DUA PULUH DELAPAN

34 2 0
                                    

Suasana canggung tidak terelakkan lagi. Semenjak maya melangkahkan kakinya memasuki rumah sampai maya duduk di sofa itu, belum ada satu pun yang membuka suaranya. Revin membawa maya kerumah pribadinya untuk mempertemukannya dengan Salsa. Ibunya salsa yang tidak lain adalah Tante Revin pun turut hadir untuk menemankan anaknya.

Salsa hanya terus menundukkan kepalanya menatap kebawah. Maya pun tidak tau harus memulai pembicaraan dari mana. Jika mungkin yang didepannya ini bukanlah salah satu keluarga kekasihnya, sudah dipastikan ekspresi wajahnya tidak akan hanya bingung seperti ini. Maya masih sangat mencoba menenangkan dirinya dan meredam emosinya. Devi yang turut hadir disana duduk pas disebelah maya. jangan ditanya lagi bagaimana ekspresi wajah Devi memandang Salsa. Devi sedari tadi masih betah memandang tajam kearah Salsa. Jika maya sangat susah meredam emosinya, devi pun jauh lebih susah. Jika tidak mengingat untuk tetap menjaga nama baik bosnya, mungkin sedari tadi jemari cantiknya sudah pasti bertengger dihelaian rambut salsa.

"okey, jadi ini tante aku may, Tante Farah, dan itu ce Salsa, sepupu aku.", akhirnya revin memberanikan diri untuk membuka suara. kepala revin bahkan sangat bekerja keras untuk memikirkan kata-kata yang akan diucapkannya agar tidak menyinggung keduanya. Tentu disini revin yang sangat dilanda dilema. Harus berdiri ditengan-tengah antara keluarga dan kekasihnya.

Maya yang sedari tadi hanya diam, mencoba memberikan senyumnya kearah tante revin sambil menganggukkan kepalanya sopan. Maya tentu tetap ingin menjaga perilakunya didepan Tante Farah. Bagaimana pun Tante Farah adalah adik dari ayah revin.

"maya, tante sudah kehabisan kata untuk membela anak tante ini. Tante mohon sekali may, jangan laporin salsa ke polisi", ucap Tante Farah dengan suara memelas menatap Maya. Devi yang mendengarnya pun mendengus sinis. Betapa susahnya Devi menahan mulutnya untuk tidak mengeluarkan kata-kata kasarnya sekarang.

"Tante tau apa yang-"

"Kenapa Tante sih dari tadi yang ngomong? Emang Tante yang ngelakuin itu semua? Emang Tante yang salah disini?", kali ini devi tidak sabar untuk memotong pembicaraan Tante Farah. Devi benar-benar jengah dengan salsa yang sedari tadi hanya diam menamengkan ibunya.

"Tante cuma-"

"Cukup basa-basinya Tante. Kami kesini untuk dengar alasan anak tante ngelakuin perbuatan terpujinya itu. jadi biar anak tante itu yang ngomong. Tante ga usah repot banget", sambung Devi. Maya tampak memegang tangan Devi untuk mengingatkan Devi untuk menahan emosinya.

"lo yang namanya Salsa kan? Lo ga bisa ngomong? Gagu apa gimana? Lo nyari apa dari tadi ngeliatin lantai terus? ini orang yang lo fitnah duduk disini didepan lo".

"Mba...", Maya kembali mengeratkan genggamannya ditangan Devi.

"biarin aja May, lama banget, buang-buang waktu dari tadi diem doang. Mending kita ke polda aja tadi langsung dari pada kesini", sambung Devi yang memang belum berniat untuk menghentikan kata-kata tajam keluar dari mulutnya. Revin memijat pelan lehernya melihat bagaimana kemurkaan Devi yang baru pertama kali itu dilihatnya.

"ce...", kali ini revin yang menegur sepupunya itu. salsa lebih tua setagun dari revin. revin sungguh tidak ingin melihat kemarahan devi berujung kerusuhan dirumahnya.

"Gue, minta maaf", ucap Salsa sangat pelan dan terdengar terbata-bata.

"minta maaf sama lantai lo?", sembur Devi lagi. salsa memang tampak masih menundukkan kepalanya, tidak berani menatap langsung kearah Maya.

"bisa kasih aku alasan kenapa mba ngelakuin hal itu?", kini maya yang bertanya kepada Salsa. Namun Salsa tampak bungkam.

"asal Mba tau, aku disini sekarang karena ingin menghargai ibu Mba, bukan karena Mba. Jadi tolong Mba hargain aku juga yang kesini untuk masih mau dengar penjelasan Mba. Mba bisa ngomong sekarang, aku bakal dengerin", lanjut Maya. Devi tampak memutar bola matanya jengah dengan kebaikan hati bosnya ini. Tante Farah tampak memegang pundak Salsa.

"gini aja deh, biar lo ga susah merangkai kata-kata terbaik lo yang lama banget keluarnya itu. Maya ada salah apa sama lo?", tanya Devi yang geram menunggu Salsa menjawab Maya.

"Maya ga ada salah sama gue", jawab Salsa seraya mengangkat kepalanya dan melihat kearah Maya.

"terus kenapa Mba ngelakuin hal itu ke aku?", Maya menanggapi Salsa dengan mengerutkan keningnya. Maya benar-benar tidak memiliki klu apapun atas masalahnya dengan salsa kali ini. Bahkan bertemu langsung dengan Salsa saja baru hari ini. Bagaimana bisa Salsa sampai berfikir melakukan hal jahat seperti itu. tidak kunjung mendapat jawaban dari salsa maya tampak menghela nafasnya frustasi. Maya tampak menundukkan kepalanya dan memijit pelan keningnya.

Salsa yang belum menjawab pertanyaan Maya itu tampak melihat kearah ibunya sebentar, kemudian keduanya melirik kearah Revin. Devi yang memperhatikan gerak gerik mereka melihat dengan bingung. Revin juga tampak gelisah menggelengkan kepalanya pelan sambil membalas tatapan tante dan sepupunya itu. seolah-olah mengisyaratkan Tante Farah dan Salsa untuk tidak mengatakan sesuatu.

Devi langsung berfikir ada yang dirahasiakan oleh Revin mengenai masalah ini. Sayangnya kejadian yang membingungkan Devi itu terlewatkan oleh Maya yang masih saja menundukkan kepalanya.

"Maya, gue benar-benar minta maaf. Gue janji ga ngulangin hal ini lagi. gue hanya.....hanya merasa iri. Iya gue ngerasa iri sama Maya", ujar salsa yang kali ini berbicara sambil melihat kearah maya.

Devi memicingkan matanya, sangat jelas kalau Salsa ragu akan omongannya barusan. bahkan alasan Salsa itu terdengar dibuat-buat ditelinga Devi. Devi sangat yakin kali ini ada yang Salsa tutupi dari masalah ini.

Maya yang mendengar ucapan Salsa itu pun langsung menegakkan kepalanya menatap Salsa dengan bingung.

"lo yang bener aja lah, baru ini kalian berdua ketemu tatap muka, apa yang bisa lo iriin dari dia? Foto-foto dia yang lo iriin?", Devi yang kali ini merespon omongan Salsa. Salsa melirik kearah Revin sebentar sebelum menundukkan kepalanya, lagi.

"apa yang Mba irikan dari aku? Bisa tolong diperjelas?", ucap maya.

"lo pintar banget lho ngomong di panjang lebar di DM instagram itu kalo lo lupa. Tapi bahkan barusan omongan lo terdengar bodoh banget ditelinga gue", ucap devi.

Salsa masih bungkam, bahkan belum berani melihat kearah Maya dan Devi lagi. Devi sempat melirik kearah revin. Revin terlihat sangat frustasi dari ekspresi wajahnya. Revin yang merasa diperhatikan pun melihat kearah Devi yang sedang memandangnya dengan tatapan tajam seakan menuduh.

"Okey kalo disini ga ada yang bisa ngejelasin inti dari masalahnya", ujar devi sambil memperbaiki posisi duduknya dan menyandang tasnya.

"Tante, tanpa mengurangi rasa hormat kami ke Tante. Kami lebih baik pamit aja dari sini. Mungkin anak Tante lebih nyaman kalau Polisi yang nanyain. Karena dari tadi rasanya kehadiran kami disini buang-buang waktu, cuma ngeliatin dia merhatiin semut di lantai dan ngedengar omongan dia yang ga jelas itu", Devi sudah memegang lengan maya bersiap untuk berdiri dari sofa.

"Maya tante mohon ja-"

"Gue ngelakuin itu karena Oma yang minta", ujar Salsa tiba-tiba dengan suara yang sedikit keras dan sangat jelas ditelinga siapapun yang ada diruangan itu.

"Oma ga suka Revin pacaran sama Maya", lanjut Salsa lagi langsung menatap maya.

"Holy-Shit"

-------------------------------------------------------------------------------

JENG-JENG~

PANIK GA? PANIK GA?

HEHEHE

SABAR MENUNGGU NEXT CHAPTER YA.

DITUNGGU KOMEN DANVOTENYA.

GUMAWOOOOO~

lovelifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang