Suasana lantai 3 ICU salah satu rumah sakit di daerah jakarta pusat tampak ramai dipadati oleh polisi. Revin terduduk lemas diruang tunggu ICU sambil menundukkan kepalanya. Devi yang berada disebelah revin tidak jauh berbeda. Raut wajah panik devi tidak bisa disembunyikan. Apalagi setelah dirinya menelfon Juno untuk mengabari keadaan maya. Dirinya bahkan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak menemani maya ke istora hari itu.
Juno dipastikan langsung berangkat ke Indonesia malam itu juga. meminta devi dan revin untuk menjaga adiknya disana menjelang dirinya sampai. Juno juga telah menyewa tim bodyguard untuk menjaga disekeliling rumah sakit, bukan hanya didaerah sekitar tempat maya dirawat, bahkan sampai ke area luar rumah sakit. Juno benar-benar murka mendengar kejadian yang dialami adiknya itu.
"ibu devi, selamat malam, kami dari pihak kepolisian ingin meminta keterangan mengenai kejadian saudari Maya", ucap salah salah satu polisi yang kini berdiri dihadapan devi dan revin.
"saya ga ada di TKP pak, saya dapat kabar dari telfon waktu maya nya udah di ambulance menuju ke rumah sakit". Ujar devi.
"ini revin, dia yang ada di TKP tadi", tunjuk devi kearah revin.
"baik kalau begitu, bisa dijelaskan mas revin kejadiannya seperti apa?", tanya polisi itu lagi kepada revin. revin menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan.
"selesai saya bertanding dan penyerahan medali dan sebagainya, yang saya tau maya mau keluar dari tribun, trus janjian buat ketemu di lounge pemain bareng yang lain juga. Saya sama rombongan yang ada di podium keluar melalui pintu khusus pemain waktu itu"
Flashback On
Selesai prosesi podium revin dan marcus beserta Ahsan dan Hendra langsung menuju ke area media untuk melakukan konferensi pers. Berpisah dengan rombongan istri dan anak mereka yang lanjut berjalan ke lounge.
Sesampainya di lounge para istri dan anak atlit itu asik mengobrol dan bermain disana. Sansan sempat menanyakan kehadiran maya saat itu, namun semuanya berfkir kalau maya masih di tribun untuk menunggu pertandingan greys. Mereka pun sepakat untuk ke tribun setelah para suami kembali ke lounge.
Setelah konferensi pers pun revin dan ketiga lainnya melanjutkan untuk test doping. Lalu dilanjutkan dengan terapi. Revin memang sempat melihat kearah para istri rekannya itu, dan tidak mendapati sosok maya disana. Revin berfikir maya sedang ke toilet atau sedang keluar menerima telfon.
Setelah berganti pakaian revin tidak lagi melihat rombongan para istri, revin yang bertanya pada Ahsan mendapat jawaban bahwa mereka sedang berada di tribun untuk menonton pertandingan greys. Revin pun memilih untuk beristirahat sebentar di sofa lounge sebelum menyusul kekasihnya.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari arah luar lounge, diikuti dengan beberapa orang tampak berlarian. Revin dan yang lainnya berfikir kalau itu adalah para panitia yang sedang bercanda bersama. Di hari terakhir acara memang tim panitia biasanya sedikit lebih senggang dan memanfaatkan momen untuk berfoto bersama atau sekedar berkumpul.
Namun ternyata seseorang masuk dan mengatakan kalau ada yang nemuin orang pingsan di toilet. Tapi belum diketahui siapa orangnya. Revin yang mendengar itu masih santai duduk disofa sambil memainkan hpnya.
Tidak lama masuk lagi ke lounge seorang laki-laki yang ternyata salah seorang panitia acara, dengan berlari dan terlihat panik, mendekati revin dan mengatakan kalau wanita yang ditemuin pingsan di toilet itu adalah maya.
Revin pun bergegas pergi menemui maya sebelum laki-laki tadi menyelesaikan omongannya. difikiran revin, maya hanya pingsan karena kecapekan, karena maya memang baru sembuh dari sakitnya beberapa minggu lalu. revin berlari kearah parkiran dipandu oleh lelaki yang memberikan informasi tadi.
