dengan Denetha selalu sukses membuatnya emosi.

"Jadi lo udah tau kan?"

Denetha hanya mengangguk pelan kemudian menoleh ke arah Tania.

"Kita harus selesain Tan, nggak mungkin kita diem-dieman kaya gini."

"Kayanya lo kecewa sama dia, lo bukan tipe yang mau ngomongin ulang masalah kaya gini, Tha," Tania menoleh menatap Denetha dengan seulas senyum. "Siapa yang kasih saran? Kak Bara? Atau temen lo yang namanya Gema?"

Sialnya ucapan Tania memang benar, Denetha memang bukan tipe yang akan meyelesaikan masalah dengan pembicaraan. Bahkan saat kejadian rahasianya dibongkar tanpa pikir panjang Denetha langsung marah pada Bara. Jelas kali ini ia jauh lebih marah pada Cindy, apalagi gadis itu menutup semuanya selama tiga tahun.

"Gue juga nggak tau, gue cuma nggak mau kita berantem lebih lama," sahut Denetha.

"Bukan Denetha banget," sindir Tania.

Keduanya kembali terdiam bersamaan dengan bel yang berbunyi, sementara Cindy ia hanya bisa menatap kedua temannya itu dalam diam. Ia ingin mendekati mereka tapi gadis itu terlalu malu untuk menghampiri mereka tanpa rasa bersalah. Jika saja Bara dan Denetha tak pernah bertemu pasti Cindy tak akan melakukannya.

Between Us ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang