Januari 2014. Seol. Korea Selatan.
Maya memandang tajam sosok laki-laki didepannya. Seakan sudah kehilangan kata makiannya Maya memilih untuk menghela nafasnya dengan berat. Merasa percuma memarahi sosok laki-laki yang berstatus sebagai abang satu-satunya dihidupnya, Juno, yang baru saja mengakhiri pembicaraan ditelfon genggam miliknya.
"lain kali kalo lo emang sibuk, ga usah sok janjiin gue liburan deh!!! Tau gini gue mending ikutan Seojoon Oppa kerumahnya. Ngapain gue liburan gini sendirian!!!", keluh Maya.
"iya iya maafin abang ya. Kan kamu tau sendiri ini telfon tiba-tiba. Keadaannya urgent dek beneran deh. Kalo enggak juga abang males ankat telfonnya", bela Juno berusaha meyakinkan Maya. Memang Juno telah menjanjikan Maya untuk trip ke Jeju Island hari ini dan akan berangkat setelah mereka menyelesaikan sarapan. Namun tiba-tiba saja panggilan urusan pekerjaannya yang tidak bisa ditolak menghancurkan rencana trip mereka. Juno tau kali ini Maya beneran marah kepadanya mengingat panggilan 'lo-gue" yang hanya digunakan Maya jika sedang emosi.
"udah deh ga usah ngambekan kamu, malu sama umur. Lagian siapa yang ninggalin kamu? Kamu ikut abang. Ga lama kok urusannya. Abang janji deh sehabis urusan ini kalo kamu udah ga mood untuk ke Jeju, abang ajak ke Mall deh, kamu bebas belanja distore kesukaan kamu. Abang traktir, okey?"
"dih apaan sogokkan lo. Lo kira gue ga punya buat shopping sendiri? Udah sana pergi lo buruan urusin tuh kerjaan lo!"
"yaa uang banyak juga percuma dek kalo ga bisa dapat akses buat barang-barang limited. Jadi ga mau nih? Yaudah berarti Dior Bag limited yang baru masuk kemarin abang kasih ke cewek abang aja kalau gitu."
"HEH gue aduin Mommy lo ya punya kelakuan suka melihara cewek-cewek. Yaudah gue ikut! Awas lo bohongin gue lagi. Lo tau kan gue benci banget sama orang yang suka bohong!"
"bawel. Buruan habisin sarapan kamu. Abang udah ditungguin." Ujar Juno, yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Maya.
Menghabiskan hampir 15 menit diperjalanan akhirnya mobil mereka berhenti disalah satu daerah yang dari luar tampak seperti rumah pada umumnya. Tidak begitu besar. Maya menyerengit heran. Maya pikir mereka akan pergi ke kantor dengan bangunan menjulang tinggi yang rata-rata sering dia lihat di jalanan Seol.
Juno baru akan memencet bell yang ada disebelah pintu depan rumah itu namun ternyata suara pintu dibuka muncul duluan. Tampak sosok anak laki-laki muda berambut mohawk setelahnya.
"welcome, hyung." Sapa anak muda tersebut. Sambil sesekali melirik sosok perempuan dibelakang Juno.
"ooh, thankyou bro. Aah she is my sister, joon. Her name-......."
"Lady M, just M. Please". Ucap maya memotong omongan abangnya. Yang dibalas dengan tatapan heran Juno tapi tak lama Juno pun mengangguk setuju.
"ah joon can speak english fluent, dek. And you both in 94 line by the way", sambung Juno.
"okay, call me namjoon then. Please take a sit". Ucap namjoon.
Ramah adalah penilaian Maya untuk laki-laki yang baru dikenalnya itu. Maya pun memilih duduk diarea sofa yang disudut ruangan. Menjauh dari urusan Juno dan teman-temannya. Maya memilih memperhatikan sekilas rumah tersebut. Rumah yang memiliki beberapa ruangan lainnya itu lebih terlihat seperti sebuah studio musik. Sebagai seorang penyanyi Maya sangat yakin rumah tersebut dijadikan sebagai studio rekaman. Maya tidak tau apa hubungan Juno dengan beberapa orang yang ada didalam rumah ini.
Tak lama pintu kembali terbuka. Masuk sosok lelaki bertubuh tambun yang diikuti beberapa orang lain dibelakangnya. Cukup membuat keadaan rumah tersebut ramai dari sebelumnya.
Maya mengenal lelaki tambun itu. Mereka pernah beberapa kali bertemu ketika maya menemani Juno saat di Seol. Setelah memberikan senyum dan sedikit menundukkan kepala seperti mengucapkan salam ala korea, Maya kemudian mengambil smartphone didalam tas bawaannya dan memilih tidak ikut campur dengan masalah Juno, selain juga Maya tidak begitu mengerti bahasa korea. Maya cukup lama memainkan HP nya, sekedar membalas chat dari Managernya untuk bertukar kabar dan mengecek lini media sosialnya. Merasa bosan maya memindahkan atensinya kearah Juno dan koleganya.
Maya merasa pembicaraan mereka sangat serius. Bahkan beberapa dari mereka yang terlihat sangat muda dan terlihat seumuran namjoon pun sedang tertunduk lesu. Tak ingin berlama-lama disituasi yang membingungkan itu maya memilih kembali tidak peduli. Namun salah satu anak muda disana terlihat menatap Maya cukup lama. Maya pun membalas tatapan anak muda itu. Tersadar kalau dirinya ketahuan, anak muda itu mengalihkan tatapannya kearah lain dengan gugup.
Maya yang melihat kejadian itu pun menyunggingkan senyumnya.
"manis", ucap Maya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
lovelife
FanfictionSeorang 'mantan' penyanyi terkenal harus merelakan kehidupan pribadinya bersama sang kekasih menjadi sasaran empuk netizen. Berusaha untuk tetap memberikan batasan atas kehidupan pribadinya yang malah membuat trauma tersendiri bagi perjalanan cintan...