Sesampainya di parkiran, ternyata maya sudah dimasukkan kedalam ambulance. Betapa kagetnya revin melihat wajah maya dalam keadaan berdarah, begitu pun dengan baju pink yang dikenakan maya sudah dipenuhi dengan warna merah. Terlihat beberapa orang mengerumuni ambulance. Memang tidak begitu ramai karena para penonton masih menyaksikan pertandingan partai terakhir.
Ternyata ada seorang wanita yang merupakan panitia masuk ke dalam toilet berteriak kaget menemukan sesosok manusia yang tergeletak penuh darah, wanita itu tidak mengenali wajah korban karena tertutupi dengan warna merah darah. Sepertinya maya sempat mengusap wajahnya dengan tangan yang berasalah dari perut yang dipegangnya. Sehingga wajah maya jadi berlumur darah juga. Ketika di ambulance baru wajah tadi dibersihkan dan diketahuilah bahwa itu adalah maya.
Revin langsung naik ke ambulance menemani maya. marcus dan beberapa rekan revin yang mengikuti revin berlari ke parkiran tadi mengatakan akan menyusul revin ke Rumah sakit. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit revin tidak henti berdoa, dan berusaha memanggil maya mengguncang pahanya. Revin benar-benar panik dan bingung mengapa maya bisa sampai mengalami kejadian ini. Para tim medis yang berada di ambulance bersama revin mencoba segala cara memberikan maya pertolongan pertama untuk menyelamatkannya.
Flashback Off
Revin pun menyandarkan tubuhnya dikursi ruang tunggu setelah memberikan kesaksiannya. Maya memang sudah ditangani oleh pihak dokter disana, dan sekarang sedang dirawat diruang ICU sampai masa kritisnya lewat dan juga maya belum sadarkan diri. Luka tusukan maya hampir saja mengenai organ penting ditubuhnya. Untungnya pisau yang digunakan tidak begitu panjang. Namun tetap saja luka itu cukup dalam dan lebar, membuat maya harus dibius ketika proses penjaitan lukanya.
Devi meminta pihak kepolisian untuk ada yang standby dirumah sakit. Menunggu sampai maya sadar dan bisa memberika kesaksiannya.
Tidak lama beberapa rekan revin pun datang memasuki ruangan tunggu. tampak agnes yang sedikit histeris ketika memeluk devi. tidak ada satu orang pun dari mereka yang menyangka maya mengalami kejadian mengerikan itu. beberapa dari mereka yang bersama maya sebelum kejadian juga sempat dimintai keterangannya oleh pihak kepolisian, seperti agnes dan sansan, yang memang sempat berbicara dengan maya sebelum mereka berpisah.
Revin masih dalam posisi diamnya ketika rekan-rekan bahkan coachnya menepuk pelan bahunya untuk menenangkan dan menyemangati revin. revin benar-benar kalut menunggui kekasihnya. Bayangan maya berlumur darah tadi masih melintas dipikirannya. Ditambah kenyataan bahwa kekasihnya itu belum sadarkan diri membuat revin semakin tidak tenang. Revin sangat-sangat mengutuk siapapun yang tega melakukan itu kepada maya.
Jauh didalam lubuk hatinya, revin meyakini kalau apa yang maya alami itu adalah karena dirinya. Karena beberapa orang yang melebeli diri mereka sebagai fans revin, yang tidak terima dengan hubungannya dengan maya. revin sangat takut maya akan jadi menjauhinya atau bahkan meninggalkan revin ketika maya sudah sadarkan diri nanti.
Baru memikirkannya saja revin sudah dilanda ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
lovelife
FanfictionSeorang 'mantan' penyanyi terkenal harus merelakan kehidupan pribadinya bersama sang kekasih menjadi sasaran empuk netizen. Berusaha untuk tetap memberikan batasan atas kehidupan pribadinya yang malah membuat trauma tersendiri bagi perjalanan cintan...